34 ~

58 4 0
                                    

Keesokan harinya...

Setelah kejadian yang hampir merenggut nyawa Rafa, penjagaan kini di perketat dengan menempatkan masing-masing dua bodyguard di depan ruangan rawat Jelita dan juga ruang rawat Rafa.

Di ruang rawat Jelita terdapat beberapa orang yang sedang berbicara tentang pernikahan Alano dan Jelita. Pernikahan yang akan di selenggarakan tiga Minggu lagi itu menjadi topik pembicaraan mereka. Para orang tua sedang membicarakan tentang gedung dan orang-orang yang akan di undang sedangkan anak mereka membahas konsep yang akan di gunakan. Semua berada di sana kecuali...

"Dimana Alana?" tanya Alano.

"Alana tadi chat Kay, katanya dia bakal sedikit terlambat karena mampir ke toko buku dulu." ujar Kay.

"Tumben, biasanya dia paling anti ke toko buku."

"Ya.. bagus dong kalau dia kesana, ada perubahan. Udahlah ayo lanjut bahas yang tadi." ujar Nay. Mereka pun kembali membahas topik utama.

Di sisi lain...

Alana duduk termenung di sebuah bangku taman yang berada di rumah sakit tempat Jelita dan keponakannya di rawat. Setelah menyelesaikan mata kuliah dari pagi hingga sore, Alana memutuskan untuk ke rumah sakit. Tetapi saat sampai di depan ruang rawat baru Jelita, ia mendengar perkataan yang membuat semangatnya hilang. Perkataan itu masih terngiang di benaknya.

"Star sudah resmi jadi kekasih Nevan."

"Jadi pada akhirnya.. gue harus menyerah?"
Alana menyadarkan punggungnya pada kepala bangku taman itu kemudian mengangkat wajahnya untuk melihat langit yang kini menunjukkan semburat jingga. Angin yang berhembus membuat matanya tertutup dan mencoba mencari ketenangan. Tidak. Ia tak ingin menangis hanya karena patah hati. Tapi, rasa sesak di dada saat mengingat perkataan Nevan, membuat matanya ingin mengeluarkan cairan bening itu. Haruskah ia menangis? Tidak apa-apa kan jika ia menangis?

Tak lama kemudian dengan mata tertutup, cairan bening keluar dari matanya. Nevan adalah cinta pertamanya. Ia mencintai Nevan saat masih berada di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya ia hanya merasa nyaman di dekat pria itu saat duduk di bangku sekolah dasar, pria itu memberikan kasih sayang dan memperlakukannya seperti adik sendiri. Tapi saat SMP, ia mulai mengerti jika itu bukan hanya rasa nyaman saja. Ia mencintai Nevan dengan segala perlakuan lembut pria itu padanya selama ini.

"Huh..." Alana membuka matanya dan menatap lurus ke depan. Menatap sekumpulan anak yang memakai baju khas pasien rumah sakit tengah berkumpul dan bersenda gurau. Alana tersenyum kecil kemudian menghapus air matanya. Ia jadi rindu masa kecil. Dimana dirinya tak mengerti apa itu cinta. Dimana dirinya hanya memikirkan kesenangan saat bermain dengan saudara dan sahabatnya. Rasanya ia ingin kembali ke masa kecil.

"Ya, seenggaknya kalau jadi anak kecil nggak perlu memikirkan atau merasakan patah hati karena cinta."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang