31 - Tanda Jatuh Cinta?

103 8 1
                                    

Happy Reading 🤗 Follow, vote dan komen ya.

****

“Kamu suka sama Ustadz Hanif juga kan?” tanya Khalil pada saat di dalam mobil. Dia sudah melajukan kendaraan beroda empat itu menjauh dari pekarangan Pondok.

“Enggak, Kak.” Naluri menggeleng pelan, padahal dia juga dulu pernah memendam perasaan pada gurunya sendiri.

“Saya tidak yakin.”

“Kakak jeolus ya?” tanya Naluri menggoda.

“Mana mungkin saya jeolus sama kamu. Saya belum bisa jatuh hati sama kamu.” Khalil memalingkan pandangannya ke arah lain.

“Enggak apa-apa kok. Jika memang kamu tidak bisa mempunyai rasa seperti apa yang aku rasakan, aku akan tetap berusaha.” Begitu yang diungkap Naluri dengan kesungguhan.

Khalil kali ini diam seolah tidak bisa berkata-kata lagi, dia mungkin meresapi segala perkataan Naluri. Pria itu belum bisa jatuh hati pada istrinya, meski Vera sudah memberitahu jika Maura bersama pria lain. Dia belum bisa memastikan apa yang terjadi pada kekasihnya, dirinya seolah tidak yakin dengan segala hal yang menyakitkan hatinya. Maura pergi meninggalkan pernikahan mereka, jika memang alasannya karena pihak ketiga. Apa yang terjadi pada sosok Khalil? Sakit hati karena dikhianati.

“Sudah dua puluh lima hari aku bersamamu, Kak, tapi aku belum berhasil membuatmu jatuh hati.” Naluri mengakui hal itu, di kalah dalam hal ini tidak bisa membuat suaminya jatuh hati, tapi tidak mengapa. Dia sudah berusaha sejauh ini sampai hatinya benar-benar menginginkan sosoknya, bahkan sudah berada dalam genggamannya. Akan tetapi, dia belum atau mungkin tidak bisa memiliki hati pria itu sepenuhnya karena sudah dimiliki oleh Maura.

Khalil baru saja mengingatnya mengenai perjanjian tiga puluh hari itu, jika dia tidak jatuh hati padanya, maka Naluri ikhlas untuk melepasnya. Akan tetapi, kenapa rasanya sangat berat sekali melakukan hal itu.

“Lima hari lagi berarti?” tanya Khalil memastikan.

Naluri mengangguk pelan membenarkan pertanyaan suaminya, “Kita habiskan waktu itu dengan baik.”

“Apa yang ingin kamu lakukan?” tanya Khalil akhirnya merespon.

“Bersama denganmu, Kak. Apa saja.” Wanita itu tersenyum senang saat mengatakan keinginannya. Memang hal itu tidak mudah dilakukan keduanya karena salah satu dari mereka masih mengharapkan seseorang yang pergi entah ke mana. Khalil sangat merindukan Maura, tapi kenapa rasanya sangat sakit begitu dia hendak melepas istrinya. Naluri dia nikahi karena terpaksa untuk menutupi rasa malu antara keluarga atas pelaksanaan pernikahannya yang tidak berjalan karena pengantin wanita pergi begitu saja meninggalkan mempelai pria yang sudah siap hendak menjabat wali nikah.

“Ayo kita habiskan waktu itu.” Begitu ungkap Khalil, hal itu membuat Naluri tampak senang. Tanpa disadari wanita itu memeluk suaminya dengan mesra. Pria yang sedari tadi memfokuskan dirinya mengendarai mobil hanya memandangi sang istri, dia tidak melepaskan pelukannya justru membiarkan Naluri tetap seperti itu.

***
Desiran angin menerpa kulit wajahnya yang ditumbuhi dengan beberapa bulu-bulu halus di sana, keduanya sangat menikmati suasana pantai karena baru kali ini pula mereka memutuskan untuk berlibur. Khalil memang sudah berniat untuk libur bekerja beberapa hari ini karena dia ingin memenuhi keinginan istrinya sebagi bentuk permintaan maafnya karena dia bukanlah suami baik yang bisa membuatnya bahagia dan pula sebagai bentuk rasa terima kasih karena wanita itu sudah sandarannya di saat dirinya terisak tiada henti beberapa hari lalu saat Vera memberitahunya mengenai soal Maura.
Dia mengakui jika segala hal yang terjadi selalu bersangkutan dengan istrinya, tanpa sengaja dan niat dia sudah melukai hatinya dengan segala tingkahnya yang begitu menyakitkan. Bahkan Khalil selalu saja berkata kasar dengan nada datarnya. Dia tahu dirinya memang sangat kejam pada wanita yang usianya baru saja delapan belas tahun hendak menginjak sembilan belas. Dia sudah membuatnya menderita sejak pertama kali menikah.

Tinggal lima hari lagi, dalam surat perjanjian itu Naluri memang menambahkan keterangan jumlah waktunya. Lalu, apa yang akan dilakukan Khalil untuk menembus segalanya? Pria itu tidak sanggup melakukan segala hal yang bisa menyenangkan Naluri, karena jika kesenangan yang diperolehnya dengan perasaan mungkin akan sangat mengesankan. Akan tetapi, berbeda dengan dirinya yang tidak bisa melupakan Maura sejenak.

“Saya tidak bisa melakukan apa yang membuatmu senang, Luri.”

“Aku tidak meminta kakak untuk membuat Luri senang, tapi marikita bersenang-senang untuk menghadirkan kebahagiaan itu. Kebahagiaan itu kita yang membuat bukan dia atau pun mereka. Aku hanya ingin hari ini menyenangkan bersama kakak.” Naluri menggenggam jemari Khalil dengan sangat kuat.

“Terima kasih, Luri. Kamu sudah hadir dalam hidupku, selalu kudoakan untukmu.”

Naluri mengangguk pelan.” Apa yang akan kakak lakukan saat Maura kembali?”

“Menikah dan hidup bersamanya.”

Jawaban dari Khalil memberikan dampak sesak dalam dadanya. Naluri tidak bisa membayangkan masa-masa di saat itu. Dia memang senang jika kakaknya kembali ke tengah-tengah mereka. Akan tetapi, kenapa rasanya sangat sakit rasanya.

“Berbahagialah, Kak.” Naluri melemparkan pandangannya ke arah lain, tapi Khalil meraih tangannya dengan sangat erat.

“Saya khawatir dengan kamu, Luri.” Istrinya kembali menoleh ke arahnya, menatapnya dengan tatapan nanar.

“Kakak tidak perlu khawatir. Bukankah kekhawatiran itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang tidak merelakan suatu hal?” tanya wanita itu dengan suara pelan. Suaranya diiringi dengan ombak pelan yang terdengar bergemuruh.

“Ya. Saya memang tidak merelakan kamu pergi dalam hidup saya, Luri.”

***
Update lagiiii yeaayyyy

Jangan lupa mampir ke cerita aku yang lain juga yaa.

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang