20; Petuah Si Tengah

4.7K 540 40
                                    








——naw.pov







Teo mengeryit mengapa bapak memanggilnya, ini masih sore bahkan Maghrib saja belum?.. sebelum beranjak Teo mengecup gemas pipi jevano, lalu berjalan keluar dari kamarnya. "Ada apa to pak?" tanya Teo begitu mendapati bapaknya berada di luar kamarnya, "yo makan makan sana lo bang, siang tadi Abang gak makan kan? nanti pingsan" ujar bapak dengan nada bercanda.

"Abis mandi aja pak, Radit udah belum kamar mandinya?" tanyanya. "Belum gatau adikmu didalem kenapa, semedi palingan (bertapa mungkin)" ujar bapak. "Semedi ndek njeding oleh opo se pak, ora oleh ilmu (bertapa di kamar mandi dapat apa si pak, gak dapet ilmu)" sahut Teo membuat keduanya tergelak.


"Wes kno maem o sik bang, kene tole bagus tak mongne.. pisan ngenteni adikmu rung mari ke, Ben gak lemes engko. Jo lali bang engko adu mental e wes koyo ujian (sudah sana makan dulu bang, sini anak ganteng sama bapak aja.. sekalian nunggu adikmu belum selesai kan, biar gak lemes nanti. Jangan lupa bang nanti adu mentalnya udah kaya ujian)" kata bapak diakhiri gelak tawa. "Dih yang penting yakin pak hehe" jawab Teo.

"Yakin kok nangis-nangis" ujar bapak, "lah sedih kok Ndak oleh nangis Ki piyeee~" ujar Teo. Keduanya tergelak kembali, lalu dengan segera bapak kembali menyuruh anak sulungnya itu untuk makan akhirnya Teo mengangguk. Teo kembali ke kamar untuk mengambil jevano lalu dengan segara menyerahkannya ke bapak, namun seperti tadi bayi itu memberat menolak diberikan ke bapak.

"Lho tole bagus, Abang mau makan duluuu... Kamu ikut sama Mbah ya?? ayo sini.. liat ikan, liat ikan e Radit mau liat ikan cupang le.. bagus lho" ujar rahman, namun bayi itu menggeleng keras memeluk erat tubuh Teo. "Ndak mau pak, yaudah gapapa aku bisa kok makan sambil gendong dia.. tak ambil gendongan dia dulu" ujar Teo kembali masuk ke kamar meninggalkan bapak yang nampak tersenyum melihat putranya.



Sarah yang baru keluar dari kamarnya berjalan mendekati bapak yang tersenyum ke arah pintu kamar abangnya, "Lapo pak? (Kenapa pak?)" tanya Sarah. "Lopa Lapo lopa Lapo.. sing sopan Karo wong tuek i! enten nopo ngono lo.. kui Lo jevano gak mau lepas dari abangmu" ujar Rahman. "Sensi amat bapak" ujar sarah lalu pergi meninggalkan bapak menuju dapur, ia haus ingin minum.

"Kalo minum gelasnya dibawa keluar yang di dalem kamarmu! Nduk! jangan nimbun gelas! Kamu mau niru mafia minyak jadi mafia gelas he?" ujar bapak memperingati putrinya yang suka menimbun gelas, Sarah terlihat tak peduli dan memilih untuk megambil gelas baru lagi di dapur padahal mungkin sudah ada tiga sampai lima gelas di kamarnya.

Teriakan bapak membuat Teo yang baru keluar mengeryit "kenapa Sarah pak?" tanyanya. "Adikmu itu Lo udah sering di bilangin, jangan nimbun gelas.. eh gak pernah di denger sampai bapak yang tiap hari diomelin ibu.. adikmu itu 25 tahun apa bulan si bang, kaya cah cilik wae" ujar bapak, Teo tergelak "lah emang masih muda banget pak" ujar Teo. Bapak mendengus mendengar itu lalu kembali menyuruh anak sulungnya itu makan dan langsung diangguki setuju oleh Teo.










jaeyong.











"Gendong pinggir dulu ya nak, abang mau maem dulu.." ujar Teo selesai membenarkan gendongan jevano menjadi menyamping yang awalnya berada depan memunggungi Teo. Teo duduk di meja makan sederhana buatan sendiri oleh tangan terampil bapak yang sudah tampak tua termakan usia dengan khidmat menikmati makanannya sembari sesekali mengajak berbicara bayi empat bulan yang berada di gendongannya.

Suami Mas Jaguar | JaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang