24 - Panggilan Dari Luri

100 7 0
                                    

Happy Reading 🤗 Jangan lupa follow akun aku juga yaa.

***

Andre memandangi Maura yang sudah beberapa hari ini ridak mau makan, wajahnyajuga tampak tidak bergairah karena terlalu banyak pikiran. Pria itu tahu apa yag ada di kepalanya sehingga dia terus terdiam seperti ini, siapa lagi jika bukan Khalil yang selalu mengusik pikirannya.

Pria itu membawa sepiring nasi serta lauk pauknya, lalu dia terduduk di samping Maura berniat berkomunikasi dengan wanita yang tengah mengelus perutnya, seperti ibu hamil pada umumnya yang begitu menyayangi anaknya.

“Ra ... kamu harus makan kasian lho bayi yang ada dalam perut kamu." Andre menyodorkan nampan, di atasnya tersedia semangkuk bubur serta segelas susu yang dikhususkan untuk Ibu hamil.

“Aku kepikiran sama Khalil, kamu tahu sendiri kan kalau aku akan menikah sama dia?” ungkap Maura, dia menoleh ke arah si pria yang sedari tadi diam saja.

Mana mungkin dia tidak tahu mengenai tentang Maura, pria itu sudah kenal dekat dengannya. Tentu saja dia tahu mengenai wanita di sampingnya.

Tanpa disadari Andre mengepalkan kedua tangannya dengan sangat kuat. Akan tetapi, dia menobs untuk mengekspresikan dirinya sendiri seolah baik-baik saja.

“Aku tahu, dia pasti nunggu kamu kok.” Andre mengusap lembut kepala Maura pelan. Wanita itu tersenyum samar karena dia merasa beruntung mempunyai sahabat seperti Andre yang selalu mengerti bagaimana situasi hatinya. Dia tidak pernah menghiburnya hingga permasalahan yang dihadapinya tampak mudah dikerjakannya.

Maura terkekeh hambar kala bayang-bayang sosok Khalil sekelebat tampak dalam memorinya. Dia tidak akan bisa membayangkan bagaimana sakkit hatinya pria itu yang ditinggalkan begitu saja tanpa kata di hari kebahagiaannya. Bisa dikatakan dia sangat kejam karena sudah membuat hati orang yang sangat disayanginya terluka.

Wanita itu membatin dalam hati, "aku akan segeraa kembali ke dalam pelukanmu, Mas. Sampai bayi ini lahir.”

Tentu saja Maura akan kembali dengan keadaaan seperti semula. Dia ingin mengawali hidupnya dari nol. Namun, jika dia kembali menghadap Khalil. Apakah pria itu masih ingin menerima wanita yang begitu tega meninggalkannya di hari bahagia mereka? Hati siapa yang tidak sakit menerima kenytaan jika alon mempelai wanita hilang entah ke mana.

“Apa saat kamu kembali padanya dia tidak akan berubah?’ tanya Andre, membuat Mauraa terdiam.

“Maksud kamu?” tanya Maura mengernyitkan dahinya tidak mengerti dengan apa yang dikatakannya.

“Apa dia akan menerimamu kembali Maura setelah apa yang kamu lakukan padanya?” tanya Andre lagi, pria itu mencoba meninggalkannya jika perbuatannya sudah melewati batas wajar. Khalil tentu saja sakit hati karena Maura pergi begitu saja dalam hidupnya bahkan di hari pernikahan mereka.

Maura menundukkan kepalanya sangat dalam, tanpa disadari air matanya berjatuhan membasahi kedua pipinya. “Itulah yang menjadi permasalahannya, aku tidak bisa memastikannya, tapi aku yakin jika dia menunggu kepulanganku.”

Wanita itu terisak menangis, Andre pun sebagai sahabatnya menyandarkan kepalanya pada dada bidang. Dia hanya ingin menyudahi tangisannya karena pria itu tidak ingin melihatnya menitikkan air mata.

“Tenanglah, Maura.” Andre mengusap lembut kepalanya. Padahal, hatinya sangat terluka harus mendengar dengan jelas jika wanita itu masih sangat mengharapkannya.

“Makasih, Ndre.” Hanya perkataan maaf yang keluar dari mulutnya. Padahal bukan itu yang diinginkan Andre, dia hanya ingin jika Maura membalas perasaannya.

Andre mengepalkan tangannya, dia menoba agar tetap kuat menjalaninya meski terasa sakit. Dia terus memandangi wanita itu yang terlihat sendu.

“Jangan menangis lagi. Aku tidak suka jika kamu bersedih.” Andre menyeka air matanya dengan pelan.

Sudut bibir Maura pun tertarik ke atas membentuk senyuman, dia seolah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.

***
“Khalil sangat beruntung mendapatkan istri seperti kamu. Sudah ayu, sholehah, pintar masak pula.” Vera mengusap lembut punggung tangan menantunya pelan.

Herman hanya mengangguk pelan sambil tersenyum senang. Makanan yang disajikan Naluri memang sangat enak, tentu saja mereka menikmati hidangannya. Berbeda dengan Khalil yang biasa saja menanggapinya, dia sedari tadi hanya diam karena terus memikirkan kekasihnya yang sampai saat ini belum saja ditemukan. Sedangkan, Naluri sesekali dia menyunggingkan senyumannya begitu kedua matanya mengarah pada dua mertuanya.

“Mulai sekarang kamu fokus sama Naluri, jangan ingat lagi Maura.” Herman berkata tegas pada putranya. Berulang kali dia menepuk pundak Khalil seperti yang biasa dilakukannya setiap kali memberikan nasihat pada anak sulungnya.

Bukannya Khalil tidak menghormati orang tuanya, tapi dia merasa kesal karena kepergian Maura malah menjadi kesenangan sebagian orang. Mereka malah mengagungkan Naluri, padahal baginya wanita itu sebagai perusak hubungan dengan kekasihnnya. Pria itu bangkit dari duduknya saking malasnya jika haru terus menerus mendengarkan pujian orang tuanya terhadap sang istri. Jika kebanyakan seorang suami akan sangat senang jika keluarganya menyayangi istrinya, berbeda lagi dengan dirinya yang malah sebaliknya.

“Kak,” panggil Naluri menghentikan langkah suaminya.

Langkahnya terhenti, kembali menoleh memandangi Naluri yang juga ikut bangkit dari duduknya. Dia mensejajarkan dirinya berhadapan dengan Khalil.

“Kok manggilnya masih Kakak? Bukannya Mama udah kasih tahu kalau kamu seharusnya mengganti panggilan teruntuk suamimu?” tanyanya.

Naluri tampak kikuk mendengarnya, karena dia bingung harus memanggilnya dengan sebutan apa. Memanggilnya dengan sebutan Mas pun dia tampak marah, hal itu membuatnya mengurungkan niatnya.

“Luri merasa lebih nyaman memanggilnya dengan sebutan kakak,” jawab Naluri.

Wanita itu mengulurkan tangannya karena memang sudah menjadi keharusan seorang istri melakukan hal itu.

“Kedekatanmu dengan keluargaku bukan berarti meluluhkan hatiku, Luri. Asal kamu ingat itu!”

***

Kak Khalil jahat banget sih😭😭😭

Ada yang nungguin lanjutannya?

PENGGANTI PERAN PENGANTIN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang