17 ~ Manis

75 10 0
                                    

"Lo mau ice cream?" Pertanyaan itu tiba-tiba saja keluar dari bibir Jovan. Lelaki itu tampaknya tak tahan dengan keheningan yang melanda mereka.

"Udah makan tadi sama mereka." Tunjuk Kay ke arah dua bocah dengan dagunya.

"Oh... Cupcake? Lo mau?" Kini pandangan Kay teralihkan. Gadis itu menatap Jovan yang masih menunjukkan wajah datar walau nada suara lelaki itu berusaha untuk ramah.

"Cupcake? Kamu mau beliin?" Jovan dengan cepat mengangguk.

"Boleh, sekalian beliin buat Ken dan Jihan." Jovan tersenyum tipis kemudian berdiri. Sebelum melangkahkan kakinya, lelaki itu mengacak pelan rambut Kay.

"Dia... Aneh..." Gumam Kay saat melihat tingkah Jovan yang cukup berubah padanya.

"Tapi Kay suka... Aaaa!" Kay menutup wajahnya karena mendapat perlakuan yang cukup manis dari Jovan. Wajahnya terasa panas dan jantungnya berdegup kencang.

"Tunggu..." Kay seakan tersadar sesuatu. "Nggak boleh baper. Ingat, kamu udah memutuskan untuk move on." Kay merubah raut wajahnya dan kembali menatap ke depan. Gadis itu lupa jika dia sudah memutuskan untuk move on dari Jovan. Perlakuan manis lelaki itu mungkin hanya sebagai permintaan maaf karena tidak membantu mencari Jelita waktu itu? Entahlah...

Setelah menunggu selama dua puluh menit, Jovan datang dengan satu box berukuran cukup besar berisi cupcake juga satu kantong plastik berisi berbagai macam minuman.

"Lama?" Kay menggelengkan kepalanya lalu membantu Jovan menyimpan makanan dan minuman itu di antara mereka.

"Ini terlalu banyak." ujar Kay saat melihat cupcake warna warni di dalam box itu.

"Gue nggak tau lo suka rasa apa." Balas Jovan kemudian meneguk minuman bersoda yang di belinya. Lelaki itu membeli sepuluh varian rasa dan masing-masing rasa memiliki dua buah. Bukankah itu terlalu banyak? Kay tak habis pikir.

"Huh... Oke, nggak apa-apa. Kita bisa bagi ke teman-teman Ken juga Jihan." Kay terdiam sebentar kemudian mengingat keberadaan Nay juga Arion. "Oh ya, ada Nay juga Arion. Aku mau kasih ke mereka juga." Lanjut Kay.

Byur!

Jovan terbatuk saat mendengar dua sejoli itu berada di sini juga.

"Pelan-pelan kalau minum." Kay mengusap punggung Jovan kemudian memberikan lelaki itu air mineral.

"Mereka disini?"

"Iya mereka disini." Kay mengerutkan keningnya saat tak melihat keberadaan dua sejoli itu.

"Tadi mereka duduk di sana." Tunjuk Kay pada bangku yang berjarak kira-kira sepuluh meter dari tempat mereka berada. Diam-diam Jovan menghembuskan napas lega. Lelaki itu cukup ngeri jika harus berhadapan dengan dua bucin itu terutama Nay. Gadis itu selalu saja marah setiap melihatnya, seperti ingin melenyapkannya dari dunia ini. Ya, Jovan tahu kenapa Nay bersikap seperti itu. Bisa di bilang dirinya secara tidak langsung menyakiti perasaan kembaran gadis itu. Dan Arion tentu saja berada pada pihak sang kekasih. Huh... Keduanya benar-benar membuat Jovan tidak leluasa berdekatan dengan Kay jika ada mereka.

"Kayaknya mereka pergi makan. Yaudah deh, Kay mau bagiin dulu cupcake ini." Kay segera bangkit dan menghampiri kumpulan anak-anak yang sedang bermain.

Jovan hanya diam memperhatikan interaksi Kay dengan anak-anak kecil itu. Senyuman gadis itu begitu manis melebihi manisnya gula. Jovan menarik kedua sudut bibirnya. Kay memang tidak secantik gadis-gadis yang ia kenal. Tetapi gadis itu memiliki daya tarik tersendiri yang membuat dirinya ingin selalu memandangi wajah manis itu. Apalagi saat tersenyum atau tertawa, mata bulat gadis itu seakan ikut tersenyum juga. Istilahnya eye smile.

FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang