12 - Mencoba Mencintai

137 8 0
                                    

Happy Reading 🤗
Tinggalkan jejak kalian ya.

***
Andre memandangi Maura dengan lekat, kedua matanya seolah tidak ingin terlepas dari pandangannya. Lelaki itu bermurah hati mempersilakan wanita yang tengah berbadan dua itu masuk ke dalam rumahnya. Bahkan dia juga memperbolehkannya untuk tinggal di sana sampai semua masalah yang tengah menimpanya usai tanpa celah.

"Andre ... entah sampai kapan aku bersembunyi di sini." Maura tidak tahu betul kapan dia berani menampakkan wajahnya pada Khalil merajut kembali kisah yang pernah dijalin.

"Kamu jangan takut. Ada aku." Andre melemparkan seulas senyumannya, seolah memberitahu wanita itu bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Maura mengerti dalam kondisinya saat ini berada dalam zona bahaya jika saja dirinya menampakkan di depan keluarga. Bagaimana apa kata mereka nanti menghilang begitu saja meninggalkan pernikahan, lalu datang dengan penampilan yang tidak seperti biasanya. Tidak akan lama lagi perutnya akan terlihat membesar, pasti mereka mempertanyakan hal itu.

"Maafin aku sudah buat kamu susah, Ndre." Maura mengusap air matanya yang meluncur begitu saja membasahi permukaan wajahnya.

Kenyataan ini memang sangat sulit baginya bahkan jika harus jujur dia ingin memilih pergi saja dari kehidupan yang sifatnya fana. Namun, keadaan menyuruhnya untuk siap menghadapi semuanya dengan kesabaran.

Maura meyakini dirinya jika semua permasalahan ini selesai dia akan meraih kisah bahagia itu bersama Khalil yang pastinya sudah menunggu kepulangannya.

"Kamu jangan pernah merasa sendiri. Aku akan siap bantu, jika memang kamu memerlukan segala hal." Andre mengusap puncak kepala wanita itu dengan lembut. Limpahan kasih sayangnya begitu terlihat dari cara dia memperlakukan Maura juga kedua matanya yang selalu menatapnya dengan penuh cinta.

Ya, pria itu memang menyimpan perasaan yang selama beberapa tahun ini terpendam begitu saja dikarenakan suatu hal adanya penghalang setiap kali dirinya hendak mengungkapkan rasa. Siapa lagi jika bukan Khalil yang mendahuluinya menyematkan cincin di jari manis Maura, mengikat janji bahwa dia akan segera mengucapkan kalimat sakral begitu menjabat tangan walinya.

Hal itu menjadi suatu yang tidak aneh lagi terdengar, Andre selalu memberikan kenyamanan pada Maura meski wanita itu tidak pernah menganggapnya ada.

"Terima kasih, Ndre." Kedua netranya berbinar, tertumpuk oleh banyaknya bulir bening yang diusahakannya untuk tetap berada di pelupuk matanya. Dia mencoba untuk tetap tegar menghadapi segalanya, perjuangannya masih panjang.

"Jangan berterima kasih, Ra. Gue ngelakuin semua ini karena lo." Andre mengatakannya dengan lugas seolah tidak ada keraguan dalam dirinya mengenai apa yang hendak diucapnya.

"Aku merasa tidak akan bisa membalas semua kebaikanmu, Ndre." Maura terisak, dia menyadari jika dirinya tidak mempunyai apa-apa yang akan membuat lelaki itu merasa terharu dengan hadiah yang diberikannya.

"Kamu memang tidak akan bisa membalasnya, Ra. Hati kamu hanya untuk Khalil kan?" tanya Andre, membuat Maura terdiam seribu bahasa.

"Maksud kamu?" tanya Maura tidak mengerti.

"Sudah. Lupakan saja." Andre mencoba untuk menahan perasaannya, karena dia merasa jika waktunya belum tepat.

Maura terdiam cukup lama, hingga Andre menyadarkannya dari lamunan. "Mikirin apa?"

"Aku hanya ingin tahu siapa yang sudah menjebakku." Maura mengigit jari telunjuknya.

Mendengar hal itu Andre terkesiap, sesekali membenarkan posisinya seolah tempatnya saat itu terasa tidak adanya kenyamanan. Namun, sepertinya bukan hal itu yang menjadi permasalahan ketidaknyamanan baginya, dia seperti ada suatu perkara yang membuatnya tidak tenang.

"Kamu mau kan bantu aku cari tahu siapa pelaku yang sudah berani menodaiku, Ndre?" tanyanya, alisnya naik sebelah seolah memberikan tanda kebingungan yang terjadi dalam pikirannya.

***
Naluri terpaksa membohongi ibu mertuanya jika pernikahan dia dengan Khalil baik-baik saja. Tidak ada pertikaian atau pun debat ucapan di antara keduanya. Padahal, semua perkataan tersebut hanyalah aduan yang tiada benarnya.

"Mama harap kalian berdua selalu rukun." Vera mengelus tangan menantunya dengan lembut.

Wanita yang mengenakan kerudung segi empat berwarna nude itu mengangguk pelan seolah setuju dengan apa yang diucapkan mertuanya.

"Saya tidak mengharapkan Maura kembali. Justru, saya hanya ingin kamu tetap bersama Khalil apapun yang terjadi." Vera mengatakan itu.

Perkataan Vera sebenarnya cita-cita Naluri saat nanti dia mendapatkan pasangan hidup yang begitu mencintainya dengan sangat, dan melimpahkan segala rasa kasih sayangnya yang tidak pernah ternilai banyaknya.

"Tapi, Mah. Kak Khalil tidak mencintaiku." Naluri berkata lirih, karena sebelum dia mengatakan hal itu pun wanita paruh baya yang tengah terduduk di depannya sudah tahu nama siapa yang tersimpan dalam ruang hati putranya. Nama Maura tersimpan rapi di sana, seolah mempunyai ruang tersendiri yang tidak akan bisa diubah tempatnya.

Khalil memang sulit untuk memulai membuka perasaan, dia juga tidak begitu pandai dalam memutuskan suatu hubungan. Jika sudah mencintai satu orang, maka dirinya kesulitan untuk berpindah mengisi hatinya pada yang lain.

"Khalil memang tidak mencintaimu, Luri. Tapi, cobalah mencintainya. Maka, dia pun akan mengikuti bagaimana caranya mencintaimu." Seulas senyumnya terpasang di bingkai wajahnya.

Ibu mertuanya memang sangat baik, dia peduli terhadap Naluri seperti kepada putrinya sendiri. Dia tahu jika wanita di depannya itu masih polos, belum mengerti perihal hati yang terkadang terombang-ambing mengikuti arus perasaan seseorang. Padahal, jika memang setia mungkin nahkoda akan kembali pada sang pemiliknya menyatukan kisah cinta yang belum usai.

"Aku memang sudah melakukan itu. Berusaha sekuat tenaga mencintai Khalil, tapi entah kenapa pencapaian itu sangat sulit untuk kugapai karena Khalil sangat mencintai kakak saya." Begitu penuturannya mengenai hal itu.

"Tapi, saya sudah membenci Maura. Kenapa dia meninggalkan acara, hingga merubah segala yang ada dalam diri putra saya." Vera mengusap wajahnya dengan kasar.

"Mah, jangan membenci kakak saya. Kepergiannya pasti ada suatu hal yang menyulitkan dirinya dalam memutuskan sesuatu."

***
Rajin update deh sekarang hehe.

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang