36 - kisah kasih

2.9K 238 64
                                    

Jay duduk berjongkok di tepian sebuah makam berumput rapi itu. Ia tersenyum manis seraya mulai menyentuh sebuah nisan bertuliskan nama wanita yang sangat ia rindukan.

"Wish you were here, Mom.. Jay mau cerita banyak. Jay kangen." lirih Jay menahan sesak.

Jay kemudian meletakkan sebuket bunga tulip putih favorit mendiang wanita itu. Tak lupa Jay menuangkan segelas air yang ia bawa tadi untuk menyegarkan area makam sang Mama.

"By the way, I've got a boyfie, Mom. A cute little one, a boy named Yang Jungwon. He's so sweet, nice person, smart, pretty as well. He's a total perfect package."

Jay berakhir duduk bersila di samping makam Mama Park, "I love him.. so much." imbuhnya sendu.

"Jay sama Papa masih berantem. Jay masih nggak bisa maafin Papa. Jay masih benci Papa. Tapi, Papa mulai ikut campur soal Jungwon, Ma. I'm scared. What if I lose Jungwon because of him?"

Jay memainkan jemarinya pada rerumputan yang tumbuh di area makam sang Mama. Ia lagi-lagi tersenyum pahit.

"Jay boleh pilih Jungwon kan, Ma? Jay boleh lepas dari Papa kan, Ma? Jay tahu Mama selalu ajarin Jay buat percaya dan ikutin maunya Papa.. tapi kali ini, Jay takut Papa nyakitin satu-satunya yang tersisa, Ma."

Air mata Jay menetes saat ia hendak lanjut bercerita. Jay menunduk dalam, memikirkan begitu banyak hal.

"Jay takut.. Jay nggak mau sendiri lagi.."

Jay tak melanjutkan ceritanya. Ia terus menunduk dengan tangisan deras tanpa suara. Sore itu, Jay menghabiskan waktu menangis di pusara sang Mama guna menuntaskan rasa pedihnya.

++++++




Jungwon terkejut saat melihat wajah pucat Jay yang pulang cukup larut. Jay tak menjawab pesannya bahkan saat Jungwon kebingungan mengatur kiriman kasur baru mereka.

"Kamu habis dari mana, Jay?" tanya Jungwon selagi mendekat.

Jungwon menyentuh dahi Jay, "Badan kamu dingin gini tapi keringatnya banyak banget. Alerginya kambuh?" tanya Jungwon khawatir.

Jungwon membantu Jay duduk di sofa ruang televisi. Ia melepaskan jaket Jay dan mengamatinya penuh kekhawatiran.

"I'm good. Nggak sesak napas kok. Aku cuma ngantuk aja." ucap Jay dengan senyuman tipis.

Jungwon menggeleng, tahu akan gelagat aneh Jay, "Aku tadi hubungin Bang Sunghoon, katanya kamu udah balik dari sore. Terus kemana aja kamu?"

Jay menghela napasnya. Ia tak tahu haruskah ia menceritakan kekhawatiran berlebihannya itu pada Jungwon. Pasalnya, Jungwonlah perkara utama yang membuat Jay tak dapat tenang.

"Aku mampir ke makam Mama. Lumayan jauh, jadi kemalaman pulangnya. Udaranya lagi dingin juga, aku lemas karena dingin, nggak sakit kok, Sayangku.." jelas Jay tak sepenuhnya berbohong. Ia mengecup pipi Jungwon sebagai imbuhan.

Jungwon menyentuh rahang Jay dan mengusapnya penuh kasih, "Maaf kalau aku ganggu waktu kamu sama Mamamu tadi. Aku kira kamu kemana. Aku khawatir ada apa-apa di perjalanan apalagi Bang Sunghoon bilangnya kalian udah pisah dari sore."

"Enggak, Won.. Aku emang sengaja nggak megang HP tadi. Harusnya aku kabarin kamu dulu. Maaf ya, aku cuma tiba-tiba kepikiran Mama. Udah lama banget nggak mampir ke sana."

Jungwon memeluk Jay dengan erat setelahnya.

"Kapan-kapan aku mau kenalan sama Mama kamu, Jay." bisiknya lembut syarat akan keraguan. Jungwon takut ia terlalu lancang. Tapi jujur, ia setidaknya ingin sekali saja menemani Jay ke pusara sang Mama.

jungwonphobic : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang