Warning 🔞
Asher mengumpat, mengucap sumpah serapah ketika tubuhnya di tabrak oleh seseorang yang membuat aktivitas bercintanya berhenti. Sialan, batin Ash. Dia akan membuat perhitungan dengan orang yang sudah menggagalkan kenikmatan bercintanya it...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kalian baca cerita ini dimana?
Karena aku nggak sempet baca ulang atau edit, nanti kalau nemu kalimat rancu atau typo yang tak tertolong, tag aku aja ya :)
-get in the habit of expressing your heart, because feelings are shapeless but words are the opposite-
***
Dua orang penjaga menghampiri saat mobil Asher menepi di bahu jalanan. Ia keluar dengan membanting pintu, penuh kekesalan. Kedua penjaga itu menunduk segan, mengikuti Asher dari belakang yang berjalan masuk ke sebuah gang kecil. Melewati beberapa pertokoan yang tutup, ada pula yang masih buka. Orang-orang yang tidak sengaja berpapasan dengannya berhenti berjalan dan menunduk, menyapa. Rasanya sudah lama sekali Asher tidak masuk ke tempat ini semenjak kehidupan pribadinya begitu sibuk. Ia berhenti tepat di sebuah kedai ramen yang sedikit sepi dari biasanya ia lihat. Sebelum melangkah masuk, dari kejauhan Asher menangkap beberapa anak buahnya gelagapan, sebagian menghampiri, sebagian lagi lari masuk ke dalam ruangan dari balik sebuh pintu yang di kamuflase sebagai dapur.
"Tumben sekali kau datang, Sir?"
Asher menyorot tajam anak buah yang baru saja bicara. Membalikan tubuhnya berhadapan dengan sosok pria gempal dengan tinggi yang berada di atasnya sedikit itu.
"Aku tidak butuh basa-basimu." Asher menepuk-nepuk dada pria gempal itu dan di akhiri cengkraman keras pada bahunya, "dimana Devon dan Felix?"
"Mereka ada dibawah. Aku akan mengantarmu kesana." ia semakin menunduk ke bawah, terlihat jika pria gempal itu sedikit ketakutan akan intimidasi Asher.
Asher menimbang. Kukunya masih menancap di kulit bahu pria tersebut. Membayangkan berada di bawah entah kenapa rasanya begitu menyesakkan. Asher melepaskan cengkramannya dan mengendurkan dasi yang terikat dileher. Di bawah hanya terdapat bar, tempat biasa anak buahnya berkumpul dan minum.
"Aku ingin duduk."
Seorang anak buah lainnya bergegas menarik kursi setelah mendapat delikan dari pria gempal. Menyodorkan kursi tersebut pada Asher.
Duduk dengan kaki yang sengaja dinaikan ke atas meja, Asher melipat kedua tangan di dada seraya memejamkan mata.
"Asher..?" suara Devon memanggil.
Asher membuka matanya pelan, menemukan Devon bediri di hadapannya dan di belakang ada Felix. Asher sama sekali tidak dapat melihat ekspresi Felix dari balik kacamata hitamnya, apa pria itu kesal melihat Asher atau bahkan senang?
"Apa bisnis kalian lancar?" Asher sengaja menekankan kata kalian agar Devon tahu maksud dari perkataannya.
Devon termasuk pria yang sangat cekatan. Ia paham dari maksud sindiran Asher karena pria itu memilih diam saja tidak menjawab.
"Kenapa tidak satupun dari kalian memberitahuku? Apa aku disini hanya figuran? Ah, apa organisasi geng sialan dari preman jalanan ini sudah lupa siapa yang menarik mereka dari gorong-gorong?"