Kalian baca cerita ini dimana?
-Once, Picasso was asked what his paintings meant. He said "do you ever know what the birds are singing? You don't. But you listen to them anyway." So sometimes with art, it is important just to look- Marina Abrahamovic
***
K
ondisi rumah itu sangat berantakan dengan perabot yang berserakan di lantai. Beberapa pria bertubuh besar tampak mengisi sudut ruangan rumah dua lantai. Dua orang berjaga di depan pintu masuk, beberapa berada di lantai satu dan sisanya berdiri di sebuah ruang kamar yang berada di lantai dua. Seorang pria jangkung dengan beberapa rambut yang sedikit memutih duduk di atas sebuah ranjang, di kiri dan kanannya bodyguard mengawal.
Di sudut ruangan kamar tersebut, dua anak perempuan yang berusia tujuh tahun dan sebelas tahun terlihat sedang saling memeluk bersama karena ketakutan. Dan tepat di depan pria jangkung itu seorang wanita parubaya sedang berlutut, air mata keluar begitu derasnya.
"Kau harus membayar semua hutang-hutang suamimu, Mrs. Marcoz." tutur pria jangkung yang rupanya bernama Enrique Remirez.
Enrique Remirez merupakan seorang renternir yang mempunyai usaha dalam bidang properti cukup terkemuka di wilayah kota Barcelona. Seorang pria tua yang kesepian karena ditinggal istrinya kabur bersama beberapa harta benda yang dimiliki setelah baru tiga hari pernikahan mereka. Sampai saat ini dia tidak menikah lagi.
"A-aku sudah bilang akan mencicilnya tapi kau tidak sabar untuk menunggu."
Enrique terbahak. "Cicilan seumur hidupmu pun tidak akan dapat membayar hutang-hutang dari suamimu, hmm." sebuah pemikiran terlintas di kepalanya. Ia mengelus-elus janggut yang tak berjambang dengan memperhatikan seorang wanita berambut blonde yang sedang berada dalam cengkraman bodyguardnya, berdiri di ambang pintu.
"Aku akan menikahi anakmu, dan ku anggap hutang itu lunas. Bagaimana?"
Wanita blonde yang sedari tadi hanya diam kini meronta. "Tidak. Aku tidak mau! Lepas, lepaskan aku!"
Melihat sikap dari wanita berambut blonde itu membuat Enrique menjadi kesal. Ia menarik kasar rambut wanita parubaya di depannya hingga tersentak ke belakang. Teriakan dan pekikan terdengar bersahutan dari suara para wanita di dalam kamar itu.
"Kalau ibumu tidak dapat merubah keputusanmu untuk mau menikahiku. Bagaimana dengan kedua adik-adik kecilmu itu?" mata Enrique melirik tajam penuh arti pada kedua anak perempuan yang tengah menangis ketakutan.
"Tidak, ku mohon. Dengarkan! Dengarkan aku terlebih dahulu. Ada sesuatu yang ingin ku bicarakan. Kau harus mendengarkannya, ini akan menguntungkanmu."
***
Asher membuka pintu ruang kerjanya dengan kasar, melemparkan sebuah dokumen ke atas meja. Tangannya mengendurkan tali dasi, ia duduk di kursi dengan kedua kaki yang di naikan ke atas meja. Dengan punggung yang ia senderkan, kepala Ash menengadah ke atap langit-langit kantornya lalu menutup mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Red Rose
ActionWarning 🔞 Asher mengumpat, mengucap sumpah serapah ketika tubuhnya di tabrak oleh seseorang yang membuat aktivitas bercintanya berhenti. Sialan, batin Ash. Dia akan membuat perhitungan dengan orang yang sudah menggagalkan kenikmatan bercintanya it...