Happy Reading 🥰 Follow, vote dan komen ya.
***
“Maura?” Khalil terperangah begitu melihat sosok wanita yang selama ini diharapkan kembalinya tengah bersama seorang pria yang tidak dikenalnya. Keduanya saling berpegang tangan, hal itu membuat dadanya terasa sesak. Tangannya terkepal dengan sangat kuat, dia tidak bisa menahan amarahnya.
Jarak antara keduanya memang sangat jauh, Khalil berada beberapa langkah darinya. Akan tetapi, dia bisa melihat wanita itu dengan sangat jelas. Kedua matanya memanas karena hatinya terasa terbakar oleh api yang membara. Benar apa yang dikatakan Vera jika sosok wanita itu bersama dengan seorang pria. Apakah itulah alasannya pergi meninggalkan pernikahannya?
Khalil hendak melangkah mendekati Maura, tapi wanita itu sudah memasuki mobil yang terparkir di dekatnya. Keduanya tampak sangat dekat seperti ada hubungan khusus, bahkan pria itu membukakan pintunya.
“Maura!” panggil Khalil dengan suara keras, dia berusaha memanggilnya agar mobil itu terhenti. Akan tetapi, percuma saja karena mobil yang dinaiki wanita itu sudah melaju dengan cepat.
Dia gagal menghentikannya, padahal ingin sekali pria itu menegurnya yang sudah tega meninggalkannya begitu saja. Beruntungnya dia mengiyakan ajakan Naluri ke pusat perbelanjaan, karena ada hikmahnya juga dia bisa melihat kelakuan Maura yang sebenarnya.
Tidak lama Naluri datang dengan membawa banyak kantong kresek, dia membeli bahan-bahan pokok yang dibutuhkan oleh mertuanya. Vera akan mengajarinya memasak. Tentu saja, hal itu membuat Naluri bersemangat karena wanita paruh baya itu memang pandai mengolah masakan lezat.
“Kak ... yuk pulang.”
Suaminya seolah tidak peduli dengan ajakan istrinya, dia membiarkannya begitu saja. Padahal di sampingnya Naluri kesulitan membawa beberapa kantong kresek. Bukan hanya bahan untuk masakan saja, tapi ada barang-barang pesanan ibu mertuanya. Lebih kesalnya lagi Khalil melangkah pergi begitu saja masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tidak begitu jauh dari tempatnya. Naluri mengiktinya dari belakang.
“Kak ... bantuin Luri. Aku susah bawanya.” Naluri sudah meminta bantuan darinya, tapi dia malah mengabaikannya. Padahal sejak berada di dalam mobil menuju ke pusat perbelanjaan dia baik-baik saja. Pria itu memilih untuk menunggunya di luar, karena kesal jika harus menunggu seorang wanita berbelanja selalu memakan waktu yang lama.
Mobil yang dinaikinya melesat menjauh dari parkiran, meninggalkan Naluri yang terus memanggil namanya. Wanita itu mengembuskan napasnya pelan, nyatanya sikap manisnya kemarin hanya sesaat. Khalil itu seperti cuaca yang selalu berubah sifatnya. Terkadang dia juga bingung dengan perubahan sifatnya yang begitu cepat.
“Kenapa sih kamu, Kak? Kemarin-kemarin manis banget sampai bilang khawatir sama aku. Terus, sekarang kenapa mengabaikanku seolah keberadaanku antara ada dan tiada? Kenapa, Kak?” tanya Naluri, dia menyeka air matanya yang berjatuhan mengenai pipinya.
***
Merasa dirinya dipanggil Maura terus menoleh ke belakang tuk memastikan, dia tidak salah mendengar jika ada seseorang yang berusaha membuata langkahnya terhenti. Akan tetapi, Andre meyakinkannya jika tidak ada siapa pun yang memanggilnya. Begitu mobilnya sudah melaju, dia menyadari jika sosok yang memanggilnya adalah Khalil.
Dia sempat meminta Andre untuk menghentikan lajunya, tapi pria itu mengingatkannya, apa dia sudah siap untuk menjelaskan semuanya? Menyadari hal itu membuatnya mundur, menunda kesiapannya untuk mengatakan kebenaran yang terjadi saat acara pernikahan itu. Dia juga kala itu melihat sosok Naluri yang menghampiri Khalil. Hatinya sangat sakit, membuncah seketika membuatnya tidak kuat melihatnya meski hanya sedetik saja.
Melihat orang yang dicintai sudah dimiliki oleh orang lain, membuat hatinya sangat hancur. Dia seolah tidak bisa merelakannya meski tiada harapan untuk menggenggamnya. Dia tidak bisa terus seperti itu saja, Maura harus bertindak. Kedua tangannya terkepal dengan sangat kuat.
“Relakan saja Khalil, Ra.” Andre melirik wanita di sampingnya.
“Apa? Kamu bilang relakan dia? Segampang itu kamu mengatakan hal itu, Ndre?” tanya Maura, kedua matanya merah padam dia tampak kesal pada pria di depannya. Akan tetapi, Andre berusaha untuk membuatnya yakin kembali dengan meraih tangannya mencoba untuk menenangkannya.
“Bukan itu maksudku, Ra. Hanya saja jika kamu terus mengusahakannya untuk kmebali ke dalam pelukanmu rasanya itu akan sulit karena kini ada Naluri.”
“Naluri? Dia perusak hubungan kami. Aku akan memberikannya pelajaran. Mana mungkin aku tidak bisa merebut Khalil darinya lagi. Bukankah Khalil memang milikku? Jika memang dia milikku, pasti Khalil akan kembali ke dalam pelukanku, Ndre.” Wanita itu sangat yakin jika dia bisa mendapatkan kekasihnya kembali. Andre merasa dia sudah gagal, perjuangannya seolah sia-sia dia tetap saja tidak mendapatkannya. Apakah hanya sampai di sini perjuangannya? Bukankah mencintai tertinggi itu adalah melepaskannya untuk bahagia? Meski bahagia itu bukanlah sumber darinya?
“Apa yang harus kulakukan lagi jika segala perjuanganku saja tidak pernah dihargai, Maura?” tanya Andre. Perkataannya membuat wanita itu terdiam. Dia memang tahu jika pria di sampingnya mencintainya karena pernah mengungkapkan perasaannya. Hal itu membuatnya kembali teringat pada beberapa bulan lalu saat kejadian di mana hartanya yang paling berharga direnggut paksa oleh seorang pria. Apakah dia Andre?
***
Baca juga ceritaku yang lain yuk udah pada tamat lho!Karena sebentar lagi juga aku akan membuat cerita yang baru hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️
Romance[FOLLOW SEBELUM BACA DAN SPAM VOTE JUGA KOMEN BIAR AKU TAMBAH SEMANGAT NGETIKNYA] Menikah dengan seorang pria yang tidak dicintainya karena menjadi pengganti pengantin kakak angkatnya. Walaupun tidak mencintainya, tapi Naluri mencoba untuk jatuh ci...