23 ~ Arfan

69 10 0
                                    

Nay membuka matanya saat merasakan tubuhnya terlilit di sebuah kursi. Sebuah ruangan besar dengan cahaya yang berasal dari matahari menjadi pemandangan yang pertama kali ia lihat. Bisa di bilang ruangan itu seperti sebuah gudang terbengkalai. Nay menatap beberapa orang yang sedang mengobrol tak jauh dari tempatnya berada.

"Hei, gadis itu sadar." Salah satu dari lima orang itu berseru.

Kelima orang itu dengan kompak berjalan mendekatinya. Nay hanya menatap datar mereka. Jujur saja, ia sedang menahan rasa takutnya. Karena bagaimanapun ia hanya seorang wanita. Ia tak bisa jika harus melawan mereka semua. Tapi ia tetap akan berusaha terus melawan jika mereka berani macam-macam dengannya. Karena keluarga Xavier mengajarkannya untuk tidak pernah menyerah dalam kondisi apapun.

"Dia cantik. Apa aku mencicipinya terlebih dahulu sebelum bos membunuh nya?"

"Hm, sepertinya itu ide bagus."

Nay kini menatap tajam para pria itu. Mencicipinya mereka bilang? Nay tak akan biarkan itu terjadi.

"Hei gadis kecil, jangan menatap kami seperti itu. Kau membuat sesuatu dalam diriku terbangun, haha!"

"Berhenti mengganggunya!" Suara berat itu terdengar menggema. Kelima pria itu sontak berbalik dan menatap takut pada pria dengan jas hitam mengkilap yang membalut tubuh kekarnya. Pria itu berjalan mendekati mereka dengan sebuah pistol yang berada di tangan kirinya.

"Kembali ke tempat kalian!"

"Baik tuan!" Kelima pria itu pun segera pergi menjauhi atasannya.

"Kak Arfan?" Nay cukup terkejut saat melihat pria di hadapannya. Arfan Shakeel. Kakak dari kekasihnya.

"Oh... Aku kira kau lupa dengan ku setelah beberapa tahun tidak bertemu." ujar pria itu.
"Apa yang kakak inginkan?"

"Apa yang aku inginkan? Hm... Aku hanya ingin... Kau mati..."

"Kenapa?"

"Jangan berpura-pura tidak mengerti. Kau tau pasti apa yang aku inginkan."

"Kak, Nay dan keluarga nggak ada kaitannya dengan kejadian itu. Jadi, kenapa kakak malah membalas semua itu ke keluarga Nay?"

"Kau dan keluarga mu itu memiliki hubungan dengan penjahat itu. Aku hanya ingin mereka merasakan kehilangan yang sama seperti yang keluarga ku rasakan."

"Jadi... Kejadian kecelakaan yang di alami kak Nevan dan Kay, itu ulah kakak juga? Apa om, tante dan... Arion terlibat?" tanya Nay. Gadis itu hanya berharap jika Arion tidak terlibat.

"Mereka tidak terlibat." Arfan terdiam sesaat. "Huh... Mereka bahkan merelakan dia begitu saja tanpa membalas kelakuan penjahat itu. Mereka hanya menjebloskan penjahat itu ke penjara. Kau pikir aku akan membiarkan itu semua? Tidak! Kau tau, nyawa di bayar dengan nyawa." Arfan terlihat memundurkan langkahnya dan mengangkat pistol nya.

"Kak Arfan... Apa dengan melakukan ini membuat kakak lega? Nggak kak! Yang ada kakak masuk penjara dan buat keluarga kakak sedih. Kakak nggak mikirin gimana perasaan orang tua kakak saat lihat anaknya di penjara?"

"Aku sama sekali tidak peduli. Adikku, adik yang menjadi sumber kebahagiaan di keluargaku tiada karena ulah paman mu itu! Kau tau, seberapa terpuruknya keluarga ku saat kehilangan dia? Mereka menangis setiap mengingat kenangannya. Kehidupan keluarga ku berubah sejak dia tiada..."

"Kak Arfan--"

"Cukup! Aku tak akan menundanya lagi. Keluarga mu harus merasakan apa keluarga ku rasakan."

Nay menghela napasnya dan menatap tenang pada pistol yang di acungkan ke arah dadanya. Jujur, sekarang ia merasa takut. Tapi ia tak boleh terlihat lemah di hadapan penjahat. Ia melihat ke arah pintu masuk berharap mereka ada, tapi ia sama sekali tak mendapati orang-orang yang akan menolong nya. Kemana mereka? Apa... Ia akan berakhir seperti ini?

FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang