15 ~ Hukuman dan Masa lalu

81 7 0
                                    

Kay menggenggam tangan wanita yang sedang terbaring tak sadarkan diri setelah mendengar apa yang terjadi pada anak semata wayangnya. Kay merasa sangat bersalah, seharusnya ia mengantar Jelita waktu itu meskipun sahabatnya menolak.

"Kay lemah. Seharusnya seorang kakak menjaga adiknya, bukan sebaliknya. Kay merasa gagal jadi kakak." Jelita sudah ia anggap adik begitu pun dengan Alana. Ia sangat menyayangi mereka. Ia tak pernah sekalipun membedakan mereka.

"Kay akan berusaha membawa kembali Jelita." Kay mencium tangan Ibu dari Jelita-Acha- kemudian beranjak pergi dari kamar Acha yang berada di mansion keluarganya.

Kay tiba-tiba menghentikan langkahnya dan menatap Alano yang berada di hadapannya dengan keadaan babak belur. Perlu diketahui saja, satu jam yang lalu semua terbongkar dan keluarga Rain di minta untuk datang ke mansion keluarganya. Luka yang di dapatkan oleh Alano berasal dari ayahnya, ayah Alano juga Nevan. Oh, dia juga mendapat tamparan dari ibu Alano juga saudara kembar lelaki itu.

"Kay..." Kay melangkahkan kembali kakinya mengabaikan panggilan lelaki itu.

"Kay maafin gue. Kay..." Alano meraih lengan Kay kemudian menariknya agar berhadapan dengannya.

"Maaf? Seharusnya kata itu yang kamu bilang ke Jelita. Tapi apa? Kamu malah menghina Jelita dan sekarang dia menghilang. Semua itu karena kamu! Seharusnya kamu menjaga bukan malah menyakiti Jelita!" Kay melepas kasar tangan Alano yang berada di lengannya. Gadis itu menatap marah pada Alano.

"Kay--"

"Dengar, semua orang di sini nggak akan pernah maafin kamu sebelum Jelita di temukan dan beri kamu hukuman. Sebelum itu terjadi, jangan harap kamu mendapat perhatian dari semua orang di sekitar kamu. Mereka akan menganggap kamu nggak ada. Itu hukuman dari kita untuk cowok brengsek dan nggak bertanggung jawab seperti kamu!" Setelah mengatakan itu Kay melangkah menuju kamarnya yang berada di lantai dua mansion.

Alano mengacak rambutnya kasar. Kenapa semua jadi seperti ini? Dia yang selalu mendapat perhatian karena satu-satunya lelaki di antara para gadis seusianya kini di abaikan hanya karena masalah kecil seperti ini? Seharusnya keluarga nya mendukung dengan keputusan yang ia buat kan? Ia sudah melakukan hal benar dan itu tak akan membuat nama keluarganya rusak di mata publik.

 Kenapa semua jadi seperti ini? Dia yang selalu mendapat perhatian karena satu-satunya lelaki di antara para gadis seusianya kini di abaikan hanya karena masalah kecil seperti ini? Seharusnya keluarga nya mendukung dengan keputusan yang ia buat ka...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jovan menatap bangunan megah di hadapannya. Ia sudah lama tak menginjakkan kakinya semenjak keluar dari sana dan hari ini ia harus kembali setelah mendapat kabar jika sang ibu jatuh sakit. Jovan menghela napasnya pelan kemudian menurunkan jendela mobilnya.

"Pak!" Panggil Jovan pada satpam yang berjaga.

"Tuan muda?!" Sang satpam segera membuka pagar lebar agar mobil Jovan masuk.

"Terimakasih pak." Satpam itu mengangguk dan memberi hormat. Jovan menggelengkan kepalanya. Terlalu berlebihan, ia bukan seorang pejabat.

"Tuan muda, selamat datang!" Sapa para maid saat ia baru saja turun dari mobil. Jovan hanya mengangguk kemudian masuk kedalam mansion keluarganya di ikuti para maid.

"Kakak!" Suara khas anak kecil itu menyambut kedatangannya yang baru saja melewati pintu besar mansion.

"Kakak! Kakak!" Gadis kecil berusia enam tahun itu berseru senang dan mengangkat tangannya meminta Jovan untuk menggendongnya. Lelaki itu hanya menatap datar gadis kecil itu kemudian melangkah menuju kamar orang tuanya.

"Kakak..." Lirih gadis kecil itu sedih saat melihat sang kakak mengabaikannya.

"Nona, kakak anda sedang lelah. Jadi nona jangan bersedih." ujar salah satu maid. Gadis kecil itu menatap wanita di hadapannya.

"Lelah?" Maid itu mengangguk kemudian menggendong gadis kecil itu.

"Nah, untuk menghilangkan rasa lelah kakak anda, bagaimana jika kita membuat makanan dan minuman untuknya?" Gadis kecil itu berseru senang.

"Ayo! Jihan mau buat jus dan cake agar lelah kakak hilang! Ayo!" Maid itu pun mengangguk kemudian mereka berjalan menuju dapur diikuti maid yang lain.

"Mom..." Jovan menatap sang ibu yang sedang duduk bersandar dengan selang infus yang terpasang di punggung tangannya.

"Jo...?" Jovan terdiam. Panggilan ibunya membuat ia teringat pada gadis itu. Huh... Bagaimana kabarnya sekarang? Gadis itu pasti sedih apalagi saat ia mendapat kabar jika sahabat gadis itu menghilang. Ah, sepertinya ia harus membantu dia kali ini karena sahabatnya-Bima- terlibat dalam masalah ini.

"Jovan..." Jovan tersadar kemudian memusatkan kembali perhatiannya pada sang ibu.

"Maaf Mom." Jovan menggenggam tangan sang ibu yang bebas dari infus.

"Mom senang kau datang." Wanita itu tersenyum dan menatap sayang sang anak.

"Apa... Kau sudah bertemu... Jihan?" Jovan terdiam.

"Mom--"

"Mom hanya ingin kau menerima dia. Apa kau tidak ingin memenuhi keinginan Mom?"

"Mom... Jovan mohon... Jovan kesini cuma ingin lihat keadaan Mommy. Menghabiskan waktu dengan Mom." Wanita itu menghela napasnya kemudian membuka lebar tangannya meminta Jovan untuk memeluknya.

"Semoga kau segera melupakan kejadian masa lalu itu. Lihat, sekarang Mom masih ada di sini dan peluk Jo." Ingatan Jovan jatuh saat dimana ia melihat ibunya hampir kehilangan nyawa.

Saat itu ibunya baru saja kehilangan anak yang berada di dalam kandungannya dan beberapa hari kemudian sang ayah membawa seorang wanita dengan keadaan hamil besar. Ayahnya mengatakan jika wanita itu sedang mengandung anaknya. Tentu saja hal itu membuat kondisi ibunya semakin terguncang. Sang ayah berkata ia tidak bermaksud untuk mengkhianati Ibunya, dia di jebak oleh musuhnya hingga melakukan kesalahan itu. Ibunya tidak percaya hingga dia mengalami depresi dan melakukan percobaan bunuh diri.

Jovan menitikkan air mata saat mengingat hal itu. Ia sangat takut kehilangan ibunya.

"Kau tahu nak? Jihan anak yang sangat manis. Dia yang buat hari Mom lebih berwarna saat kau memutuskan untuk pergi. Jangan membencinya, dia tidak bersalah."

Maaf karena baru up lagiSemoga kalian suka sama bab ini ya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf karena baru up lagi
Semoga kalian suka sama bab ini ya...

Seperti biasa tekan bintang dan beri komentar jika ada kata yang salah

Thank you 🤍

Thank you 🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang