14.🐊

91.7K 11.3K 407
                                    

•••

Paginya Dave senyum-senyum sendiri menatap Zora yang masih ngebo di dalam dekapannya.

"Gua gak tau Ra, apa gua beneran ada rasa ke lo? Tapi tadi malam ... Shit! Gua emang hampir gila!!" umpatnya malu sendiri, tapi ia mencoba untuk tak bergerak keras agar Zora tak terganggu.

Ya Zora, gadis itu masih ngebo di pelukan Dave, sedangkan Dave sudah bangun sepuluh menit lalu.

Sedang asik menatap wajah cantik Zora, Dave seketika langsung pura-pura tidur kembali saat matanya menangkap ada tanda-tanda Zora yang akan bangun.

"Anjingg!! Masih di peluk juga?! Dave setan BANGUN GAK LO!!" teriak Zora, nah Dave tak bisa lagi menahan bibirnya untuk tak tersenyum sekarang.

"Morning Babe," sapanya membuka mata dengan senyuman manis semanis gula ke arah Zora.

Plak!

"Beraninya lo mornang morning kegue setelah apa yang lo lakuin semalam?!" emosi Zora menampar jidat Dave.

"Awuhh Babe, kenapa dipukul sih? Cium dong biar romantis~" godanya seraya bangun dari acara berbaringnya, lalu ia mendudukkan bokongnya di kasur dengan punggung yang bersandar pada headboard ranjang.

"Romantis pala lo botak!!" umpat Zora ikut bangun dari rebahannya.

"Emang aku buat apa sih semalam sampai kamu seemosi ini? Perasaan aku cuma mimpi ciuman doang deh," katanya dengan santai, membuat mata Zora hampir keluar saat mendengar panggilan Aku/Kamu yang membuatnya merinding seketika.

"CUMA?! CUMA KATA LO? Heh anak setan! Yang semalam itu tuh bukan ngimpi, tapi rill!! Rill! Dan lo tau? Itu tuh ciuman pertama gue anjing! TERUS JANGAN PAKE AKU KAMU GUE GELI BANGSAT!" emosinya langsung memukuli wajah Dave dengan bantal.

Dave yang dipukul dengan berutal oleh Zora mengerang meminta ampun.

"A-ampun Beb ... Ampunn!!" erangnya, sakit juga woyy kalo dipukul sampe berutal gini.

"Ampun? Ini balasan buat lo setelah lo nyium gue setan!!"

Dave tak kuat lagi, dengan cepat ia menerjang tubuh Zora dan menindihnya membuat pukulan itu terhenti.

Zora ngebug, melihat itu dengan gesit Dave mencium bibir Zora, melumatnya sekilas lalu mengecup berkali-kali.

Cup..

Cup.

Cup..

Cup..

1

2

3–

"DAVEJINGG!!!" teriak Zora kencang saat kembali kedunianya.

"Apa sayang? Mau lagi ka–

"MATI LO SETAN!!" amuk Zora mencekik leher Dave membuat Dave mengerang karna tak bisa bernafas.

***

Wajah Zora muram semuramnya malam tanpa bulan, Via yang melihat itu bergidik ngeri.

"Z-zora lo nap–

"Haii, " suara riang seriang taman kanak-kanak menyapa mereka membuat Via mendengus masam.

"Lo ngapain si Ri, gue gak suka sama lo jadi jangan deket-deket!" sarkas Via, yang emang tu anak gak bisa ngerem mulutnya semenjak berteman dengan Zora.

Riona atau Triona si Antagonis wanita yang memiliki sikap polos dan nyebelin itu merengut sedih.

"Kok gitu sih Vi, kata Kak Arhan kita harus mendekatkan diri," ucapnya dengan nada imut dan lembut, membuat Via bergidik jijik.

