09; Tangisan si Bungsu

5.8K 585 31
                                    









--naw.pov








Memang tidak bisa diragukan lagi dalam hal-hal meracik sekali ajar langsung Teo bisa menguasai teknik peracikan Jamu, walaupun berbeda dengan cara meracik kopi toh namanya sama meracik dan Teo handal dalam hal itu.

Ibu Siti tersenyum melihat tangan Teo dengan handal meracik jamu pesanan pelanggan, cuaca mending gerimis cocok untuk meminum segelas jamu hangat, untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan menghangatkan tubuh.




"Saya pesan jamu beras kencur satu.." sampai satu suara pelanggan yang baru saja tiba mengintrupsi, Teo yang masih sibuk meracik tak melihat siapa pelanggan tadi namun segera menjawab

"segara disiapkan, silakan duduk dulu.." kata Teo sopan.

namun tak lama terdengar pekikan yang memanggilnya "Abang Teyooo!" langsung membuat Teo menoleh.





Ternyata pelanggan tadi adalah Jaguarga yang tengah menggendong si kembar, baru pulang dari menjemput si kembar. Teo membelalakkan matanya terkejut, "Baru pulang ya?" tanya Teo. Si kembar mengangguk, "ayah! mau sama Abang Teo.." kata mpin dan Caca serempak.

"Abang Teo masih kerja nak.. sama uti aja yuk di belakang.." kata ibu Siti mengintrupsi.



Si kembar menggeleng terus meronta ingin bersama Teo, mengundang banyak perhatian pelanggan toko jamu. Teo dengan halus meminta tolong Dea yang tengah memegang bagian kasir toko jamu untuk sebentar membantunya meracik. Tanpa banyak bicara Dea menyetujuinya, dan segera Teo mengambil si kembar dari gendongan ayahnya dan mengajaknya masuk mengikuti arah uti nya sedangkan jaguar nampak mengintili teo dan anaknya dari belakang.


"Kok gak pulang, ganti baju dulu.." tutur Teo, si kembar menggeleng membuat Teo beralih menatap jaguar dengan tatapan tanya. "Tadi kembar minta kesini jadi saya turutin" kata jaguar, Teo mengangguk paham.

"Udah pulang cak si bungsu?" tanya Teo. "Sudah, lagi sama senja. tidur tadi tak tinggal kesini" jawab jaguar.

"Lho udah pulang? Yowes kali gitu uti mau liat bungsu.. kembar udah makan ta?" tanya bi siti. "Udah makan uti, tadi mampir ke warungnya mbak Tri" jawab jaguarga. "Kemau (tadi) kesini naik apa? Motor?" tanya ibu Siti, Jaguarga mengangguk ia tak menggunakan mobil tadi, malas.

"Yaudah yo nak Teo, anterin ibu ke rumah.. ya? sekalian anak-anakmu pulang ngger (nak) salin baju" tutur ibu Siti, selain mengangguk dan menurut teo tak bisa merespon hal lain. Ia pergi sebentar untuk berpamitan dengan rekan kerjanya Dea, Teo merasa tak enak baru bekerja hari Ini sudah banyak merepotkan Dea padahal Dea sama sekali tak keberatan tou Teo pergi atas permintaan si boss mana berani Dea protes.







Dengan hati-hati Teo mengendarai motornya sesekali berbincang hangat dengan ibu jaguar, diikuti belakangnya motor putih P*X milik jaguar yang berjalan pelan membuntuti laju motor Teo. Sempat berdebat tadi antara Caca dan mpin yang ingin naik ke motor Teo hingga akhirnya Mpin ikut Teo, sedangkan caca ikut ayahnya. Teo tak berani jika harus membawa empat nyawa sekaligus.

Begitunya sampai mereka langsung menuju ke rumah Jaguarga untuk menggantikan baju si kembar, tebakan kalian benar kembar meminta Teo untuk menggantikan mereka bersalin. Teo sedikit prihatin dengan cara didik orang Indonesia yang begitu memanjakan anak-anaknya, setahunya di Singapura anak-anak usia empat tahun sudah handal mandi sendiri, memakai pakaian sendiri dan makan sendiri.


"Bang Teo cuman bantu pilihin aja ya? Coba kalian pasang sendiri, pasti bisa kok" ujar Teo. si kembar sontak menggeleng "bang Teyoo pakein mpin cama Caca bajuu" rayu keduanya. Teo kekeh menggeleng.

Suami Mas Jaguar | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang