AWWW!
"Sakit!" Reiya berseru sebelum lanjut mencaci dalam hati. Campuran bau pesing dan lembap memenuhi indra penciumannya, memantiknya untuk memaki lagi. Ujung sepatu Keds-nya basah akibat telat melompat saat melewati lantai yang tergenang. Dikibaskannya tangan yang sakit. "Pintunya pakai macet segala, lagi. Jadi kejepit, kan."
Reiya lekas keluar dari bilik toilet. Untungnya, tempat peristirahatan ini sedang cukup sepi, barangkali karena hari kerja. Digenggamnya bandul kalung rose quartz dari balik overall denim dan kaus putihnya. Permukaannya yang tak beraturan membantu Reiya merasa aman, entah bagaimana. Seusainya, dia baru bisa menghela napas.
Toilet umum akan selalu menjadi musuh sekaligus temannya.
Langkah Reiya lambat-lambat membawanya kembali ke tempat parkir menuju mobil Ares, yang berkat pantulan cahaya matahari menjadi semakin mencolok. Dalam hati Reiya berharap bisa sampai lebih dulu. Mengapa dia masih merasakan sungkan kepada Ares? Ares belum tentu membencinya. Menilainya saja mungkin tidak. Pikirkan saja, adakah manusia yang benar-benar bisa menebak hati dan pikiran manusia lain hanya dengan memandangnya? Tidak perlu cemas. Masih ada Cheska dan Kellan.
Baru saja berjalan sejenak, Reiya menyadari dua orang itu sedang berbincang. Dia hanya dapat melihat kerah jaket Kellan yang sewarna danau dan kepalanya yang sempat menoleh, tetapi gerakan bibirnya jelas sekali. Kakinya berhenti, lantas bergerak lebih pelan, menyisiri kendaraan lain di barisan parkir itu dan bersembunyi di balik Innova hitam tepat di samping mobil Ares. Suara mereka, meski kecil, bisa terdengar.
"Terus, gunung yang paling bagus di mana?" itu suara Cheska.
"Yah, susah kalau harus pilih salah satu, kayak pilih adik favorit." Kellan terkekeh. "Semua gunung berkesan. Tapi buat pemula yang worth it di Pulau Jawa ya, kayak Bromo atau Ijen. Ijen bagus. Duh, saya jadi pengin ke sana lagi, waktu itu nggak kedapatan sunrise-nya."
"Kenapa? Kesiangan?"
"Bukan, memang saat itu mataharinya kurang kelihatan karena langit dan awannya tebal. Kata teman yang udah pernah lihat sih, bagus banget. Sayangnya belum jodoh."
Reiya merapatkan diri seraya menjaga agar tetap tertutup mobil. Bukan, ini bukan menguping, hanya kebetulan mendengar banyak. Lagi pula, kalau Reiya tidak ahli melakukan ini, mungkin dia tidak akan pernah memergoki mantan pacarnya selingkuh di basemen mal dua tahun lalu. Kemampuan yang berguna adalah kemampuan yang diperlukan.
"Oh!" seru Cheska. "Baru ingat. Saya tahu di mana anehnya postingan blog itu."
Kellan memajukan badannya. "Di mana?"
"Ini. Cerita Jagad di Swiss ini lebih kayak travel writing biasa daripada tulisan khasnya. Tuh, dia naik kereta, naik gondola, mendaki, bla bla bla. Bukan flora di sana apa aja, gimana kebijakan pemerintah Swiss soal melindungi alam, bahkan burung Alpine chough ditulis sekilas doang. Padahal itu endemik, loh. Jagad pemerhati satwa endemik, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Mentari
General Fiction「"Alam sudah memberi kita banyak hal sejak jutaan tahun lalu. Alam selalu menyediakan, tapi apa yang manusia perbuat pada alam?"」 Setelah tujuh tahun menghilang, seorang aktivis lingkungan ternama dikabarkan mewasiatkan sebuah pondok miliknya kepada...