•••
"Hai Sayang," sapa Zora pada Albara yang tengah mengerjakan tugasnya di kursi gazebo depan.
Bara hanya melirik Zora sekilas lalu kembali mengerjakan tugasnya, mengacuhkan Zora memang niatnya.
"Lagi apa Ay?" tanyanya duduk disisi Bara.
"Nugas,"
"Vianya ada Ay?"
"Ada,"
"Kamu udah makan?"
"Udah."
"Makan lagi yuk~" ajak Zora yang sudah memangku dagu menatap serius pada Bara.
Bara menatap Zora yang, yah dekat banget posisinya, "kamu laper?"
"Iyaa, perut aku laper banget. Jadi gimana mau?" tanyanya sembari mengelus perutnya gemas.
"Bo–
Drtt ... Drtt ... Drtt ...
Zora melirik ponselnya, Dave menelfon, "Tunggu bentar yaa,"
"Kenapa Dav?" tanyanya saat panggilan itu sudah ia angkat.
- Kita makan yu Beb, sekalian malmingan hehe, -
"Guee ..." Zora melirik Bara yang juga tengah menatapnya.
- Kenapa? Jangan bilang kamu gak bisa?! - wajah Dave sudah merengut di sebrang sana, meskipun ia tau Zora tidak akan melihat ekspresinya.
"Sorry Dav, gue lagi sibuk. Udah dulu yaa," setelah itu ia mematikan sepihak telponnya.
sial!. Batin Dave membanting ponselnya kekasur, lalu dia mengacak rambutnya frustasi.
"KENAPA SUSAH BANGET BUAT PDKT-ANNYA SIH! KALO GINI TERUS ALAMAT GAK AKAN JADIAN GUAAA!!" erangnya melemparkan dirinya kekasur lalu menatap langit-langit kamarnya.
"Jadi pengen bunuh orang!" ketusnya lalu ia mulai bermain game ML.
•••
Di ruangan yang minim cahaya terdapat dua orang yang saling berhadapan di meja bundar yang terdapat empat kursi kosong.
"Apa rencana lo?" tanya si Author.
"Sulit banget deketin dia sekarang ini." keluhnya membaringkan kepala di meja.
Author merolingkan mata jengah, sunggu pion yang tidak becus!
"Dia udah ngebunuh Adora tadi siang, dan lo harus bales dua kali lipat!" katanya dingin.
Temannya si Author terdiam sesaat, "D-dia ngebunuh?" tak percayanya.
"Ya, ternyata jiwa yang merasuki figuran tak di undang itu seorang psikopat berkedok buaya darat," kesal sang Author mengepalkan tangannya.
Pantas. Pantas saja saat kejadian di toko tua itu dia melirik kearahnya, ah apa Zora menyadarinya jika ada dirinya di sana?
Ck! Lalatnya benar-benar tak mudah di basmi, baru kali ini ia bertemu seorang psikopat di dunia nyata. Bahkan ia benar-benar tak bisa menyangka orang seperti Zora yang sablengnya nauzubillah itu ternyata sikopat.
"Jadi maksud lo si Zora itu sebenernya psikopat?" Author mengangguk membuat temannya nganga tak percaya.
Hatinya tiba-tiba terasa aneh membuatnya tak bisa tenang, "Bener kalo dia gak mati kita yang akan mati!"
"Itu lo tau, makanya buru cari tau kelemahan tu si jalangkung!" ketus si Author, jujur saja dirinya tak akan bisa tenang sebelum ia membunuh Zora.
Ibarat kata, Zora itu seperti ombak kotak di laut, indah namun berbahaya.
Lama mereka hening akhirnya si Author memiliki ide, "Bagaimana kalo kita bunuh orang tuanya?"
"Kabar bagus, kedua orang tuanya memang sedang ada di rumahnya!" seru si teman Author.
Author itu tersenyum miring, "bunuh Ibunya terlebih dahulu, meskipun dia sikopat tapi hatinya pasti akan hancur ketika kehilangan orang tua kan?"
"Kapan kita membunuhnya?"
"Retas semua cctv yang menayangkan kegiatan Ibunya, lalu culik dan sewa seorang pembunuh setelahnya kirim video pembunuhan itu padanya. Sekaligus membalas kematian Adora, karena nyawa harus di bayar dengan nyawa!" pungkasnya tersenyum lebar dengan kilat mata puas.
Sama dengan temannya yang juga ikut puas, setidaknya buat Zora merasakan apa itu kehilang sebelum ajal kematian menjemput.
Gue akan bunuh lo dengan apapun caranya, yah dengan lo mati hidup gue disini akan panjang.
♡🍀♡
Nyawa dibayar kontan SAH!!
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ZORA?
FantasyCerita tentang Giska si buaya cap rawa-rawa yang transmigrasi ke tubuh figuran. ________ Cover by : @snowyEllncy