RedRose 34

358 38 13
                                    

Kalian baca cerita ini dimana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kalian baca cerita ini dimana?

⚠ WARNING 18+ ⚠

-you are always ticking inside of me and i dream of you more often than i don't. My body is dead language and your pronounce each words perfectly-

***

"Morning, bayi."

Ann terperanjat ketika mendapati Asher tengah berada di dapurnya. Walapun hanya punggung pria itu yang terlihat karena sepertinya sedang melakukan sesuatu, Ann yakin itu adalah kekasihnya.

"Kau..?"

Asher membalikan badan dengan dua buah piring berisi roti panggang di kedua tangannya, "tidak ada yang tersisa dari isi kulkasmu. Jadi aku hanya membuat ini." ia menaruh kedua piring di meja makan dengan bersisian.

"Bagaimana kau bisa masuk?"

"Tentu saja lewat pintu." Asher melirik singkat Ann yang masih terheran. Saat langkahnya sejajar dengan gadis itu ia melirik dengan senyum jahil yang membuat dahi Ann berkerut bingung, "ya walaupun dengan sedikit merusaknya." kata Asher enteng berjalan melewati Ann.

Ann membalikan tubuhnya. Hanya punggung Asher yang terlihat kembali karena membelakanginya lagi, "kau membobolnya?"

Dentingan sendok yang bersentuhan dengan cangkir menyelingi pembicaraan mereka. Asher terlihat sedang mengaduk sesuatu. Ann menunggu, tangan kirinya bertumpu pada sisi pinggir meja makan.

"Sedikit." ujar Asher berbalik. "Akan ku panggil tukang untuk memperbaikinya nanti." ia berjalan melewati Ann sementara mata gadis itu mengikuti sosoknya yang menaruh dua cangkir teh di atas meja.

"Kau tahu itu sangat tidak sopan?"

"I know. Tapi semua kesopanan akan ku singkirkan saat menyangkut tentangmu. Bagaimana bisa aku tidak mendobraknya ketika sudah beberapa hari ini kau tidak ada kabar." Asher duduk menyilangkan kakinya dengan tangan bersidekap, menatap lurus ke arah Ann.

Ann hanya menghela nafas panjangnya, ia malas berdebat.

Asher memutus pandangan mereka hanya untuk berdiri menuju Ann yang masih betah diam. Ia sengaja memberi jarak, menyisakan ruang berpikir untuk Ann karena sungguh wajah gadis itu teramat mengenaskan. Asher tentu tahu alasan mengapa Ann tampak lesu, terlihat kantong matanya yang membengkak, seperti sudah tidak bernyawa. Bagai mayat hidup.

Alasannya meninggalkan kesibukan di Barcelona untuk terbang ke Los Angeles tentu saja karena merasa khawatir. Beberapa hari tidak mendapatkan kabar dari Ann membuat tidurnya tak tenang. Tapi ia masih berpikir waras karena mungkin gadis itu sedang menghabiskan waktu bersama Thomas, seperti apa yang dikatakannya saat memberitahu Asher bahwa akan pergi. Lalu tiba-tiba saja Thomas menghubunginya, memberitahu jika Ann tengah berduka. Duka lama yang katanya muncul kembali saat memutuskan memindahkan makam sang ibu tepat di samping peristirahatan ayahnya.

Red RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang