03; Ketemu

7.1K 632 32
                                    






——naw.pov





Teo menghela nafas panjang sebelum menjelaskan perihal yang sedang di pertanyakan oleh bibi si kembar, dibantu juga si kembar menjelaskan dan membenarkan membuat senja menghela nafas lega.

Teo akhirnya berpamitan karena bibi si kembar sudah pulang, ia tak perlu khawatir lagi. namun entah mengapa wanita itu menahannya sedikit lebih lama, berbincang sembari menemani si kembar menonton televisi. Tak apa toh Teo juga merasa senang nanti dapat dekat dengan calon keluarga adiknya hihi.

"Teo kamu berubah total, dulu rambutmu iku selalu pendek sekarang agak panjang! Aku kira siapa tadi, Aku gak nyangka kamu pulang juga akhirnya.." ujar Senja, sedikit informasi senja ternyata adalah teman se-perkampungan Teo. Ya dulu pas kecil pada main bareng.

"Ngikutin jaman mbak, gimana mbak enak nikah muda?" tanya Teo, "Ya namanya nikah ada enak ada gak enaknya, ya udah empat tahun masih belum di kasih kepercayaan sama tuhan.. gapapa yang penting kita sehat yo" ujar senja.

"Perihal anak itu titipan mbak, gak bisa kita ngatur Gusti yang bikin kehidupan. jadi jangan menjelaskan diri sendiri atau orang lain mbak, semua kehendak sing gae urip;" ujar Teo. Dari tatapan senja ia tahu wanita itu menyalahkan dirinya sendiri atas ketidak adaan seorang anak di kehidupan pernikahannya.

"Opo toh yoo~ yoo, bisa wae kalo ngomong" ujar senja. "Bisa lah mbak, toh mbak juga udah jadi ibuk kan? Ibuknya si kembar. Bener kan Abang mpin, ca?" ucapan Teo diangguki oleh kedua bocah cilik itu, mereka masih fokus nonton si gundul.

"Bener.. tapi.."

"Gausah tapi-tapian lk sampean pesimis ngunu yo tak tinggal wae muleh (gausah tapi-tapian, kalo kamu pesimis gitu yaudah tak tinggal pulang)" ancam Teo.



"Ihh mbegotan koe saiki! (Ihh ngambekan kamu sekarang)" ejek senja. "Tck sampean iku.. (Tck kamu itu..)" kata Teo.

"Aku opo?" Teo menggeleng kembali menyeruput kopi buatannya sendiri, "kopi mu enak tenan yo, pantes koe Ra iso muleh Podo seneng Karo kopi gaweanmu (kopi mu enak banget Yo, pantas saja kamu gak bisa pulang pada suka sama kopi buatan mu)" ujar senja.

"Wess jelas lah mbak. Iki larang lk di dol, wes gak enek sing gelem tuku lk di dol Karo wong kene. Eman-eman duite (Ya jelas lah mbak. Ini mahal kalo di jual, udah gak ada yang mau beli kalo sama orang sini. Sayang uangnya)" ujar Teo bercanda.

"Emang piro to Yo tak tukune kene ndehh (emang berapa to yo, ku beli sini deh)" Teo tersenyum maklum, lalu mulai berhitung berapa kalkulasi nya.

"127 rupiah, jadi 57 rupiah karena bubuk kopinya kan punya embak" ujar Teo di tambah dengan tawa yang mengalun indah.

"Ya Allah, kui belonjo ndek pasar uwes oleh akeh menu panganan! bek pasti meja makan!! (Ya Allah, itu belanja di pasar udah dapet banyak menu makanan! penuh pasti meja makan!!)" ujar senja.

Keduanya tergelak bersama mengabaikan dua bocah kecil yang entah sejak kapan sudah tertidur lelap, Marvin dan kasya yang nampak imut bersandar ke tubuh Abang yang baru saja meraka kenal.





"Tidur mbak anaknya..."

"Pindahen ke kamar gih" Teo menurut dan memindahkan satu persatu kedua bocah tersebut dengan pelan, membuat senja tersenyum tipis. benar-benar suami idaman batinnya.











Senja sedikit terkejut tadi melihat kehadiran Teo di rumah sang kakak, Teo yang notebenenya sudah tak ia temui selama 3 tahun ini karena anak itu merantau. Tiba-tiba berada di rumah sang kakak yang sedang kosong bersama kedua keponkannya yang mengatakan bahwa ia sudah di bantu mandi dan berpakaian serta di buatkan makan malam hingga ditemani sampai si kembar telelap.

Suami Mas Jaguar | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang