Sembilan jam yang lalu...
Ketiga gadis tampak khawatir saat keberadaan Jelita tak di temukan. Bahkan Alano pun tidak memunculkan batang hidungnya dari setengah jam yang lalu.
"Mereka kemana sih?! Jelita lagi mabuk, Kay takut dia kenapa-napa."
Mereka sudah mencari kedua orang itu kemana-mana, tapi tak di temukan. Telepon keduanya tidak aktif dan itu semakin membuat mereka khawatir. Mereka bahkan meminta bantuan pada Jovan untuk mengecek cctv karena lelaki itu anak pemilik hotel tempat pesta di adakan. Tapi lelaki itu tak bisa melakukannya. Di harus meminta izin pada ayahnya dan ada hal yang harus ia bayar setelah meminta bantuan ayahnya. Lelaki itu pun segera pergi begitu saja meninggalkan ketiga gadis yang di landa khawatir itu.
Kini ketiga gadis itu berada di dalam sebuah kamar. Mereka memutuskan untuk beristirahat sebelum melanjutkan lagi pencarian. Alana dan Nay masih membuka matanya sedangkan Kay tertidur karena kelelahan.
Keesokan paginya, mereka kembali mencari kedua orang itu. Arion, Nay, Kay dan Alana mencari ke tempat pesta diadakan. Mereka berpikir mungkin kedua insan itu berada di sana. Sedangkan Bima, lelaki itu memutuskan kembali ke kamar hotel karena ponselnya tertinggal. Setelah mendapatkan ponselnya, lelaki itu keluar. Saat akan melangkahkan kakinya, terdengar isakan seseorang di sudut dekat tangga darurat. Bima mendekati seorang wanita yang sedang menenggelamkan wajahnya di lutut. Wanita itu berada di depan pintu kamar hotel dekat tangga darurat.
Saat sampai di depan wanita itu, Bima dengan ragu memanggil...
"Jelita..."
Benar. Itu Jelita.
"Bima..." Bima segera menangkap tubuh Jelita yang tiba-tiba tak sadarkan diri.
"Hei... Bangun..." Bima dengan panik menggendong Jelita dan membawa wanita itu ke rumah sakit. Bagaimana ia tak panik? Keadaan wanita itu tampak kacau. Rambut berantakan, pipi lebam, bibir yang terdapat darah mengering juga bercak merah yang memenuhi leher dan bahu wanita itu.
Mata yang tertutup selama tiga jam itu akhirnya terbuka. Orang-orang yang berada di sekitarnya langsung menghampiri saat mendengar suara wanita itu yang meminta air.
"Gimana keadaan lo?" tanya Alana pada Jelita yang tampak memandang lurus ke depan. Mata gadis itu tampak kosong. Seperti tak ada gairah untuk melakukan apapun.
"Jel..."
"Hm? Baik." Setelah mengatakan itu Jelita kembali membaringkan tubuhnya dan kini menatap langit-langit ruangan serba putih itu.
Kelima orang yang berada di ruangan itu menghela napas pelan. Mereka ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi setelah dokter mengatakan jika Jelita kemungkinan mengalami kekerasan se***al. Tetapi sang dokter meminta mereka untuk tidak bertanya apapun karena itu hanya akan membuat kondisi Jelita drop.
"Nay... Kak Nevan ada di ruangan dokter tadi." Bisik Alana dan menunjukkan ponselnya. Terlihat pesan dari Nevan.
"Gue kesana dulu." Balas Nay pelan. Gadis itu pun bangkit dan berjalan menuju pintu.
"Mau kemana?" Tangan gadis itu di pegang oleh Arion.
"Beli makanan."
"Gue ant--"
"Nggak usah. Mending lo balik, om dan tante pasti khawatir lo belum balik." Jeda Nay. Gadis itu menatap Bima. "Bim, lo bawa mobil kan? Antar Arion ke rumahnya." Setelah mendapat anggukan Bima, Nay pun keluar.
"Ayo! Gue antar lo." Bima merangkul bahu Arion lalu menarik lelaki itu keluar setelah berpamitan pada kedua gadis di sana.
"Hiks!" Selepas dua lelaki itu keluar, isakan terdengar di ruangan itu. Kay dan Alana pun mendekat pada Jelita.
"Jel..." Kay menyentuh lengan Jelita tetapi gadis itu menepisnya.
"Jangan sentuh gue! Gue kotor Kay... Hiks..."
"Nggak, lo nggak kotor Jel. Lo--"
"Gue kotor! Cowok itu sentuh gue dengan kasar! Dia bahkan anggap gue wanita malam... Dia nggak mau tanggung jawab... Hiks... Gue kotor..." Kay dan Alana memeluk Jelita.
"Gimana kalau Mama tau ini... Hiks... Dia bakal kecewa sama gue... Hiks... Mama..."
"Tenang Jel... Semua akan baik-baik aja."
"Nggak! Nggak ada yang baik-baik aja! Masa depan gue hancur! Gue bikin Mama kecewa. Semuanya hancur! Hiks..." Jelita terus menangis hingga kelelahan dan akhirnya tertidur.
"Terimakasih Dokter." Nevan menjabat tangan sang dokter kemudian pamit pergi. Lelaki itu berjalan menuju basemen parkir rumah sakit.
"Kak..." Nevan di sambut Nay saat masuk ke dalam mobil.
"Kakak sudah memperingatkan kalian untuk tidak ikut pesta itu. Semua yang kakak takutkan terjadi." Nevan membuka kancing jas nya.
"Kak... Please jangan beritahu Tante Acha, dan Nay minta tolong kakak untuk cari cowok brengsek yang udah buat Jelita seperti ini." Pinta Nay. Nevan menghela napasnya kemudian mengangguk.
"Akan kakak usahakan." Setelah mengatakan itu, Nevan menyerahkan paper bag berisi baju.
"Terimakasih kak. Katakan pada Tante Acha jika kami menginap di hotel untuk berlibur. Untuk Ayah sama Bunda, Nay yakin mereka sudah tahu keadaan ini. Semoga aja mereka nggak beritahu Tante Acha." Nevan mengangguk. Nay pun pamit pergi.
"Hotel Brilliant." ujar Nevan pada sang supir.
"Baik Tuan." Mobil pun melaju menuju hotel Brilliant.
Halo semuanya
Apa kabar?
Maaf ya Sava baru update
Sava lagi revisi cerita, sebenarnya sih merubah jalan cerita AARTRA
Kalau udah selesai revisi, kalian jangan lupa mampir ya... Siapa tau suka..Oke deh cuma itu yang mau Sava bilang
Seperti biasa tekan bintang dan beri komentar jika ada kata yang salahThank you 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE // 02 LINE
FanfictionLOVE/1 Cinta pertama memang indah tapi sulit untuk bersama. Banyak rintangan yang harus di hadapi hingga berujung kebahagiaan ataupun kesedihan. __ Kay mencintai Jovan. Tapi Jovan tampak tak peduli dengan apa yang Kay lakukan untuk mendapatkan lela...