33 - idaman

2.3K 231 67
                                    

Semenjak kedatangan Papa James beberapa minggu lalu, entah mengapa Jay menjadi sangat protektif terhadap Jungwon. Dari mulai pagi hari, yang biasanya ia akan bangun terlambat malah kini menghilang tenggelam di dapur. Jay tak pernah sekalipun tidak mengantar Jungwon entah itu membeli sesuatu di luar apartemen hingga pergi-pulang kampus.

Beberapa kali Jungwon menegur, namun Jay hanya mendiamkannya dan terus mengulangi kegiatan menjaga Jungwon tersebut.

"Kalau kamu tiba-tiba aneh begini karena kondisiku, kamu nggak perlu, Jay. Aku masih bisa apa-apa sendiri." ucap Jungwon dengan berkacak pinggang di hadapan Jay yang saat ini sibuk memasak.

Jay menoleh, "Hah? Gimana?"

"Kamu denger yang aku omongin. Jangan pura-pura lagi!" sentak Jungwon seraya menarik lengan Jay agar pria itu menghadapnya.

"Aku emang punya kondisi yang nggak semua orang tahu dan ngalamin. Tapi aku udah hidup sampai umur segini dengan mandiri. Kamu kenapa tiba-tiba jadi kayak gini?" tanya Jungwon dengan kesal.

"Aku... cuma mau jadi orang yang pantas buat kamu." balas Jay pelan. Ia mematikan kompornya terlebih dahulu, mencuci tangan, lalu kembali menghadap Jungwon dengan wajah tertekuk lesu.

"Jay, aku nggak akan tiba-tiba hamil. Even if keadaanku yang kayak gitu, hamil bukan hal semudah balikin tangan. Dan kita juga nggak pernah aneh-aneh. Kamu nggak perlu sampai segitunya."

Jay meraih tangan Jungwon, "Aku takut kamu kecapekan. Gimana kalau kamu sakit? Aku bangun pagi pun nggak kepaksa. Kan belajar jadi suami siaga itu perlu."

Plak!

Jungwon langsung menepuk dada Jay, "Ngomong jangan seenaknya!" hardik pria itu.

Jay menaikkan alis, "Kok... kamu...."

Jungwon menghela napasnya dengan kesal. Ia langsung memeluk pinggang Jay dan menyandarkan kepalanya di bahu pria itu.

"Jay... please stop forcing yourself. I like you just the way you are. Bukan aku yang kecapekan, tapi malah kamu. Isn't it too soon buat kamu bicarain jadi.... uh.... suami siaga...?"

Jay meraih bahu Jungwon, "Pas aku denger soal kondisi kamu waktu itu, yang muncul di otakku cuma satu hal, Won.."

Jungwon terdiam dalam pelukan Jay. Ia tahu, kekasihnya belum selesai bicara.



"Nikahin kamu." sambung Jay setelahnya.

Jungwon merasa bulu kuduknya berdiri seketika. Tanpa ia sadari, rengkuhannya menjadi semakin kuat.

"Aku nggak mau putus sama kamu. Tapi, aku juga nggak mau balik ke rumah Papa."

"Sakit. Tiap kali aku masuk ke rumah itu, rasanya aku mau teriak dan nangis nyariin Mama. But she's not there anymore, she never be. Cuma kamu yang bisa bikin aku ngerasa aman. Kalau aku harus balik ke sana, aku cuma mau baliknya sama kamu."

Jungwon merasa kepalanya pening, ia masih memeluk Jay, "Menikah bukan hal yang mudah. Aku masih harus selesaiin kuliah. Kamu juga. Belum kita kerja cari uang dulu. Menikah bukan main-main. Kamu aja belum ketemu sama Ayahku."

Jay mendengus, "Kamu sendiri yang nolak pas aku bilang mau minta ijin ke Ayahmu."

Jungwon menghela napasnya, "Ayah udah pasti marah. Aku nggak pernah cerita apa-apa. Ayah juga nggak akan setuju sama pemikiran nikah di usia muda kamu itu."

"Kalau aku udah sukses, Ayah kamu bisa percayain kamu ke aku kan, Won?" tanya Jay dengan lembut.

"Kalau aku udah lebih dewasa dari sekarang, sukses, punya semua keperluan kamu dan aku.. Ayah kamu mau kan nerima aku?"

jungwonphobic : jaywon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang