28 - Kekesalan Maura

101 5 0
                                    

Happy Reading 🤗
Follow, vote dan jangan lupa komen ya.

***

Mengingat perkataan dan perlakuan Naluri kemarin membuat Khalil berpikir keras jika wanita itu tidak pantas diperlakukan seenaknya. Benar apa kata ibunya jika dia beruntung mendapatkan Naluri menjadi istrinya, selain berwajah ayu dia juga mempunyai hati yang begitu luas. Bagaimana pun perlakuan Khalil padanya dia tetap sabar menghadapi suaminya.

Khalil masih memandangi Naluri yang tengah bersiap hendak berangkat ke pondoknya, dia sudah meminta izin pada suaminya mengenai telepon yang didapatnya dari pesantren jika dia harus segera kembali. Naluri juga di sana bukan hanya sekedar mengais ilmu, tapi dia juga mengamalkannya pada anak-anak dini yang membutuhkan pembelajaran mengenai keagaamaan.

Gamis panjang berwarna maroon yang kini melekat di tubuhnya terlihat membuat sangat anggun meski model pakaian itu sederhana. Naluri memang tidak menyukai kemewahan berbeda dengan Maura yang selalu menginginkan keistimewaan. Pernikahannya pun didekor karena keinginan Maura, tapi pada akhirnya dia meninggalkannya begitu saja. Khalil menyadari jika usahanya hanya sia-sia saja. Wanita itu tidak menjadi miliknya padahal dia sudah memberikan segalanya apa yang menjadi inginnya.

“Kak ...,” panggil Naluri, menyadarkan Khalil yang sedari tadi diam saja.

“Iya?” tanya Khalil terperangah begitu mendapati istrinya tepat di depannya.

“Naluri berangkat sekarang ke pondok ya.” Wanita itu pun menyampirkan tas selempangnya di pundak kirinya lalu dia hendak melenggang keluar kamar, tapi Khalil menahannya dengan memegangi pergelangan tangannya.

“Biar saya antar.”

“Emangnya kamu enggak ke kantor, Kak?” tanya Naluri memastikan.

“Saya ingin ikut bersama kamu, Luri.” Jawabannya terlihat begitu tulus, tatapannya pula sangat teduh begitu netranya beradu dengan dua bola mata sehitam arang milik Naluri.

Perlakuan Khalil kali ini tampak manis berbeda tidak seperti biasanya yang selalu bersikap abai pada istrinya. Naluri mengulum senyumnya begitu dia menyadari adanya perubahan dari sang suami. Apakah ini pertanda jika Khalil akan berusaha menerimanya dalam kehidupannya? Jika memang itu terjadi, wanita itu akan sangat bahagia karena memang keinginannya.

“Makasih, Kak.” Naluri mengelus lengan suaminya dengan lembut.

“Untuk apa?” tanya Khalil, mengernyitkan dahinya bingung.

“Karena sikap kamu sudah mulai berubah.”

“Berubah? Memangnya kamu kira aku itu Power Rangers bisa berubah?” tanyanya sembari menggeleng pelan.

“Sikap kamu, Kak. Tetap seperti ini ya.” Naluri menatap suaminya dengan tatapan yang meneduhkan. Baru kali ini mereka saling bersitatap dalam waktu lama karena biasanya hanya beberapa saat lalu Khalil yang lebih dulu memutuskan kontak matanya.

Khalil juga merasakan ketenangan berada di samping istrinya, dia baru menyadari jika Naluri mempunyai sikap yang hangat dan membuat salju dalam hatinya mulai leleh. Hal itu bukan berarti jika dia sudah jatuh hati padanya, tapi sebagai rasa menghargai bahwa dia sosok istrinya yang memang ada. Pria itu berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak melukai istrinya sendiri karena wanita itu memang tidak salah, dia hanya menjadi pengganti Maura saja yang entah pergi ke mana. Hal ini dilakukan bukan berarti dia melupakan kekasihnya, justru dia ingin tahu keberadaannya dan menanyakan alasan apa yang membuatnya pergi begitu saja.

Perkataan Vera tidak mungkin salah jika Maura bersama dengan seorang pria yang tidak dikenalinya. Khalil hanya ingin tahu dan melihat semuanya oleh kedua matanya sendiri tanpa bersumber dari mulut orang lain. Dia harus segera membuktikannya, bagaimana pun akhirnya.

“Jika memang Maura meninggalkanku karena pria lain, maka perlahan aku akan membuka hati untuk istriku.” Khalil membatin sembari memandangi Naluri yang masih mengulum senyumannya.

***
Maura memang sengaja bangun lebih awal karena dia menyiapkan segala sesuatunya untuk bertemu dengan Khalil. Dia sudah tidak sabar ingin menemuinya pula menjelaskan kepergiannya yang seolah ditelan bumi. Niat awalnya dia memang akan kembali saat bayi dalam kandungannya sudah lahir, tapi nyatanya Vera sudah lebih dulu menyadari keberadaannya di pusat perbelanjaan itu. Apalagi di sampingnya ada Andre yang menemani, pasti wanita paruh baya itu akan memikirkan hal-hal yang tidak benar.

“Kamu yakin akan menemuinya?” tanya Andre menahan wanita itu untuk pergi.

“Aku yakin. Pasti ibunya sudah mengatakan pertemuannya denganku pada Khalil. Aku harus segera menjelaskannya bahwa aku masih menginginkan pernikahan itu.”

“Lalu, bagaimana jika dia menanyakan alasan kepergianmu? Apakah kamu akan mengatakan sejujurnya? Lalu, apakah Khalil akan menerimamu, Maura?” tanya Andre lagi. Dia hanya mengingatkan sahabatnya agar tidak terlalu tergesa dalam bertindak karena keputusannya akan fatal jika saja terjadi kesalahan.

“Entahlah. Aku belum sempat memikirkannya, karena yang kupikirkan yaitu bagaimana aku kembali meyakinkannya,” jawab Maura, kedua matanya bahkan mulai memerah saking tidak kuasa menahan bulir bening yang terus mendesak keluar.

“Kurasa, lebih baik kamu berhati-hati, Maura. Jangan terlalu tergesa dalam memutuskan suatu hal, karena kamu sendiri yang akan menanggung akibatnya. Aku rasa kita harus melakukannya dengan perlahan tanpa diketahui oleh siapapun termasuk dirinya.” Andre memang benar, jika dia menemui Khalil sama saja masuk ke dalam kandang harimau, pasti dia akan menyuguhkan serentetan pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawabnya.

Mendengar nasihat Andre pada akhirnya disetujui Maura karena setelah dipikirkan ulang perkataan ada benarnya juga. Pria itu bersedia untuk membantunya karena meninggalkan pekerjaannya lebih dulu saking tidak teganya melihat sang kekasih jika harus naik bus.

“Aku akan lihat dia dari kejauhan.”

***
Sebuah rumah mewah nan luas yang setiap sampingnya selalu di penuhi dengan berbagai rupa tanaman yang mampu menyegarkan netra terlihat sangat terjaga. Maura memang tahu alamat rumah kekasihnya sedari dulu hanya saja belum pernah berkunjung ke sana. Baru kali ini dia melihat kediaman Khalil.

Tekadnya sudah bulat untuk menemui kekasihnya, dia diantar Andre karena tidak mungkin pria itu membiarkannya pergi sendiri apalagi wanita itu tengah hamil. Akan tetapi, niatnya urung menemui sang kekasih begitu Khalil keluar dari rumahnya dengan adiknya sendiri. Wanita yang mengenakan gamis berwarna senada dengan hijab melenggang bersama kekasihnya. Naluri? Maura menutup mulutnya saking terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Mereka berdua layaknya pasangan karena Naluri mengapit lengan Khalil menuju mobil yang terparkir di pekarangan. Maura dan Andre memang melihatnya dari kejauhan, luar gerbang sehingga tidak disadari keberadaannya.

“Andre, wanita itu ...,” ujar Maura menghentikan perkataannya.

“Adik kamu.” Andre mengangguk pelan, nyatanya dia sudah mengetahui hal itu. “Adik kamu dengan Khalil sudah menikah. Aku sudah mengetahuinya.”

Perkataan Andre semakin membuatnya terkejut, dia menggeleng pelan saking tidak bisa meyakinkan kebenaran tersebut. Naluri yang merupakan adik angkatnya merebut kekasihnya, teganya dia telah memisahkan dirinya dengan Khalil. Bagaimana bisa hal itu terjadi?

“Aku harus segera hentikan ini, Ndre.”

“Apa yang akan kamu lakukan, Maura? Lagipula hanya sia-sia jika kamu melakukan sesuatu, karena kamu pun tengah menyembunyikan kehamilanmu. Apa yang akan mereka katakan jika saja kamu kembali dalam keadaan seperti ini?” tanya Andre mengingatkan.

“Adikku sendiri sudah merebut kekasihku, tega sekali dia.” Maura menyeka air matanya yang terus berjatuhan.

Andre menggenggam jemari wanita itu dengan sangat erat barangkali sikapnya dapat menguatkannya. Namun, nyatanya Maura memang terlalu lemah karena dalam beberapa saat tubuhnya lunglai dan tidak sadarkan diri.

Tanpa disadari Andre mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, lalu dia membatin, “tidak akan kubiarkan siapa saja orang yang menyakiti Maura lolos begitu saja.”

***
Follow akun aku juga yuk : cloveriestar

Double update ya hari ini😂🤗

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang