22 - Cintailah Naluri

121 6 0
                                    

Happy Reading ya 🤗

***
Naluri memandangi selembar kertas yang baru saja dicetak. Di sana tercatat beberapa tulisan mengenai sebuah perjanjian yang menyatakan jika wanita itu akan mencintai Khalil selama tiga puluh hari. Suaminya akan bertanda tangan jika memang menyetujuinya.

Pernikahan mereka sudah berjalan dua belas hari, tapi belum saja ada perubahan mengenai sikap Khalil. Pria itu terlalu kaku juga dingin menyikapi istrinya. Meskipun pernikahan tersebut karena keadaan, tapi Naluri ingin menjalaninya dengan sepenuh hati agar suatu saat nanti jika takdirnya tidak bersama lagi, setidaknya akan ada kenangan dalam hidupnya.

Khalil membuang wajahnya kala netranya beradu pandang dengan kedua mata istrinya. Dia seolah enggan menatapnya beberapa saat, padahal jika dilihat saksama Naluri tergolong ke dalam wanita berparas ayu yang membuat beberapa pria terpesona.

"Kak sini deh." Naluri melambaikan tangannya.

Tidak ada jawaban dari Khalil, dia tampaknya mengabaikan panggilan istrinya. Pada akhirnya Naluri meraih tangannya dan mendudukkan pria itu di sebuah sofa.

"Ada apa?" tanyanya dingin. Andai saja Khalil selalu memperlakukan Naluri dengan kehangatan, mungkin tingkat ketampanannya akan semakin bertambah.

"Coba baca dulu suratnya, Kak."

Kening pria itu mengernyit menciptakan beberapa garis halus di sana, dia tidak mengerti dengan jalan pikir istrinya selalu saja mencari cara agar dirinya dekat dengannya.
Namun, Khalil tetap membacanya meski awalnya enggan.

"Surat perjanjian mencintai selama tiga puluh hari?" tanya Khalil  menaikkan sebelah alisnya.

"Kakak setuju kan?" Naluri memasang wajah memelas agar Khalil menyetujui tindakan konyolnya itu.

"Untuk apa? Kamu juga kan pernah mengatakan hal ini, tapi saya menolaknya. Lalu, sekarang kamu membuat surat semacam ini. Tentu saja saya tetap menolaknya, Naluri." Khalil meremas selembar kertas di tangannya, kedua matanya menatap istrinya tajam bagai pedang tajam yang menusuk netranya sampai dalam.

"Tapi kenapa, Kak? Aku tidak memintamu untuk mencintaiku selamanya." Naluri mencoba menahan bulir bening yang sedari tadi mendesak keluar.

Pandangan Naluri mengarah pada kertas yang sudah diremas suaminya masih berada dalam genggaman Khalil. Padahal dia membuatnya saja dengan susah payah berpikir keras untuk merangkai kalimat.

"Apa dengan tiga puluh hari itu janjimu juga akan mengembalikan Maura pada pelukanku, Luri?" tanya Khalil.

Usaha wanita itu memang selalu disalahkan padahal dia hanya berusaha untuk mendekatkan dirinya dengan suami sendiri. Apakah itu salah?

"Bukannya Kak Khalil tidak mencintaiku kan?" tanya Naluri.

Khalil terdiam beberapa saat, tanpa harus dikatakan lagi dia hanya mencintai Maura. Sosok nama Naluri tidak tercantum dalam hatinya.

"Itu sebabnya aku meminta waktu dalam tiga puluh hari, setelahnya Kakak boleh melepaskanku."

Pria itu menghela napasnya pelan karena dia tidak bisa berpikir jernih mengenai hal semacam ini. Akan tetapi, waktu tiga puluh hari itu sangatlah sebentar, setelah waktunya habis dia bisa menggugat Naluri dan segera mencari Maura yang entah di mana sekarang.

"Hanya tiga puluh hari?" tanya Khalil, menaikkan alisnya sebelah.

Pertanyaannya diangguki Naluri pelan, dia mengiyakannya karena dalam waktu itu wanita itu akan berusaha menjadi seorang istri terbaik dalam versinya. Tidak peduli mengenai Khalil yang sama sekali mengabaikannya. Akan tetapi, di sana tercatat jika keduanya harus bekerjasama untuk membangun bahtera rumah tangga seperti pada umumnya.

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang