RedRose 37

251 40 14
                                    

-it was the want time that I really wanted the clock to stop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


-it was the want time that I really wanted the clock to stop. And just be there for a long time-

***

Asher menekan pedal gas dengan kencang sehingga mobilnya melaju di atas batas maksimum. Sementara Mike berpegangan pada handle grip dengan sesekali melirik Asher yang menatap jalanan dengan tajam. Beberapa kali mobil yang mereka tumpangi menyalip kendaraan lain, berkelok-kelok di jalanan kota Barcelona.

"Apa kau yakin kita tidak perlu bala bantuan?" tukas Mike.

"Apa kau takut?"

"Jangan bercanda, Ash. Jika memang Felix memanipulasi semuanya, aku yakin beberapa anggota geng sialanmu itu berpihak padanya. Sekarang manusia mana yang tidak menyukai uang? Kau terlalu naif menjalankan kelompok ini seolah bersih dari kejahatan."

"Aku tahu." kata Asher memukul stir mobil dengan tangan yang terkepal.

Setelah Mike berhasil membuka beberapa dokumen dari flashdisk yang Asher dapatkan. Semua kegiatan ilegal seperti penyelundupan narkoba, transaksi jual beli senjata, semua tercantum disana dan mengacu pada satu nama, Felix. Tangan kanan Asher yang dipercayai untuk memimpin para anggota geng preman yang dikumpulkannya.

Saat Mike berusaha untuk mencari tahu siapa Felix sebenarnya, dan mencoba untuk mengakses dokumen rahasia kepolisian, keterkejutan kembali didapat Asher. Bahwa, Felix anak kandung dari Gervaso Torres---seorang pemimpin teroris yang ditakuti dan diburu oleh CIA.

Gervaso Torres sendiri mempunyai dua orang putra, namun satu putranya dinyatakan meninggal karena sebuah kebakaran besar yang menimpa kediamannya dan menewaskan sang istri serta putra bungsu mereka.

"Aku masih tidak dapat mencerna motif Felix mengacaukan perusahaanmu dengan mengirim beberapa pekerja untuk membuat nama perusahaan Arcene yang kau kelola menjadi buruk." tutur Mike.

"Motif apapun itu rasanya sudah tidak penting. Yang jelas, dia sudah berani menghianatiku." Asher tertawa getir, "bagaimana bisa aku mempercayainya selama ini. Sejujurnya jika dia putra seorang teroris bahkan pembunuh pun aku tak peduli selagi dia dapat memegang kepercayaanku. Tapi lihatlah, benar kata orang, tidak seharusnya aku memungut sembarangan hewan liar." katanya sembari memutar stir mobil ke arah kiri.

Sesampainya ditempat tujuan, Asher meraih pistol lantas menyelipkannya dibelakang pinggang, dan dua buah belati yang disembunyikan dibalik kaos kakinya.

"Seriously, hanya kita berdua?" tanya Mike.

"Iya. Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuktikan siapa saja yang setia padaku." ujar Asher mengisi penuh peluru pistolnya.

"Wow... Rasanya seperti kembali ke masalalu. Ayo!" Mike keluar terlebih dahulu lalu disusul oleh Asher.

Ada yang terasa beda atas kedatangannya kali ini, tidak ada orang yang berjaga. Meski biasanya toko-toko yang dilewati tak berpenghuni, rasanya malam ini terasa begitu sepi. Tidak ada orang yang berlalu-lalang. Hal itu semakin meningkatkan kewaspadaan Asher bahwa mungkin saja Felix sudah mengantisipasi kedatangannya.

Red RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang