19 - intens

3.3K 271 131
                                    

"JAAAY!" pekik Jungwon seraya melempar plushie yang tadi ia peluk.

Jay tertawa kencang, "Abisnya dari tadi aku dicuekin mulu! Masa lebih milih nonton TV daripada cuddle sama aku?" balasnya tak terima.

Jay tadi dengan sengaja mencubiti pipi Jungwon berkali-kali. Pria Yang awalnya membiarkan Jay, lama hingga kesabarannya menipis, tiba-tiba saja Jay menggigit pipinya hingga terasa ngilu. Bagaimana mungkin Jungwon tak memekik keras karenanya?

"Lagi penting ini nonton berita BBM naik. Emang aneh pemerintah tuh. Dulu dikritik soal Pert4max, ngelak karena bukan subsidi. Sekarang malah yang subsidi dinaikin beneran? Mancing dengan sengaja."

Jay kembali mendekat lalu merengkuh bahu Jungwon dari belakang, ia mengusap pipi memerah Jungwon yang tadi ia gigit lalu mengecupnya penuh sayang.

"Daripada mikirin negara, mending mikirin kita mau kemana karena ini udah weekend dan aku suntuk banget seharian di rumah."

Jungwon memutar bola matanya malas, "Istirahat aja kamu tuh, kebanyakan kegiatan." ucapnya sengak.

Jay mendecak, "Kata orang yang baru sampai rumah sejam yang lalu karena latihan taekwondo."

"Namanya juga rutinitas."

"Kamu juga suntuk kali, makanya ayo kita jalan-jalan! Mau ya? Hm? Sayaaang.." rengek pria Park dengan manja.

Jungwon mengerucutkan bibir, "Main ke tempat Niki, yuk? Ke rumahmu? Bukannya kamu janji ngajakin aku main ke sana ya? Eh—Niki sih yang janji, tapi dia bilang disuruh kamu."

Jay melompat dari balik sofa dan duduk menempel pada Jungwon, "Hari ini banget?" tanya Jay.

Jungwon mengangguk, "Kita beliin takoyaki dulu, Niki suka kan? Sama yang roti bentuk ikan tuh, dia juga suka."

Jay terdiam beberapa saat. Ini memasuki weekend, dimana kemungkinan besar Papanya bisa saja ada di rumah hingga beberapa hari ke depan. Ia tak ingin bertemu beliau, jelas.

"Gimana kalau itu kapan-kapan aja? Niki diajak main, jangan kita yang ke sana. Hari ini aku cuma mau berduaan sama kamu." lanjut Jay tanpa menjelaskan alasannya.

Jungwon menurunkan bahu, kecewa.

"Ya udah.." ucapnya lesu.

Jay mengusak puncak kepala Jungwon, mungkin lebih baik ia membuka diri mengenai ini lagi?

"Janji, Won. Weekdays aku yang jemput Niki buat main ke sini. Gimana? Kalau hari ini banget.... aku nggak tahu gimana bilangnya tapi kamu kan tahu things are cruel with my Dad.. dan biasanya dia di rumah kalau weekend."

Jungwon menoleh ke arah Jay, "Okay, sorry.. Aku nggak maksud.." ucapnya merasa tak enak hati karena sempat mengesampingkan fakta tersebut.

"Nah, aku cuma mau bilang aja soal itu. Tapi.. mungkin suatu saat aku juga pasti ngenalin kamu ke dia, he's my Dad after all. But maybe, nggak sekarang. Aku nggak mau dia ikut campur dulu sama kebahagiaanku. Aku mau sama kamu dulu."

"Nggak papa. Dengan kamu mikir begitu, kamu udah punya setitik kebaikan soal Papa kamu terlepas apapun itu yang pernah terjadi. Kamu kan anak baik, orang baik, dan aku percaya sama kamu." balas Jungwon dengan tulus.

Jay tersenyum dan menatap Jungwon dengan manis akibat tersentuh dengan apa yang baru saja pria manis itu ucapkan. Jungwon menyebutnya baik dan Jungwon mempercayainya.

Pria manis itu mempercayainya dengan begitu tulus.

"You know what? I really want to kiss you right now. Kata-kata kamu tuh selalu bikin aku tenang. You feel like home. Tulus, hangat, dan buat aku nyaman." ucap Jay jujur.

jungwonphobic : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang