05; Dibawa Pulang

6.1K 583 15
                                    






——naw.pov


Teo mau ngeluh tapi yaudah lah demi adik tercintanya dia mau nih ujan-ujanan jemput adik bungsunya di sekolahan, dia udah kaya tukang ojek yang gak mau neduh pas hujan kaya mengutamakan kostumer. Jas hujan warna merah, motor Mio watna merah sungguh serasi.

Teo dengan pelan melewati hujan dan jalanan batuan area persawahan yang belum kena jatah aspal, jujur saja Teo takut apalagi Natheo dia tidak pernah pergi keluar rumah saat hujan deras seperti ini kecuali pas naik, mobil. naik motor belum pernah.

Mulut Teo komat-kamit menggumamkan puluhan doa dan berharap segara sampai di SMP adik bungsunya. namanya Raditya Rahman Ningtio, panggilannya Radit. akhirnya pasangan R (orang tua Teo) punya anak yang awalan namanya R.

Ceritanya pak Rahman baru kepikiran anak nama R pas si Sarah sudah selesai di beri nama, pak Rahman baru sadar kalau dia dan istrinya punya nama depan yang sama.

Kembali ke Teo yang saat ini sudah berada di luar pagar sekolah, karena sepeda motor wali murid tidak boleh masuk jadi Teo hanya bisa sampai sana memarkirkan motornya lalu mengambil jas hujan lain dan dibawanya masuk ke dalam area sekolahan untuk menyeret adiknya pulang.







"Bang!!" belum juga Teo menyeret si bontot yang sedang dada-dada ke arah Teo, Teo sudah memasuki area lapangan sekolah nya. Radit yang tengah berada di koridor kelasnya saat ia melihat kakak sulungnya menjemput.

"Nih pake ayo pulang" ajak Teo sembari memberikan jas hujan ke adiknya, "Lah? kan jadi satu sama Abang bisa" ujar Radit, Teo menggeleng tidak mau.

"Gak ribet kalo jadi satu, pake gek pulang kita ayo cepetan" ujar Teo, "Sik tak lah bang, kanten (tunggu dulu bang, sabar)" kata Radit Enteng dan mulai memakai jas hujan pemberian Teo.

Selagi menunggu sang adik memakai jas hujan dan berkemas, Teo memperhatikan area sekolahan yang nampak mulai sepi hanya kantor guru yang terlihat ramai. murid-murid sekolah mayoritas sudah pulang ke rumah masing-masing mungkin antara main hujan sambil naik motor atau seperti adiknya yang di jemput walinya.

"Abang Teyoo?.." suara kecil dari belakang Teo dan Radit mengintrupsi membuat keduanya menoleh secara bersamaan. Teo cukup terkejut melihat calon nya lagi setelah pagi tadi bertemu, Si Marvin.

"Loh mpin? kok bisa ke SMP? sekolah kamu kan di belakang, sama siapa kamu kesini?" tanya Teo. Bocah itu tidak menjawab dan justru mengangkat tangannya meminta gendong.

"Abang pake jas hujan mpin, bentar Abang lepas dulu" ujar Teo dan mulai melepas jas hujannya. "Bang.." Radi bersuara, heran dengan abangnya tadi minta cepet-cepet sekarang dia yang sengaja mengulur waktu.

Begitu selesai melepas dan meletakan jas hujannya Teo meraih tubuh bocah TK itu, di gendongnya Marvin lalu mulai bertanya kembali tentang tadi.

"Tadi caca puyang cama bu guyu, tapi bu guyu lupa mpin kembalannya Caca jadi gak dibawa.. teyus mpin diajak ke cini cama bu guyu, ayah belum jemput mpin bang" ujar Marvin. "Loh caca sakit?" tanya Teo peka. Marvin mengangguk membenarkan.

"Yaudah sekarang mpin ikut pulang bang Teo aja ya? nanti habis hujannya reda Abang anterin ke rumah kamu, gimana?" tanya Teo. Marvin nampak berfikir sebelum menjawab "mpin ke lumah Abang?" tanya nya.

"Iya nanti main sama Abang sama mas Radit juga? gimana?" tanya Teo dan langsung diangguki setuju oleh Marvin "mauuu" ujar bocah itu.

Teo tersenyum hangat lalu menengok ke arah adiknya yang nampak mengeryit heran. "Kenapa?" tanya Teo, "Abang masak anak e juragan diajak naik motor Mio? bukannya gak level ya sama dia?" kata Radit.

Suami Mas Jaguar | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang