Nay kembali membalikkan badannya saat mendengar suara Bianca yang memanggil nama Arion. Terlihat Arion membungkuk dengan tangan yang mencekal lengan Bianca.
"Ar--"
"Gue bakal bilang ke bokap lo tentang hal ini. Biar dia tau bahwa anaknya tak sebaik yang beliau kira."
"Ar.. jangan... Please... Lo tau bokap gue gimana.. Ar--"
"Lo udah keterlaluan Bi. Lo udah main fisik. Lo pikir gue nggak tau kalau lo suka bully para adik kelas? Gue tau dan gue udah punya bukti untuk di serahkan ke bokap lo. Seharusnya lo bersyukur karena gue nggak laporin lo ke pihak berwajib." Arion menghempaskan lengan Bianca kemudian menegakkan tubuhnya. Lelaki itu kini berhadapan dengan Nay. Arion menatap mata gadis pujaannya hatinya yang juga sedang menatapnya. Entah kenapa, suasana di lapang itu mendadak sepi. Saat Arion memegang lengan Nay, suasana di sana kembali bising oleh para murid yang terkejut melihat itu.
"Gue antar lo ke Kayana." Tanpa mendengar balasan Nay, lelaki itu segera menarik Nay menuju ruang kesehatan.
"Lah! Gue di tinggal?" Lirih Alana saat melihat dua manusia dingin itu pergi.
Arion menggenggam telapak tangan Nay yang terasa dingin. Ia tahu, gadis itu pasti khawatir dengan keadaan saudara kembarnya meskipun wajahnya datar tak menunjukkan ekspresi apapun.
"Kayana akan baik-baik aja. Tenanglah." ujar Arion menenangkan Nay. Sedangkan gadis itu hanya mengangguk pelan dan membiarkan tangannya di genggam oke Arion. Nay menatap tangan besar Arion yang membungkus tangan kecilnya. Hangat. Genggaman tangan Arion masih sama seperti dulu, selalu membuatnya merasakan kehangatan juga kenyamanan.
Kini mereka berada tepat di depan ranjang yang berada di ruang kesehatan. Terdapat Kay terbaring tak sadarkan diri dengan Jovan yang duduk di sebuah kursi samping ranjang itu."Jov." Panggil Arion pada Jovan yang menatap lurus wajah Kay. Jovan segera menoleh. Wajah lelaki itu tampak datar tapi matanya menunjukkan ke khawatiran.
"Gimana keadaan Kay?" tanya Arion, sedangkan Nay terdiam menatap Kay yang tampak pucat dengan selang infus yang menancap di punggung tangan kiri kembarannya.
"Dokter bilang keadaan cukup buruk. Kondisi tubuhnya yang memang lemah membuatnya pingsan saat terkena bola itu. Tadi dia juga sempat mimisan saat gue bawa dia kesini." Jelas Jovan.Nay melepas genggaman tangan Arion kemudian mendekati Kay dari sisi yang lain.
Nay merasa bersalah karena tak bisa melindungi kembarannya. Kay memang mempunyai kondisi tubuh yang lemah saat di lahirkan ke dunia ini. Tubuhnya memang lebih besar dan tinggi daripada Nay, tapi tubuhnya lemah. Nay sudah memberikan peringatan kepada kembarannya agar tak terlalu banyak gerak saat bermain tadi. Tapi Kay sepertinya tidak mempedulikan peringatan Nay dan terjadilah kondisi saat ini. Lemparan bola di kepalanya juga cukup kuat dan itu bisa di lihat oleh murid yang menonton. Bianca benar-benar keterlaluan. Nay tidak akan biarkan Bianca hidup dengan tenang.
Sekolah di gemparkan dengan datangnya pemimpin yang mengelola sekolah mereka. Nevan Dean Xavier atau yang orang tahu dengan nama Nevan Xavier. Ya, kakak si kembar yang baru saja tiba dari perjalanan bisnisnya di Inggris segera pergi ke sekolah setelah mendapat kabar bahwa adiknya terluka.
Nevan berjalan menuju ruang kesehatan. Ia tampak tak peduli dengan tatapan para murid yang melihatnya. Saat ini ia benar-benar khawatir dengan kondisi adiknya.
"Selamat siang tuan Nevan." Sapa sang dokter yang berjaga di ruang kesehatan. Perlu diketahui jika sekolah itu memiliki seorang dokter yang di pekerjakan di sana. Sekolah itu benar-benar memberikan fasilitas lengkap untuk para murid juga pekerja.
"Bagaimana kondisinya?" tanya Nevan saat mereka berada di ruangan dokter wanita itu.
"Kondisinya cukup lemah tuan. Anda tahu bagaimana kondisi tubuh nona Kayana. Lemparan bola di kepalanya cukup kuat sehingga membuat ia tak sadarkan diri. Tapi tuan tenang saja, tidak ada luka dalam di kepalanya. Hanya saja nona akan merasa pusing saat terbangun nanti. Dan penyebab nona mimisan pun karena dia terlalu memaksa menggunakan tubuhnya yang sudah kelelahan untuk bergerak." Nevan mengangguk kemudian mengucapkan terimakasih setelah sang dokter memberikan resep obat yang harus di konsumsi Kay. Nevan pun pamit untuk menemui kedua adiknya.
Nevan terdiam tepat di depan ruangan yang di tempati adiknya. Terdapat dua lelaki berada di sana. Nevan lupa dengan nama mereka, tapi salah satu dari mereka pernah menjadi kekasih adiknya-Nay.
"Selamat siang tuan Nevan." Sapaan dari Arion mengalihkan perhatian Nay dan Jovan. Sedangkan Kay masih tak sadarkan diri.
Nevan mengangguk kemudian menatap Nay. Gadis itu tampak mengangguk pelan seakan mengerti arti tatapan kakaknya. Setelah mendapat anggukan adiknya, Nevan segera berbalik untuk pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Gimana?
Suka nggak?
Kalau suka, seperti biasa tekan bintang yaa
Kalau ada typo terus ada kata yang kurang tepat atau nggak enak di baca kasih tau ya...Thank you 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE // 02 LINE
FanfictionLOVE/1 Cinta pertama memang indah tapi sulit untuk bersama. Banyak rintangan yang harus di hadapi hingga berujung kebahagiaan ataupun kesedihan. __ Kay mencintai Jovan. Tapi Jovan tampak tak peduli dengan apa yang Kay lakukan untuk mendapatkan lela...