23; Officially Mas.

7.1K 604 100
                                    









——naw.pov








Bulir keringat menuruni pelipis bujangga anak tiga, yang tengah melemparkan ujaran ".. Saya ingin menjadi suami adik.. adik Teo Rahman Ningtio" finalnya. Si pemilik nama yang berada di depannya nampak menunduk begitu kalimat nya selesai, jaguar mengeryit dilihatnya pipi sang pujaan hati yang sedikit memerah. Hafft.. helaan nafas jaguar keluarkan lalu tersenyum tipis menangkap sesuatu yang menyenangkan.

Teo malu setengah mati, rasa malunya tadi telah teralihkan sejenak namun muncul kembali saat kata demi kata yang jaguar keluarkan dari mulutnya. Dirasa pipinya menghangat, jantungnya pun berdegup jauh lebih kencang. Dirinya mencoba menahan senyum nya di tunduknya namun gagal ia tersenyum sembari menunduk menyembunyikannya dari semua orang namun tampak jelas di mata kasya dan marvin.

"hihi.." kedua bocah itu terkikik geli, membuat Teo reflek mendongak dirinya sebenarnya malu tertangkap basah oleh si kembar namun mungkin ia akan jauh lebih malu jika mengabaikan perkataan jaguar terlalu lama.

"Eum aku-.. apa cak jagu sama sekali enggak keberatan? Seluruh keluarga disini? aku takut jika keluarga saja tidak menerima apa lagi yang la-" ucapan Teo terpotong dengan sentuhan tangan ibunda jaguar, wanita paruh baya itu gelengan keras "Le, anak ibu itu bukan satu tahun dua tahun memulai cerita ini.. sudah lama, sudah puluhan tahun. Kami sekeluarga sudah ikhlas, ikhlas sekarang jawabannya tergantung kamu.." ujar uti, keluarga jaguar tersenyum teduh mengangguk menyetujui ucapan Bu Siti.

"Dek.." panggil jaguar, Teo menatap pria yang berbeda 10 tahun lebih tua darinya. Teo menggigit pipi bagian dalamnya sebelum berucap lalu mulai memejamkan matanya erat, "Aku-.. aku menerima cak jagu, anak-anak menginginkan saya sebagai papa dan saya juga menginginkan menjadi papa mereka serta menerima cak jagu sebagai calon suami saya.."

Keluarga Maheswari nampak membe'o sebentar lalu langsung tersenyum lega. Sama seperti bapak serta adik-adik Teo, Jaguarga si pemilik hati nampak tersenyum lebar menatap ke arah Teo yang sekarang sudah membuka matanya dan memeluk erat si kembar yang juga nampak bahagia.

"Syukur, nak Teo syukurlah.." ujar Mbah Warsa mendalam. Mbah Warsa yang berada di dekat pak Rahman menjabat tangan besannya itu, "besan" ujar keduanya lalu terkekeh ringan. Semua orang nampak bahagia, senyum lebar mereka perlihatkan begitu tangan Jaguarga dan tangan Teo menyapa. Jaguar menyelipkan cincin platinum cantik, ke jari tengah tangan kiri Teo bertanda mereka dalam hubungan pertunangan.

"Terimakasih dek.." ujar Jaguarga mendalam, Teo menggeleng tak seharusnya pejuang sendiri seperti Jaguarga berterimakasih seharusnya ia yang berterimakasih karena pria tua itu sudah memperjuangkannya selama ini. Akhirnya, akhirnya pejuang itu pulang dan mendapatkan hasil perjuangannya selama ini.

"Adek yang harusnya terimakasih" ujar Teo, Jaguarga tersenyum hangat menanggapinya.











jaeyong.





Sayup-sayup dengkuran halus terdengar dari tiga anak jaguarga, Teo sang penggiring tidur nampak masih sibuk membenarkan selimut ketiga anak Jaguarga tersebut. Di dalam kamarnya satu bayi dan dua bocah itu terlelap, Teo tersenyum melihat cincin yang melingkar ditangannya mengingatkannya akan kejadian beberapa menit yang lalu saat ia resmi menyandang status tunangan dari ketiga anak Jaguarga.

"Kalo gak jadi Teo, gue ga pernah tau kalo Jaguarga seeffort ini.." batin Teo, dirinya tersenyum kembali lalu mengecup ketiga pelipis anak-anak yang telah di tidurkannya tadi sebelum beranjak keluar karena sudah terlalu lama meninggalkan para tamu rumahnya.

Suami Mas Jaguar | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang