Langit gelap dengan berhiaskan bulan dan bintang itu menjadi pemandangan untuk beberapa orang yang masih duduk di sebuah taman. Termasuk Kay dan Bima. Kedua insan itu tengah menatap empat orang yang kini melangkah mendekati mereka.
"Are you okay?" tanya Nay sembari duduk di sisi Kay yang kosong. Kay hanya tersenyum kecil dan mengangguk.
"Serius? Apa gue perlu kasih tuh cowok pelajaran?" Kini Alana yang berbicara. Gadis itu menyuruh Bima berdiri agar dia bisa duduk di samping Kay.
"Jangan lakuin apapun. Lagi pula..." Kay menghela napasnya. "Kay sama dia nggak ada hubungan apapun. Kay aja yang terlalu berlebihan. Kalian tenang aja, Kay baik-baik aja sekarang." Nggak tau kalau besok dan seterusnya... Lanjut Kay dalam hati.
"Yaudah, kita pulang sekarang." ujar Nay.
"Tunggu!" Kay bangkit dan mendekat pada Gavin. "Wajah Gavin kenapa?" tanya Kay sambil melihat Gavin.
"Dia di pukul Nay sama Alana." Nay dan Alana segera melotot pada Arion. Padahal mereka sudah sepakat tak akan memberi tahu Kay.
"Arion..." Geram Nay.
"Nay, Nana. Gavin nggak salah apa-apa. Kenapa kalian pukul dia?" Kay menghela napasnya pelan. Ia tahu jika saudara dan sahabatnya itu pasti melampiaskan amarah mereka kepada Gavin. Padahal lelaki itu tak salah apapun, disini ia yang salah. Salah mengartikan semua perhatian yang Jo tunjukkan ke Kay, batin Kay.
"Dia sepupu cowok berengsek itu. Gue nggak tahan untuk pukul dia." jawab Alana.
"Yaudah kalau gitu, Alana obati Gavin." Kay kemudian menatap Bima. "Bim, bisa antar Kay ke rumah Jeli?" Bima segera mengangguk.
"Kay! Dia bisa obati sendiri. Gue nggak mau!" Tolak Alana.
"Kalau Alana nggak mau, Kay aduin ke om dan tante!" Setelah mengucapkan itu, Kay berlalu pergi dengan Bima. Mereka meninggalkan keempat orang yang terdiam menatap Kay.
"Dia jadi mudah marah. Benarkan sayang?" Arion mengusap rambut Nay lembut.
"Dia lagi nutupin rasa sakitnya..." balas Nay pelan.
Alana menatap tajam Gavin yang sedang ia obati. Lelaki itu juga tampak menatapnya balik dengan pandangan yang... Entahlah, Alana pun tak tahu arti dari tatapan lelaki itu.
Di sisi lain, ada Jelita yang tengah duduk sambil bercerita pada Bima. Wanita itu tampak senang saat melihat Bima datang ke rumahnya. Jelita bahkan mengabaikan Alano yang sedari tadi duduk di sisi lain wanita itu.
"Lo nggak bakal ilang tanpa kabar lagi kan? Lo udah janji kita bakal kuliah bareng." ujar Jelita.
"Iya gue nggak bakal ilang tanpa kabar lagi. Lagi pula gue mau lihat calon ponakan gue." Saat Bima akan mengelus perut buncit Jelita, seseorang malah menepuk punggung tangannya dengan keras.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE // 02 LINE
FanfictionLOVE/1 Cinta pertama memang indah tapi sulit untuk bersama. Banyak rintangan yang harus di hadapi hingga berujung kebahagiaan ataupun kesedihan. __ Kay mencintai Jovan. Tapi Jovan tampak tak peduli dengan apa yang Kay lakukan untuk mendapatkan lela...