"JENENGAN iki lho, Kel, Kel. Padahal tinggal telepon, chat, komen di IG juga bisa, wis tak siapin dari tadi. Kamu bisa langsung registrasi, tinggalin ID, langsung ke lokasi. Nah, udah semua, ini? Sleeping bag wis, LED wis, kompor mau kompor?"
Kellan menoleh ke belakang seusai menghadap Jack yang sedang bertugas di loket tiket. Ares, Reiya, dan Cheska memegangi tas masing-masing tepat di bawah naungan gerbang Mawar Camp Area. Koper merah muda Reiya berdiri mentereng dan pakaian mereka bertiga lebih menandakan liburan di vila ketimbang di perkemahan. Dua pendaki beratribut lengkap yang mengantre di depan melirik mereka lagi sebelum beranjak ke atas. Kellan berusaha mengabaikannya. "Mau masak sendiri atau pesan ke kantin?"
"Kantinnya buka sampai jam berapa?" tanya Reiya.
Jack menjawab langsung, "Dua puluh empat jam, Mbak. Ndak usah khawatir bakal kelaparan, kami tetap beroperasi sampai malam."
Kellan beralih ke Jack lagi. "Kalau gitu, kompornya nggak usah. Makasih, Mas Jack."
"Alah, santai, Kel. Aku lihat kalian bawa Pop Mie, barangkali mau masak sendiri. Tapi minta air panas ke kantin juga bisa, tinggal bilang aja." Jack mengedikkan dagu ke arah kantin yang sepelemparan batu dari gerbang. "Ada lagi yang kurang? Head lamp, jas hujan—"
"Di sini lagi sering hujan?"
"Kemarin malam lumayan, lah. Rintik-rintik gerimis romantis gitu. Tapi suhunya cuma tujuh belas derajat, kok, ndak sampai minus." Jack tertawa.
Kellan tersenyum masam. Bagaimana cara menenangkan ketiga orang ini bila hujan betulan turun? Bahkan Kellan sendiri malas berurusan dengan tanah becek dan kebocoran tenda—jika ada—kala hujan mendera. Ah, dia bisa pakai alasan keamanan terutama untuk Ares. Ares pasti melakukan apa saja demi mengelak dari siapa pun yang dia takuti itu.
Di sisi lain, begitu menjejakkan kakinya di perkemahan ini, bertemu anggota SAKPALA yang berjaga di gerbang dan menyambutnya ramah, serta mengisi pandangannya dengan warna hijau segar pohon pinus dan rerumputan, Kellan merasa seperti ikan bertemu air. Tempat ini tepat untuknya, untuk mereka. Basecamp Mawar lebih dari sekadar indah—dataran tinggi ini juga menyatukan si ahli dan si pembelajar, yang berpengalaman dan yang baru mencoba, pro dan newbie. Semua orang diterima, semua orang bisa mendaki dan berkemah. Dan semua orang bertanggung jawab dengan alam karena gunung milik bersama.
Kellan mengeluarkan dompetnya. "Bayar langsung di sini semua, ya, Mas? Sama ID juga?"
"Boleh," jawab Jack. "KTP jenengan saja."
Kellan melaksanakan transaksi dan menyerahkan KTP-nya. Setelahnya, dia berterima kasih. "Matur nuwun, Mas. Kalau teman-teman saya ada apa-apa, bisa langsung tanya ke sini, kan?"
Jack mengangguk, tersenyum. "Bisa, silakan datang saja. Eh, Kel, jenengan sudah tahu kabar tentang Mas Jagad? Yang warisan itu?"
Derit roda koper Reiya menyela. Kepala Kellan berputar cepat-untungnya Reiya cergas menangkap dan menahannya sebelum koper itu jatuh lebih jauh. Kontur jalan yang miring memang penyebab alaminya, tetapi itu tak akan terjadi jika pegangan Reiya tidak lepas. Kellan menelan ludah. "Cuma sekilas, Mas."
KAMU SEDANG MEMBACA
Menanti Mentari
General Fiction「"Alam sudah memberi kita banyak hal sejak jutaan tahun lalu. Alam selalu menyediakan, tapi apa yang manusia perbuat pada alam?"」 Setelah tujuh tahun menghilang, seorang aktivis lingkungan ternama dikabarkan mewasiatkan sebuah pondok miliknya kepada...