Warning 🔞
Asher mengumpat, mengucap sumpah serapah ketika tubuhnya di tabrak oleh seseorang yang membuat aktivitas bercintanya berhenti. Sialan, batin Ash. Dia akan membuat perhitungan dengan orang yang sudah menggagalkan kenikmatan bercintanya it...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalian baca cerita ini dimana?
-Do you know how much i love you? if you could take of the words in the language, it still wouldn't describe how much i love you. And if you could gather all those words together, it still wouldn't describe what i feel for you. What i feel for you is everything-
***
Ann tercenung menatap bangunan mansion megah di depannya. Sepertinya bangunan ini lebih besar dua kali lipat dari mansion milik Asher.
"Kau siap?" Asher menautkan tangannya pada jemari Ann lalu berjalan beriringan memasuki pintu megah mansion yang berwarna putih itu.
"Buenos dias, Senor." sapa seorang pelayan pria yang sepertinya sudah cukup akrab karena Asher membalas sapaan itu dengan menganggukan kepala serta menepuk pundaknya.
"Dimana kakek dan nenekku?"
"Ada di ruang tengah, Senor."
Mereka berdua berjalan ke ruangan yang dimaksud. Ada sedikit kekhawatiran dalam diri Ann ketika harus bertemu dengan kakek dan nenek Asher tapi ia sudah berjanji akan pelan-pelan hidup normal seperti orang pada umumnya, bersosialisasi dan membangun hubungan baik.
"Mi amor." seru Asher saat melihat seorang wanita tua tengah menggunting tangkai bunga dan merangkainya.
Wanita tua itu menoleh dan tersenyum, pun dengan Asher yang melepaskan pegangan tangannya pada Ann lantas pria itu berjalan memeluk sang nenek.
"Ya Tuhan, siapa ini seperti cucuku yang telah hilang." sindir sang nenek setelah melepaskan pelukan Asher. Tangannya meraba wajah cucunya itu, seolah memastikan jika wajah Asher masih seperti dulu.
"Maafkan aku karena baru kemari, mi amor. Sepertinya kulit wajah kau sedikit lebih cerah, kau semakin cantik di usia senjamu."
"Kau selalu dapat membuat wajah nenekmu ini tersipu." ia mencubit lengan cucunya yang dibalas pelukan oleh Asher.
Ann hanya memperhatikan interaksi cucu dan nenek tersebut. Matanya menyorot di setiap sudut mansion, lebih tepatnya ruang tengah mansion ini. Ada satu buah pohon Natal yang diletakan di samping sofa berwarna cream lengkap dengan beberapa kotak hadiah di bawahnya.
"Aku membawa seseorang untuk ku perkenalkan denganmu."
Suara Asher membuat pandangan Ann kembali lurus dan bertemu dengan iris mata sayu sang nenek. Dengan kaku, Ann mencoba menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum. Langkah kaki sang nenek yang dituntun Asher untuk mendekat, pun terasa mendebarkan jantungnya. Perasaan yang mirip saat pria itu membuka pintu gereja dan berjalan ke arahnya, perasaan yang dulu coba ia kesampingkan.
"Siapa dia?" tanya sang nenek saat sudah berada tepat di depan Ann.
Asher melepaskan rangkulannya dari nenek dan berpindah di samping Ann, menarik pinggang gadis itu mendekat. Sementara Ann menahan nafasnya. Canggung.