"Gue gak tau ya Abang gue tu matanya emang buta atau apa, tapi ah udahlah ayo z– loh ZORAA WOYY!! TUNGGUIN GUE BEGOO!!" teriak Via saat matanya melihat tubuh Zora yang sudah masuk kedalam kantin.

Via berlari menyusul Zora meninggalkan Riona, "VIA ZORA TUNGGU AK–AKHH!!

Tubuh Riona jatuh kebelakang hingga kepalanya terjedot ubin saat bahunya tak sengaja disenggol seseorang.

"A-aduh maaf, Adora gak sengaja. Kamu gapapakan?" khawatir Adora mencoba membantu Riona berdiri.

"Kamu kalo jalan hati-hati! Kepala aku sakit tau!" tegur Riona hampir menangis.

"Maaf gak sengaja, maafin aku yaa maaf," panik Adora sampai menangis.

"I-iya gapapa," gugup Riona karna ia tak tau mengapa teman sekelasnya ini menangis, padahal di sini yang harus menangis itu dirinya.

"Ada apa ini?" suara dingin menyapa indra keduanya, membuat Adora dan Riona melirik keasal suara.

"I-Itu A–

"Riona maafin aku, tolong jangan marah," potong Adora bergetar takut, membuat Arhan iba.

"Kamu apakan dia?" tanyanya dingin seraya menarik Adora kebelakang tubuhnya.

Riona gelagapan, jujur ia tak tau harus menjawab apa. Terlebih Arhannya mengapa sedingin itu?

Apa dia marah?

"Ar, aku gak apa-apain dia kok, aku juga udah maafin dia," jelas Riona mencoba meluruskan masalah.

"Tapi kenapa dia menangis?"

"Aku sumpah Ar, aku gak ap–" ucapnya lagi-lagi terpotong oleh Adora.

"Makasih udah mau maafin aku, Kak Arhan aku ke toilet dulu, tolong jangan marah. Ini semua salah aku," setelah mengatakan itu Adora berlari sambil menangis kearah toilet.

Arhan semakin menatap Riona dengan dingin, jujur ia sangat anti dengan kasus bullying. Dan di sekolah ini tak pernah ada kejadian bullying semenjak ia jadi ketua osis karena ia sangat melarang ketat itu. Namun sekarang?

"Jelasin.Triona!" pinta Arhan dengan intonasi penuh penekanan.

Siswa/i yang menonton itu menelan salivanya susah-susah dengan aura yang Arhan keluarkan, bahkan Riona saja sudah gemetar.

Baru kali ini, iya baru kali ini ia mengenal Arhan dengan sikap ini. Sungguh ini menyakiti hatinya.

"Ar, aku gak apa-apain dia!"

"Tapi kenapa dia nangis? Apa kamu tau saya tak suka dengan kekerasan Riona?"

Tau, Riona bahkan sangat tau, Arhan adalah orang terbaik yang pernah ia temui, karena Arhan itu anti dengan kekerasan bahkan ia melarang ketat dan memiliki pendirian yang tegas. Karena sikap itu pula Riona menyukai atau malah jatuh hati pada sahabat kecilnya ini.

Tapi sekarang? Kemana sikap lembut Arhan? Kemana sikap tegas Arhan dan sikap yang percaya padanya? Mengapa itu semua hilang?

Apa kepergiannya tiga tahun dari sisi Arhan membuat pemuda ini berubah sampai sedingin dan sekaku ini? Jujur Riona kembali juga hanya untuk Arhan.

"Ar, aku tadi di tabrak olehnya! Mengapa kamu malah mengatakan seolah aku membully dia?" kesal Riona karena ia merasa terpojok sekarang.

Arhan tertawa hambar, yang sukses membuat Riona semakin gelagapan, "Bukan mengakui tapi malah menyalahkan? Kemana sikap bijak mu Riona?"

"Ar, dengerin ak ... ARHAN!" teriak Riona kala Arhan pergi tanpa memperdulikannya lagi.

♡🍀♡

Adora njirr:)

I'M ZORA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang