Nay dan Kay adalah anak kembar tak seiras dari seorang pengusaha terpandang. Perusahaan keluarga nya menyebar di berbagai negara baik di Asia maupun Eropa. Tapi, identitas mereka harus dirahasiakan dari publik karena banyaknya musuh yang ingin menghancurkan keluarganya. Adik mereka pun sama menyembunyikan identitasnya kecuali kakak laki-laki mereka. Publik mengetahui jika keluarga mereka hanya memiliki satu anak laki-laki. Semua orang mengetahui mereka dengan nama Kayana Dean dan Nayyara Dean. Hanya orang-orang terdekat saja yang mengetahui mereka bagian dari keluarga Xavier. Di sekolah pun hanya sahabat mereka beserta para guru. Perlu diketahui jika sekolah yang mereka tempati itu adalah milik keluarganya yang kini di kelola oleh kakak laki-laki mereka.
Kay tersenyum saat melihat Jovan yang memasuki pekarangan sekolah dengan motor kesayangan lelaki itu. Kay segera menyusul Jovan menuju parkiran.
"Jo!"
Jovan hanya melirik sekilas kemudian pergi menuju kelasnya saat sudah memarkirkan motornya.
"Jo! Kok Kay di tinggal sih?!" Kay segera menyusul dan mensejajarkan langkahnya dengan Jovan.
"Jo udah sarapan? Kalau belum, Kay sengaja buat sandwich tuna kesukaan Jo." Kay menghalangi jalan Jovan lalu mengulurkan tangannya yang memegang sebuah kotak bekal.
Jovan menatap datar gadis dihadapannya lalu mengambil kotak bekal itu. Kay tersenyum senang, tapi senyum nya luntur saat melihat Jo melempar kotak bekal itu ke dalam tempat sampah yang tidak jauh dari mereka.
"Jo..." Kay menatap Jovan sedih. Jovan tidak biasanya seperti ini. Lelaki itu selalu menerima sarapan yang di buatnya meskipun ia tahu Jovan tidak memakannya dan memberikannya kepada teman lelaki itu.
"Bisa lo berhenti ganggu gue?!" Suara datar namun terdengar tajam itu membuat Kay merasakan sakit di hatinya. Jovan sudah memintanya untuk berhenti, artinya lelaki itu tak memiliki rasa apapun kepadanya. Ia kira selama lima bulan ini, dirinya berhasil membuat lelaki itu suka padanya setelah melihat sikap Jovan yang sedikit berubah sebulan yang lalu. Ternyata ia salah. Jovan tidak memiliki perasaan yang sama seperti dirinya.
"Maaf karena terus ganggu Jovan dan makasih udah biarin Kay ada di dekat Jovan selama lima bulan ini." Setelah mengatakan itu, Kay berbalik dan melangkahkan kakinya meninggalkan Jovan. Lelaki itu menatap Kay dengan tatapan yang tak bisa di artikan.
"Hai Kay--" Kay hanya mengabaikan sapaan dari Bima. Sedangkan lelaki itu menatap bingung Kay. Lalu tatapannya jatuh pada Jovan yang menatap lurus pada Kayana.
"Mereka bertengkar?" Gumam Bima.
Nay menatap malas pada Kay yang terlihat murung dengan tangan yang mengaduk-aduk mangkuk berisi bakso. Sudah terhitung lima menit Kay melakukan itu tanpa sedikitpun pun menyuapkan bakso itu ke dalam mulutnya.
"Kay, lo ada masalah?" tanya Jelita saat melihat tingkah Kay tak seperti biasanya. Gadis itu biasanya tak akan berhenti menceritakan hal-hal yang di lakukannya untuk mendapatkan hati Jovan. Tapi kini, Kay terlihat seperti tak ada semangat. Pandangannya tampak kosong, dan itu membuat Jelita serta Alana yang berada di sana sedikit khawatir. Sedangkan Nay tampak acuh tak acuh dan dengan santai menyantap baksonya.
"Kay!" Jelita menaikkan sedikit nada suaranya dan memegang bahu sahabatnya.
Prang!
Suara beradunya sendok dengan mangkuk itu membuat beberapa orang menoleh, sedangkan Kay tampak tersadar dari lamunannya dan menoleh ke sekitarnya.
"Lo ngelamun Kay?" tanya Alana. Kay hanya menggeleng kemudian bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kay!" Jelita ingin menyusul Kay, tapi Nay menahannya.
"Biarin dia sendiri."
"Tapi ada apa sama dia?" tanya Jelita tampak khawatir.
"Apa ada hubungannya sama Jovan?" Pertanyaan Alana di jawab anggukan kepala Nay. Jelita dan Alana menghela napas pelan. Mereka tidak bisa melakukan apapun jika masalah Kay adalah Jovan. Ingin memberi pelajaran pada lelaki itu pun mereka harus berpikir dua kali karena tidak ingin melihat Kay bersedih saat melihat orang yang di cintainya babak belur.
"Masalah apa?" Jelita bertanya untuk memecah keheningan di antara mereka bertiga.
"Cowok dingin itu minta Kay untuk berhenti ganggu dia." Suara datar dari Nay membuat keduanya terkejut.
"Pantas aja, Kay kayak tadi."
"Apa gue harus kasih pelajaran itu cowok? Lagi pula Kay udah gak ngejar tuh cowok lagi."
"Terserah kalian." Alana dan Jelita saling berpandangan kemudian tersenyum miring. Oke, cabut perkataan mereka yang tak akan menghajar Jovan. Mereka akan menghajar Jovan habis-habisan nanti.
"Gue udah lama nggak pake nih tangan buat mukul orang." ujar Alana.
"Hm, bener. Ah, gue jadi kangen ikut tawuran." Jelita mengusap punggung tangan kanannya.
Nay hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sahabatnya yang seperti psikopat.Cuma ingin beri tahu jika cerita ini kedepannya tidak hanya fokus pada Kay dan Nay, tapi semua tokoh. Tetapi karena disini pemeran utamanya Kay dan Nay jadi akan lebih banyak cerita tentang mereka...
Oke cuma itu aja yang ingin aku sampaikan...
Jangan lupa tekan bintang dan beri komentar ya... Biar aku semangat buat lanjutin cerita ini...
Thank you 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE // 02 LINE
FanfictionLOVE/1 Cinta pertama memang indah tapi sulit untuk bersama. Banyak rintangan yang harus di hadapi hingga berujung kebahagiaan ataupun kesedihan. __ Kay mencintai Jovan. Tapi Jovan tampak tak peduli dengan apa yang Kay lakukan untuk mendapatkan lela...