25 - Maura Bersama Pria?

88 4 0
                                    

Happy Reading 🤗 Follow, vote dan komen ya gais.

***
Vera mengajak menantunya untuk membeli segala kebutuhan di rumahnya, dia membawanya ke pusat perbelanjaan yang letaknya tidak jauh dari jarak rumah. Naluri sudah menuliskan beberapa list yang sudah ditulisnya pada selembar kertas. Hal itu agar memudahkannya dalam berbelanja, begitu menurut wanita itu.

“Mama senang mempunyai menantu seperti kamu,” ujar Vera memujinya. Dia mengusap lembut kepala Naluri, betapa sayangnya Vera pada wanita itu. Andai saja Khalil membuka hatinya teruntuk istrinya sendiri, pasti dia akan tahu bagaimana sosok Naluri yang sebenarnya. Akan tetapi, hati putranya telah terpatri pada sosok Maura ytang sampai saat ini tidak diketahui keberadannya.

“Mama jangan memuji Luri terlalu berlebihan.” Khalil selalu saja mengatakan kalimat ini jika Vera memberikan pujian pada menantunya.

Keduanya kembali memilih hal yang dibutuhkan untuk di rumah, Naluri sangat telaten mengambil beberapa makanan untuk persediaan selama sebulan. Toh, Khalil sudah memberikannya uang bulanan padanya sebelum bekerja. Jumlahnya memenuhi semua kebutuhan bahkan dia juga bisa memanjakan dirinya ke salon karena Khalil memang sanbgat baik jika masalah uang. Hanya saja kalau soal perasaan dia sangat sulit dan bisa dikatakan pelit membuka hati meski pun sedikit.

“Mah ... Naluri pengin ke sana dulu ya.” Wanita itu menunjuk ke arah persediaan mie instan karena Khalil seringkali memasaknya saat dia pulang bekerja saking tidak maunya makan masakan Naluri.

Sedangkan Vera melenggang memilah beberapa makanan ringan untuk mengganjal perutnya di setiap malam. Sudah menjadi kebiasaannya memang sebelum tidur pasti selalu saja mengemil atau makan. Dia mengedarkan pandangannya ke arah lain barangkali ada makanan lain yang menggugah seleranya. Akan tetapi, pemandangannya kali ini teralihkan pada seorang wanita dengan pria, tangannya saling bertautan kelihatannya mereka begitu saling menjaga. Vera mengerutkan dahinya, dia seperti mengenal wanita itu. Beberapa saat dia mengingat, dan berhenti pada satu titik ingatannya saat putranya mengenalkan kekasihnya yang bernama Maura. Wanita yang telah mengkhianati Khalil hingga pria itu menjadi sosok yang dingin.

“Maura?” tanyanya lirih.

Vera terdiam seolah tidak bisa berkata apa-apa saking terkejutnya melihat Maura bersama pria lain, wanita yang tega pergi meninggalkan putranya begitu saja bahkan di hari pernikahannya. Dia mungkin tidak akan pernah berpikir bagaimana terpuruknya Khalil saat tahu dia kabur dari pelaksanaan akad nikahnya. Kenapa dia pergi begitu saja? Pertanyaannya kini sudah terjawab jika wanita itu pergi karena seorang pria lain. Bukankah seperti itu?

Teguran dari Vera membuat Maura terperanjat, kedua matanya terbelalak saking terkejutnya melihat Ibu dari kekasihnya berjarak tidak jauh dari tempatnya. Wajahnya tanpa senyuman bahkan tiada ekspresi yang dapat digambarkan. Maura menarik lengan kekar Andre yang sedari tadi sibuk memilah makanan ringan, lalu dengan tergesa dia melangkah sejauh mungkin.

“Maura!” panggil Vera lagi, kali ini suaranya lebih keras dari sebelumnya, membuat menantunya menoleh ke arahnya, menghampirinya untuk menanyakan apa yang terjadi sampai hendak berlari, tapi tertahankan dengan genggamannya.

“Mah ... kenapa? Ada apa?” tanya Naluri kebingungan.

“Tadi ada Maura, kakak kamu, Luri.” Vera lebih mengeratkan genggaman jemarinya dengan Naluri, selain itu dia juga menatapnya dengan penuh pengharapan memberikan keyakinan pada Naluri jika penglihatannya memang benar.

Maura? Sontak saja Naluri terkejut dengan jawaban dari mertuanya. Dia begitu merindukan kakak angkatnya yang pergi entah ke mana, kepergiannya seolah hilang ditelan bumi tanpa adanya kejelasan.

“Kak Maura, Mah? Di mana?” tanya Naluri, dia mengedarkan pandangannya barangkali keberadaaan kakak angkatnya masih bisa ditemukan oleh netranya, tapi nihil sosok Maura tidak tertangkap oleh matanya. Mungkin dia sudah pergi, tapi kenapa Maura malah menghindar?

“Dia tadi di sana,” ujar Vera sembari menunjuk ke tempat yang sempat disinggahi Maura. “Dia sama seorang pria. entah siapa.”

Perkataan Vera membuat Naluri tidak bisa tenang, Ibu mertuanya tidak mungkin salah karena kedua matanya pun masih normal. Bagaimana jika hal ini tersampaikan pada Umi Farida memberitahukannya bahwa putrinya bersama aseorang pria lain setelah meninggalkan pernikahannya sendiri. Apa yang akan terjadi jika berita itu meluas hingga terdengar olehnya? Wanita paruh baya itu tentu saja hatinya pasti sangat rapuh jika tahu hal ini, karena dia merasa telah gagal dalam mendidik putrinya.

“Seorang pria?” tanya Naluri memastikan perkataannya.

Jawabannya dengan anggukan pelan dan wajahnya yang terlihat tanpa ekspresi, membuatku bertanya-tanya mengenai hal serumit ini. Jika memang itu adalah Maura, di mana dia tinggal?
***
Maura akhirnya bisa bernapas lega karena jarak dia dengan Ibu kekasihnya sudah terbilang jauh karena dia kini tepat berada di sebuah taman. Masih dengan pria yang kini menatapnya heran karena tiba-tiba saja wanita itu mengajaknya pergi saat tengah menikmati belanja dengan tergesa.

“Tadi kamu kenapa tarik aku? Belanja aja belum lho. Baru pilih-pilih doang.” Tentu saja Andre kesal sendiri karena Maura mengajaknya pergi begitu saja, apalagi saat dia mengajaknya berlari. Bagaimana kalau semisal terjadi sesuatu padanya, dia takut jika bayi dalam kandungan Maura kelelahan karena kelakuannya yang tidak bisa menjaga dengan baik.

“Maaf.”

“Gimana kalau semisal kandungan kamu kenapa-kenapa?” tanya Andre. Pria itu memang pantas sekali jika menjadi suami Maura karena akhir-akhir ini dialah orang yang menjaganya dengan sangat baik.

“Aku barusan lihat ibunya Mas Khalil bahkan dia sempat sapa aku,” ungkap Maura. Dia menggigit bibir bawahnya dengan sangat kuat.

Pertemuan dengan Vera sungguh mengejutkannya sampai dia tidak bisa berpikir jernih apa yang harus dilakukanya selain menghindar. Terlalu sulit bagi Amura untuk mengatakan semuanya apalagi jika sampai mereka tahu alasan kepergiannya yang pastinya menggegerkan keluarga juga para tamu undangan.

Andre terdiam beberapa saat, sepertinya dia tengah merenungi perkataan wanita di sampingnya. Pantas saja Maura tampak ketakutan ternyata Ibu dari kekasihnya memergokinya tengah berduaan dengan seorang pria lain.

“Lalu, kenapa kamu tidak menyapanya balik?” tanya Andre, menaikkan sebelah alisnya seolah kebingungan.
“Menyapanya? Apa aku harus menanyakan mengenai pernikahan kami yang gagal?” tanya Maura, kedua matanya memerah karena merasa sudah menyakiti banyak hati orang lain.

“Bukan hanya itu. Tanyakan padanya apakah Khalil sudah mempunyai penggantinya dari kamu?” tanyanya santai.

“Tidak. Aku tidak akan dapat digantikan dengan siapapun. Aku yakin dia akan menanti kepulanganku.” Maura begitu yakin pada Khalil jika dia sangat sulit melupakan kenangan beberapa tahun lalu yang hanya menjadi kisah sketsa saja tanpa dijabarkan dengan baik.

****
Yuhu update nih gais hihi.

Ig : @cloveriestar


PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang