7 | Ares

17 8 0
                                    

KAMBI pintu kafe diketuk Ares tiga kali setelah dia membukanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

KAMBI pintu kafe diketuk Ares tiga kali setelah dia membukanya. Para pegawainya sudah mempelajari tanda ini semenjak Ares membawa mantan kekasihnya berkunjung saat masih SMA. Dia sengaja datang pertama, memastikan siapa pun yang ada di dalam menangkap pesannya. Sesudah masuk, ditahannya pintu untuk memberi jalan Kellan, Reiya, dan Cheska.

"Nggak apa-apa, kan, kita makan di sini?" tanya Kellan.

"Iya, yang dekat aja biar cepat. Udah keburu lapar, nih. Nanti malam aja kita jalan-jalannya, gimana?" Reiya tersenyum lebar.

"Boleh. Giliran Kellan yang nyetir, kan?" goda Cheska.

Kellan terkekeh. "Iya, deh, iya."

Mata Ares mengawasi pelayan yang tengah menunggu dan seorang barista dari balik meja bar. Ketukan tiga kali tadi bermakna, 'Anggap saya tamu baru'. Jika saja Ares telat melakukannya, dia harus bersiap diserbu sapaan, Wah, ada A' Ares! Silakan, A'!, dipersilakan duduk, ditawarkan, Nasi goreng rempah, kan?, kemudian langsung dihidangkan Americano. Kode itu membuat mereka menunggu Ares memesan menunya sendiri.

"Di sini aja, yuk," ajak Reiya yang langsung menempati kursi dekat jendela.

Cheska bergeser ke sebelah Reiya dan Kellan di seberang meja. Ares duduk di samping Kellan, lantas menilik pelayan itu lagi yang sekarang berjalan ke arah mereka. Dia harus lebih hati-hati dari saat di B&B, yang letaknya di atas kafe ini, ketika salah satu pegawai mengenalinya dan otomatis mengirim bantal bulu angsa. Karena itulah yang Mars pesan tiap mereka menginap di sinibantal khusus untuk setiap kamar dia dan temannya.

Dari semua penginapan di Bandung, Reiya memilih Away We Go. Away We Go yang dia kenal, bukan tiruannya, bukan jenama yang tidak sengaja sama. Bagus sekali. Ares tahu ada yang salah pada orang itu: pembawaannya persis Mars. Di balik langkah kakinya yang ringan dan wajahnya yang murah senyum, Ares melihat ego yang ingin disuapi. Rasa tidak cukup yang terus menerus. Kelicikan yang ditutup ramah tamah.

"Res, pesan apa?"

Ares menoleh. Kellan menyodorkan buku menu. Tanpa benar-benar memperhatikan, Ares mengambil lantas membolak-balik buku menu itu. "Nasi goreng rempah. Americano."

Pelayan itu berlalu usai memastikan semua pesanan mereka. Aman. Sejauh ini. Seraya berpangku tangan hingga menutupi mulut, Ares melirik samping, atas, dan bawahnya. Dulu, interior kafe ini terasa rumahan. Bangkunya dibuat sendiri, dicat dan diamplas hingga menimbulkan efek furnitur vintage. Beberapa hiasan dan pot bunga diambil dari rumah pemiliknya. Buku dan majalah yang bisa dibaca pun merupakan koleksi pribadi. Ares sering membaca Rolling Stone saat masih terbit di sini.

Kemudian, keluarganya menyukai tempat kecil ini dan setelah Papi mengurus jaringan perhotelan Wiratama Group, memutuskan untuk membelinya. Jika saja pemilik lamanya tak sedang kesulitan, Ares tak yakin mereka mau melepasnya. Kini tanda khas hotel milik Wiratama tersebar di sudut B&B dan kafe ini, berupa lingkaran biru metalik dengan huruf W simetris sebagai logo serta aksen garis biru yang sama pada dindingnya. Norak, terkesan memaksa, sangat jelas tak sesuai tema keseluruhan desainnya.

Menanti MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang