40 - Memilih Bahagia

363 18 0
                                    

Happy Reading 🥰

***
Sebuah buket bunga matahari sudah disiapkannya untuk menjemput seorang wanita yang sudah tiga tahun ini tinggal di Kairo. Dia juga sudah mempersiapkan banyak hal mengenai kesukaannya, karena mungkin hal itu dapat memperbaiki hubungannya setelah sekian lama berpisah. Dalam pencatatan pun keduanya sudah sah bercerai. Akan tetapi, dikarenakan dia kini benar-benar menyadari jika dirinya hanya mencintai Naluri membuatnya bertekad kuat untuk meminangnya dan menjadikannya seorang istri dengan cara mencintainya dengan sepenuh hati.

Sebuah cincin permata pun sudah dia siapkan karena di hari kepulangannya dia akan menyematkan di jari manisnya. Dia memang tidak sempat bertemu saat wanita itu pergi ke Kairo, bahkan setelah Naluri berada di sana keduanya tidak saling bertukar pesan untuk mengucap janji. Khalil membiarkannya agar lebih memfokuskan diri pada pembelajarannya karena Farida juga sempat mengatakan jika wanita itu selalu mendapatkan penghargaan atas prestasinya. Mungkin, hal itu karena semangatnya yang tinggi dan tidak sekali pun dia menoleh ke arah yang lain hingga membuyarkan fokusnya.

Keluarga Naluri juga ada di sini, tapi Khalil tidak ikut bergabung dengan mereka karena merasa malu jika saja dia kembali lagi setelah apa yang terjadi. Mungkin akan lebih baik saat wanita itu datang, dirinya melangkah maju beberapa langkah dan mendekatkan diri lalu mengatakan perasaan sebenarnya.

Dia mengamati beberapa orang yang berlalu lalang barangkali dia mengenalnya atau memang Naluri, tapi pria itu menggeleng pelan karena sosok Naluri belum juga terlintas dari pandangannya.

Tidak sabar dia menunggu sampai kedua kakinya terus bergerak kesana kemari bahkan kotak warna merah itu sudah berapa kali ditutup lalu dibuka kembali sekedar memandangi lalu membayangi sosok wajah wanita itu yang tampak ayu.

“Naluri?”

Kala dia menunduk, tapi mendengar sapaan keluarga wanita ayu itu memanggil namanya membuat Khalil mendongak tuk memastikan kebenarannya. Benar saja jika sosoknya tengah berdiri, jaraknya tidak jauh darinya. Hal ini seolah mimpi, tapi benar adanya karena nyata. Khalil perlahan mendekati, hingga mengikis jarak di antara mereka.

Naluri menyunggingkan senyumannya, Khalil merasa jika wanita itu menadari keberadaannya karena jarak antara mereka pun memang tidak begitu jauh. Wanita itu masih diam di tempatnya, sesekali memeluk satu persatu anggota keluarganya. Maura juga ada di sana bersama suaminya, Andre juga putrinya. Kini dia tengah hamil lagi, kehidupan wanita itu benar-benar sangat bahagia.

Kedua kaki Naluri memutuskan untuk melangkah, Khalil meyaakini jika dia akan memeluknya dengan hangat. Dengan semangat yang membara pria itu mengembangkan senyumannya, hal itu membuat dadanya terasa berbunga. Apalagi saat kedua matanya menanap pada dua bola mata sehitam arang milik mantan istrinya, jantungnya berdegup tidak karuan membuatnya semakin yakin jika dia masih menyimpan rasa padanya. Akan tetapi, semua asumsi itu terhempaskan begitu saja karena Naluri malah melewatinya masih melangkahkan kedua kakinya ke arah belakangnya. Dia mengikuti langkah wanita itu saking penasaran siapa orang yang juga menunggunya di sini.

Ustadz Hanif?

Hatinya terasa sakit bagai ditusuk oleh belati tajam yang menghunusnya sampai terluka dalam. Hal itu membuat kedua tangannya terkepal dengan sangat kuat saking tidak kuasa menahan amarah.

Buket bunga di tangannya terjatuh begitu saja bersama kotak merah yang berisi lingkaran permata yang begitu indah. Sedangkan pria itu pergi begitu saja melangkah menjauh dari kerumunan.

Naluri melirik ke arah buket bunga yang dibawa Khalil juga kotak merah tergeletak di sana. Dia menengadahkan pandangannya berusaha untuk menahan bulir bening yang terus mendesak keluar.

“Maaf, Kak. Aku tidak bisa kembali lagi ke dalam kehidupanmu karena aku tahu hatiku sudah terluka karenamu. Aku hanya menjauhkan diri dari hal-hal yang menyakitkan.”

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang