09 ~ Mengikuti Kata Hati

128 15 0
                                    

Nay membaringkan tubuhnya di atas sofa yang berada di ruangan kakaknya. Gadis itu memejamkan matanya. Ia sedikit lelah. Sudah dua jam sejak kejadian di lapangan, dan Kay masih belum sadarkan diri.

"Kenapa kau tak melarang Kay? Kau tau dia tidak boleh kelelahan." Nevan tampak duduk di sofa single tepat di seberang Kay.

"Nay sudah melarangnya tapi dia memaksa untuk ikut." ujar Nay dengan nata yang masih terpejam. Nevan menghela napasnya pelan.

"Baiklah. Sekarang, apa yang harus kakak lakukan pada gadis bernama Bianca itu?"

"Hancurkan perusahaan keluarganya."

"Itu tidak bisa." Nay membuka matanya dan bangun dari berbaring nya.

"Kenapa?"

"Kakak sudah mencari tahu tentang keluarganya, dan ternyata ayahnya rekan bisnis Ayah kita. Perusahaan mereka benar-benar bersih. Tak ada kejanggalan apapun yang bisa kita gunakan untuk menjatuhkan mereka." Jelas Nevan.

"Sama sekali nggak ada?" Nevan mengangguk. Nay terdiam. Apa yang harus ia lakukan agar Bianca jera dan tidak mengusik dirinya dan orang-orang di sekitarnya?

"Kalau begitu, skorsing aja Bianca sampai ujian di adakan. Lagipula ada seseorang yang akan membuat Bianca dapat masalah." Nevan memandang adiknya seolah bertanya siapa orang itu.

"Pokoknya ada." Nay kembali merebahkan tubuhnya. Lima belas menit ia menutup mata, gadis itu pun pamit pergi.

"Nay akan melihat Kay." Nevan mengangguk dan Nay pun pergi dari ruangan Nevan. Nay sedikit terkejut saat melihat Arion berdiri tepat di depan pintu ruangan Nevan.

"Kenapa lama? Apa yang lo lakukan di dalam?" Nay mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Sejak kapan lo disini?" Bukannya menjawab, Nay malah balik bertanya.

"Gue ikuti lo." Arion terdiam kemudian menggenggam tangan Nay. "Jangan libatkan Tuan Nevan dalam masalah Bianca. Lo tau kan gue yang bakal buat dia jera." Nay menghela napasnya.

"Gue cuma minta Tuan Nevan untuk skorsing Bianca sampai ujian mulai. Sisanya lo yang urus cewek itu." Nay berusaha melepaskan genggaman Arion tapi sia-sia.

"Bener lo cuma minta itu ke Tuan Nevan?" Nay mengangguk.

"Lepas." Arion mengabaikan ucapan Nay. Lelaki itu membawa Nay ke dalam pelukannya.

"Lima menit." Nay pun berhenti memberontak.

"Gue tau... kesalahan gue sulit untuk lo maafkan. Tapi gue nggak akan berhenti untuk minta maaf sama lo. Maafin gue Nay..." Arion mengeratkan pelukannya seolah Nay akan pergi menjauh. Sungguh, Arion sangat mencintai Nay. Gadis itu yang memberinya warna setelah kepergian adik tercintanya. Nay yang selalu ada kala ia sedih saat mengingat kepergian adiknya. Nay menjadi salah satu tujuannya untuk hidup setelah keluarganya.

"Sorry... And i love you..." Tanpa sadar air mata lelaki itu keluar.

'Gue juga cinta sama lo.' batin Nay.

Nay tersadar dari lamunannya saat merasakan basah di bahunya.

"Ar... Lo nangis?" Nay memegang bahu Arion lalu menariknya agar ia bisa melihat wajah lelaki itu.

 Lo nangis?" Nay memegang bahu Arion lalu menariknya agar ia bisa melihat wajah lelaki itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang