30 ~

69 7 0
                                    

Keesokan harinya...

Pukul 12.30

"Cantika Alita Rain." ujar Alano sambil menggendong bayi perempuan yang terbungkus kain putih. Bayi yang sudah tak bernyawa itu tampak sangat cantik. Air mata Alano kembali mengalir.

"Jel..." Alano kini menatap Jelita yang terdiam dengan menatap bayi di gendongan Alano.

"Lo... Mau gendong Cantika untuk terakhir kalinya?" Alano tau, Jelita pasti jauh lebih terpukul darinya.

"Jelita..." Tiba-tiba Jelita menangis dan segera meraih Cantika ke dalam dekapannya.

"Maafin Mama..." Alano segera memeluk kedua bidadari yang sangat di sayanginya.

"Maafin Papa juga yang nggak bisa jaga kalian dengan baik..." Lirih Alano sambil mengeratkan pelukannya.

"Kita harus segera memakamkan Cantika." ujar Alano setelah beberapa menit mereka berpelukan dan mengeluarkan segala rasa sedih karena kehilangan malaikat kecil di pelukan Jelita. Meskipun rasa sedih itu tak akan pernah hilang, tapi mereka bisa meredakan nya.

"Tapi..."

"Lo tau? Gue udah simpan banyak foto Cantika." Alano mengelus kepala wanita di pelukannya. "Cantika harus istirahat sekarang. Dia juga pasti akan sedih lihat lo kayak gini... Masih ada adik Cantika yang butuh lo..." Lanjut Alano. Jelita akhirnya mengangguk kemudian mengecup seluruh wajah bayi kecil perempuannya. Begitu pun dengan Alano.

Keduanya pun keluar ruangan dengan Jelita yang duduk di kursi roda dan Cantika yang berada di gendongan wanita itu. Semua menatap ke arah mereka. Nay dengan segera mengambil infus yang di pegang Alano.

"Jelita ingin lihat pemakaman Cantika." Semua pun mengangguk. Sebelumnya Dokter pun sudah mengizinkan tetapi dengan syarat, Jelita tidak di perbolehkan banyak bergerak.

 Sebelumnya Dokter pun sudah mengizinkan tetapi dengan syarat, Jelita tidak di perbolehkan banyak bergerak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pemakaman berjalan dengan lancar. Kini semua orang kembali ke kediaman masing-masing kecuali Jelita yang harus menginap di rumah sakit sampai kondisinya pulih. Juga anak kedua Jelita yang masih dalam kondisi lemah dan membutuhkan perawatan intensif.

"Rafandra Alta Rain." ucap Jelita sambil mengusap kaca yang membatasi antara dirinya dan juga anaknya.

"Dokter bilang, keadaan Rafa mulai membaik. Mungkin lusa, dia bisa keluar dari sana." Alano mengusap air matanya saat melihat anak laki-lakinya yang terbaring dengan beberapa alat yang menempel di tubuhnya.

"Hm... Gue udah nggak sabar ingin peluk dia..." Jelita tersenyum sambil menatap sayang pada anaknya.

"Gue juga..."

Setelah puas menatap Rafa, mereka kembali menuju ruang rawat. Di perjalanan, tak ada yang membuka suara. Alano fokus mendorong kursi roda yang di tempati Jelita, sedangkan ibu muda itu hanya menatap sekitarnya dan sesekali tersenyum saat berpapasan dengan suster ataupun pasien.

FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang