39 - Naluri Menyerah

210 12 0
                                    

Happy Reading 🥰 Follow, vote dan komen ya gais.

***
“Aku sudah mengurusi semuanya, Kak. Tidak akan lama lagi mungkin Kakak akan mendapatkan surat dari pengadilan.” Naluri masih bisa menyuguhi pria itu dengan senyuman manisnya meski terpaksa.

“Maksud kedatanganku bukan mengenai itu, Luri.” Khalil memandangi istrinya dengan tajam, dia ingin segera menjelaskan tujuan kedatangannya mengenai dirinya yang tidak bisa menjauh darinya.

Ustadz Hanif mundur beberapa langkah karena dia merasa jika dirinya tidak berhak untuk ikut campur dalam rumah tangga mereka. Biarkanlah keduanya berbincang menyelesaikan permasalahnnya. Lagipula pria itu kini sudah sangat mengikhlaskan Naluri bersama suaminya.

“Aku mohon, jangan kembali lagi dalam hidup Luri, Kak.” Naluri menangkupkan kedua tangannya, dia hanya ingin ketenangan juga kedamaian dalam hidupnya.

Di sanalah Sari paham jika kedatangan Naluri ke panti memang karena adanya masalah dengan sang suami. Dia paham betul jika wanita itu menghindari segala rasa sakit, kembalinya Naluri memberikan warna di panti, tapi nyatanya keceriaannya menyimpan banyak kesedihan.

“Kasihan Naluri, bahagia belum saja menghampiri kehidupannya.” Sari memang merawat wanita itu sejak dia masih bayi, hal itu membuatnya mengetahui segala hal tentangnya.

“Luri ... mohon dengarkanlah aku.” Khalil memegangi kedua tangannya, tapi dengan cepat dia melepaskan genggamannya seolah tidak ingin berada di sampingnya lagi.

Naluri melangkah lebar segera memasuki panti, dia seolah tidak ingin lagi berurusan dengan Khalil. Padahal suaminya ingin sekali membahas banyak hal termasuk perihal perasaannya yang semakin hari diragukannya. Maura memang kembali ke dalam kehidupannya, tapi entah kenapa rasanya masih saja tetap sama, hampa.

Wanita itu menutup pintunya, dia bersandar di baliknya. Tangan kanannya memegangi dadanya yang terasa sesak, ternyata rasanya seperti ini mencintai seseorang yang tidak membalas cintanya.

“Aku mulai ragu dengan perasaanku, sepertinya aku mulai mencintaimu, Luri.”

Senyum samar tercetak di raut wajah Naluri, kalimat itu akhirnya terungkapkan oleh Khalil. Namun, perkataannya seolah tidak lagi bermakna karena kini sosok Maura sudah berada di sampingnya. Naluri hanya mengembalikan apa yang menjadi milik kakaknya dan menjauh dari kehidupan pria itu karena merasa dirinya tidak pantas bersanding dengan sosoknya.

Dia terisak menangis ternyata sangat sakit rasanya hingga kedua kakinya terasa lemah. Dia tidak kuasa lagi untuk bertahan pada akhirnya terjatuh. Naluri meratapi kisahnya yang tidak semulus kebanyakan orang, tapi apa pun yang terjadi di hari ini mungkin kebahagiaan akan segera menghampiri di masa mendatang. Wanita itu selalu percaya akan ada bahagia setelah ini.

“Pergilah, Kak. Kak Maura lebih mencintaimu.”

***
Maura tidak bisa memaafkan Andre karena dia sudah tega melakukan hal keji padanya bahkan merenggut kebahagiaannya begitu saja. Sosok Khalil kini tidak lagi dalam genggamannya karena dia membencinya.

Namun, Farida kini sudah memaafkannya karena bagaimana pun juga Maura adalah darah dagingnya. Dia tidak bisa membiarkannya kesulitan di luar sana, apalagi putrinya tengah mengandung. Wanita itu memutuskan untuk meredakan emosinya meski pikiran tentang kesalahan putrinya sangat fatal sangat sulit untuk diterimanya.

Rika juga sudah mulai merengkuh adiknya karena dia juga membutuhkan dukungan dari keluarganya. Andre juga sudah menjelaskan pada mereka jika dia yang sudah melakukan semuanya.

Bahkan kini Maura memutuskan menjadikan Andre sebagai teman hidupnya karena dia sudah bersedia selalu berada di sampingnya. Lagipula Khalil tidak lagi mencintainya, dia juga bahkan merelakan cinta pertamanya untuk Naluri.

Mengingat nama Naluri membuat Farida menangis tersedu, dia merindukan wanita itu. Entah di mana Naluri kini berada karena tidak sekali pun informasi didapatkannya. Namun, di hari ini dia mendapatkan panggilan dari Khalil yang memberitahukan keberadaan putri angkatnya. Dengan suara seraknya dia mengatakan jika Naluri berada di panti tempat tinggalnya sejak dia masih kecil dulu.

Mendengar kabar itu membuatnya ingin segera menemui putri angkatnya, air matanya terus berderaian air mata. Dia begitu sangat merindukan sosoknya, seharusnya dirinya berada di samping Naluri, pasti wanita itu sangat bersedih.

“Kita harus segera menemui Naluri.”

“Maura ikut, Bu. Aku ingin meminta maaf.” Maura merasa dirinya sudah sangat bersalah karena dia berkata seenaknya pada Naluri, padahal sang adik tidak merebut Khalil darinya. Akan tetapi, dengan lancang mulutnya mengatakan jika Naluri dengan tega merebut kekasihnya.

Farida memandangi Maura beberapa saat, hingga akhirnya dia mengangguk mengiyakan permintaan putrinya.

***
Naluri memutuskan untuk pergi dari kota ini, dia berpamitan pada Sari juga anak-anak panti. Kepergiannya ke negara lain dengan tujuan untuk menuntut ilmu di sana. Usianya yang masih terbilang muda memang seharusnya belajar. Di hari inilah dia sudah mempersiapkan segalanya, bahkan dirinya tidak berniat untuk memberitahu Farida karena jika saja ibu angkatnya tahu soal ini pasti dia akan mencegahnya karena merasa keberatan jika saja Naluri bepergian jauh darinya. Wanita itu akan mengabarinya setelah sampai di sana nanti.

“Nanti kalau sudah sampai telepon Bunda ya, Nak.” Sari mengusap lembut puncak kepalanya.

“Nino pasti akan sangat merindukan Kakak.” Anak laki-laki itu memeluk kedua kaki Naluri dengan penuh kehangatan. Diikuti dengan anak-anak panti yang lainnya yang juga memeluknya dan mengatakan kata-kata perpisahan.

“Nanti juga Kakak akan kembali lagi, Sayang.” Naluri berusaha meyakinkan mereka agar tidak lagi bersedih.

Naluri membuka knop pintunya, bersamaan saat itu Farida berada di depannya. Kedua matanya merah padam pula berkaca-kaca. Tanpa aba-aba, dia mendekap tubuh Naluri dengan penuh kasih sayang. Bahkan dia memberatkan hatinya untuk melepaskan putri angkatnya.

“Naluri,” panggil Maura, berada di belakang Farida.

“Kak Maura?” tanya Naluri, senyuman tercetak jelas di raut wajahnya.

Maura pula mendekap adik angkatnya dengan penuh cinta, “maafkan Kakak ya.”

Naluri mengangguk pelan bahkan senyumannya tidak pudar dari raut wajahnya, dia mengakui jika kisah ini sangat indah karena Maura tidak lagi memandangnya dngan kebencian, dia kembali seperti dulu. Sosok Kakak perempuan yang selalu menjaganya dalam hal apa pun. Kini, Maura benar-benar kembali.

Rika memandangi barang-barang di samping adiknya, tampaknya Naluri hendak bepergian entah ke mana. Dia mengernyitkan dahinya kebingungan.

“Kamu mau ke mana, Luri?” tanya Rika memastikan.

“Aku hendak pergi ke Kairo, Kak. Untuk belajar di sana.”

“Kairo? Apakah Khalil mengetahui hal ini?” tanya Maura, pertanyaannya membuat Naluri menggeleng pelan. Justru dia tidak ingin jika Khalil mengetahui kepergian hal ini, tapi Maura malah mempertanyakannya.

***

Mampir juga di ceritaku yang lainnya yaaaaaa.

Salam author,

Cloveriestar

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang