7 - heeseung dan sebuah rasa

3.8K 338 55
                                    

Heeseung ingat betul pertemuannya dengan Jay. Kala itu, ia melihat sosok Jay yang sedang berlari saling mengejar dengan kedua orang tuanya. Heeseung melihat sosok Jay yang tertawa riang di bawah teriknya matahari.

Ia sendiri menatap ke arah sosok di sampingnya. Ibunya sedang bersusah payah mengusap keringat yang bercucuran dari kening. Heeseung menghela napasnya. Berandai-andai bagaimana jika suatu saat nanti dapat tertawa riang seperti sosok Jay di hadapannya.

"Heeseung, itu kamu anterin dulu minumannya ke meja yang sana." ucap sang Ibu setelah sadar putranya terpaku.

Heeseung mengangguk patuh lalu segera melaksanakan tugasnya.

Seolah semesta mendukung pertemuan itu, meja yang ibunya maksudkan adalah meja milik keluarga Jay. Saat tahu minuman mereka telah sampai, keluarga bahagia itu langsung menghampiri Heeseung dengan senyuman manis.

"Makasih ya, Nak.." ucap Mama Park dengan ramah. Ia mendorong pelan tubuh kecil Jay, "Ayo bilang makasih dulu ke dia.."

Jay tersenyum cerah, "Makasih ya!" ucapnya dengan girang.

Mendengar suara Jay dan melihat senyumannya, Heeseung otomatis ikut tersenyum. "Sama-sama.." ucapnya tak kalah ramah.

Heeseung kemudian berjalan menjauhi meja tersebut, tanpa sadar tatapannya terus kembali pada sosok Jay yang sedang bersenda gurau dengan kedua orang tuanya.

+
+
+




Saat memasuki SMP, Heeseung dapat lolos di salah satu sekolah elite berkat otak encernya serta bantuan pihak sekolah tersebut yang memberikan beasiswa pada Heeseung.

Heeseung remaja berperawakan kurus dengan mata besar dan kulit yang putih bersih. Banyak teman-temannya yang mendekati Heeseung karena visualnya tersebut. Terlebih lagi, Heeseung selalu menjadi juara umum, dari situlah Heeseung meraih kepopulerannya hingga ke tingkat tertinggi.

Saat Heeseung berada di tingkat dua, ia dipilih menjadi ketua kelas. Ia ingat betul, ada seorang siswa transfer dari luar negeri di suatu hari. Heeseung tak terlalu pandai berbahasa inggris kala itu, namun guru kelasnya jelas tetap meminta bantuannya mengingat Heeseung adalah ketua kelas.

Heeseung tidak lupa, pertama kali ia merasakan memiliki ketertarikan akan seseorang.

Remaja yang duduk di samping bangkunya, remaja yang memiliki aura gelap dengan mata elang yang dingin.

Heeseung tidak lupa, bahkan saat sepasang mata yang dulunya nampak begitu cerah dan hangat itu berubah tajam dan mendingin.

Ia tak akan lupa, itu adalah sosok Jay yang dulu pernah ia temui saat masih duduk di bangku sekolah dasar.

+
+
+

"Lo kalau mau ikut main, nggak papa. Jangan diem mulu, ntar nggak punya temen. No friends, you know?"

Heeseung tersenyum tipis. Ia mengulurkan tangannya ke arah Jay, "Bisa bahasa indonesia kan?" tanyanya dengan ramah.

Jay remaja melirik tak minat, "Fuck off." balasnya ketus. Heeseung menggeleng pelan melihat tingkah Jay.

"Nggak baik ngomong kasar. Ayo, ikut gue ke lapangan. We need to play something at this rate. Daripada lo nggak punya temen, sama gue aja."

"You-"

"Heeseung. Lee Heeseung. Jangan Ya Yu Ya Yu aja. Heeseung. Lee... Hee.. Seung.."

jungwonphobic : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang