20 ~ Interogasi

71 6 0
                                    

Bima menggenggam tangan Jelita untuk menenangkan wanita itu. Bima takut jika Jelita akan kembali terguncang seperti beberapa bulan yang lalu. Mereka kini terduduk di depan semua orang seperti seorang tersangka.

"Tenang... Jangan pikirin hal yang buat lo tertekan..." Satu tangan Bima yang lain mengelus perut buncit Jelita. Sebenarnya Bima masih terkejut saat mengetahui fakta bahwa Jelita dekat dengan keluarga Xavier dan yang membuat dirinya lebih terkejut adalah, Nay dan Kay merupakan bagian dari keluarga Xavier. Banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi kondisi saat ini tidak mendukung untuk dirinya bertanya.

Interaksi antara Jelita dan Bima tak lepas dari pandangan orang-orang yang berada di dalam ruangan samping ruang rawat Kay.

Setengah jam yang lalu, ketegangan terjadi. Dimana saat Nevan keluar dari ruang rawat dan mendengar ucapan juga melihat kondisi Jelita. Lelaki itu segera menarik kerah baju Alano yang terdiam dengan tatapan mengarah pada Jelita. Nevan dengan amarah yang menguasai dirinya, memukul Alano dan mengeluarkan segala umpatan. Lelaki itu masih menyimpan kekesalan pada Alano tentang apa yang dia lakukan pada Jelita dan kini Nevan harus melihat Jelita dengan kondisi berbadan dua. Dirinya merasa tidak berguna sebagai seorang kakak.

"Bim... Gue mau pulang..." Lirih Jelita. Bima tentu saja mengangguk dan segera membantu wanita itu berdiri. Tapi gerakan mereka di hentikan oleh Nevan.

"Diam di situ dan jelaskan apa yang terjadi selama enam bulan ini." Suara Nevan terdengar dingin. Mereka yang berada di sana hanya bisa diam. Mereka tak ingin memancing kemarahan lelaki itu. Bahkan Acha sebagai ibu Jelita pun hanya bisa diam dan menangis dengan Nay juga Alana yang menenangkannya. Ia masih syok dengan kenyataan yang terjadi pada anaknya. Sungguh, dirinya tak pernah mengira bahwa apa yang ia alami kini terjadi pada anaknya. Hamil di luar nikah.

Bima menghela napasnya kemudian melirik Jelita meminta persetujuan dari wanita itu. Jelita hanya mengangguk kemudian Bima pun menceritakan segalanya.

"Kau dengar itu bajingan? Semua ini karena dirimu!" Nevan menatap Alano yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan beberapa lebam di wajah lelaki itu. Sedangkan yang di tatap hanya memalingkan wajahnya dan menutup matanya. Alano tampak tidak peduli.

Bima yang melihat itu ingin sekali melayangkan pukulan pada wajah babak belur itu. Jujur saja, ia baru mengetahui fakta bahwa yang membuat Jelita seperti ini karena perbuatan Alano. Selama enam bulan ini, Jelita tak pernah mengatakan nama lelaki yang sudah merenggut mahkota nya. Jelita hanya mengatakan lelaki berengsek dan bajingan.

"Kita akan bahas masalah ini lagi setelah Om Ren dan Tante Alin (orang tua double A) kembali." Setelah mengatakan itu Nevan bangkit dan mendekati Jelita. Lelaki itu mengelus kepala Jelita dengan penuh kasih sayang kemudian keluar menuju ruang rawat Kay.

"Kita pulang ya nak?" Acha menghampiri sang anak. Jelita terdiam. Haruskah ia kembali bersama ibunya? Wanita itu kemudian menatap Bima.

"Ikuti kata hati lo." Jelita mengangguk kemudian menatap sang ibu.

"Maaf Ma, beri Jelita waktu lagi. Jelita akan pulang setelah Om Ren dan Tante Alin kembali." Acha hanya bisa mengangguk kemudian memeluk Jelita dan mencium kening anaknya.

"Baiklah, jaga dirimu dan kabari Mama. Jangan menghilang lagi." Jelita mengangguk dan membalas pelukan sang ibu.

"Tolong jaga anak saya." Acha menepuk pelan bahu Bima setelah melepaskan pelukannya dari Jelita.

"Iya Tante." Acha tersenyum kemudian pamit pergi diikuti Nay juga Arion setelah berpamitan pada Bima dan Jelita. Ah, Nay sempat memukul wajah Bima sebelum keluar dari ruangan. Gadis itu masih kesal karena Bima yang membawa sahabatnya pergi.

FIRST LOVE // 02 LINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang