20 - Main Dengan Rehan

114 10 0
                                    

Naluri hendak bangkit dari duduknya ingin membenarkan letak jas yang dikenakan suaminya. Namun, begitu kedua tangannya meraih kerah jas tersebut Khalil menepis kedua tangannya, dia juga melangkah mundur menjauh darinya.

"Saya bisa sendiri." Begitu yang diungkap Khalil. Dia cepat mengenakan dasinya, membuat Naluri terdiam memandanginya.

"Bi Saroh." Khalil meneriaki asisten rumah tangganya, tidak lama wanita paruh baya itu datang.

"Ada apa, Tuan?" tanyanya.

"Tolong basmi semua kecoa di rumah ini, termasuk kamar Luri dan saya."

Bersamaan bel rumahnya berbunyi, membuat Bi Saroh terkesiap tergesa cepat menghampiri pintu utama.

"Saya buka pintu dulu ya, Tuan." Bi Saroh sebelum pergi meminta izin lebih dulu pada majikannya.

Begitu Naluri hendak menengok ke belakangnya, ternyata ada Umi Farida, Evan, Rika dan Rehan. Sebuah kejutan yang membuat kedua matanya memanas. Dia tidak kuasa menahan kerinduan selama beberapa hari ini.

"Umi." Naluri cepat mendekapnya dengan erat. Begitu juga dengan Umi Farida yang terisak menangis begitu dia berada dalam pelukan putri angkatnya.

"Kamu sehat, Nak?" tanya Umi seraya tersenyum, jawabannya cepat diangguki Naluri.

Khalil menyalami Umi Farida dan kedua kakak iparnya, begitu melirik ke arah Rehan yang cepat akrab dengannya. Anak itu melemparkan senyuman yang begitu manis padanya, membuat Khalil mengernyitkan dahinya.

"Siapa namamu?" tanya Khalil, dia berjongkok menyetarakan tingginya dengan Rehan.

"Rehan. Om Khalil bisa memanggilku Rehan," jawabnya begitu sangat menggemaskan. Khalil mengacak-acak rambutnya, membuat anak laki-laki itu mengerucutkan bibirnya.

"Wah ... kayaknya Khalil suka sama anak kecil ya?" tanya Rika. "Apalagi nanti kalau kalian punya anak, pastinya Khalil yang sering ajak main."

Khalil melirik ke arah Naluri yang sedari tadi terdiam seolah pembahasan kakaknya tidak menarik perhatian. Padahal dia saja sampai memandangi Rika yang terkekeh-kekeh.

"Basmi kecoanya sekarang, Tuan?" tanya Bi Saroh.

"Iya sekarang. Biar cepat hilang."

"Kecoa?" tanya Umi Farida mengernyitkan dahinya tidak mengerti. Dia melirik pada putrinya yang sedari tadi menyandarkan kepalanya di bahunya. Saking rindunya Naluri terus nempel dengan ibu angkatnya.

"Di rumah kalian ada kecoa?" tanya Rika memandangi Naluri dan Khalil secara bergantian.

Khalil menghela napasnya pelan. "Iya, apalagi di kamarnya Luri banyak kecoa banget, kayaknya dia kurang rajin bersih-bersih deh."

"Aku rajin bersih-bersih kok."

"Itu buktinya kok ada banyak kecoa sih?" sindir Khalil.

Umi Farida mengernyitkan dahinya, dia merasakan kejanggalan dalam jalinan rumah tangga putri angkatnya dengan Khalil.

"Kamar Luri? Kalian enggak satu kamar?" tanya Umi Farida, membuat Naluri dan Khalil berpandangan.

"Tentu saja, karena yang ingin saya nikahi Maura, bukan Naluri." Begitu yang diungkapkan Khalil dengan jujur, membuat Umi Farida diam seribu bahasa.

"Kok Om Khalil tahu sama Tante Maura sih?" tanya Rehan memecahkan keheningan di antara mereka.

Merasa tidak pantas berdebat di depan Rehan, membuat mereka menyudahi pembicaraan mengenai hal itu. Rika mencoba mengalihkan anak itu ke arah yang lain.

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang