9 | Reiya

20 7 0
                                    

BRUNELLO Cucinelli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BRUNELLO Cucinelli

Ketikan jemari Reiya di mesin pencari ponsel begitu lincah usai Ares menjawab Cheska merek sweter yang dipinjamkannya. Setelah mengoreksi ejaan sesuai rekomendasi, Reiya menekan tombol Cari. Perambannya berjalan agak lamban dari biasanya karena lemahnya sinyal, tetapi akhirnya tampil juga tautan-tautan yang tersusun sesuai kata kunci.

Cheska dan Ares masih berhadapan. Sweter kuning itu kini menjuntai di tangan pemiliknya.

"Betul, kan?" seru Cheska, seakan suaranya tak kenal lelah. "Lo nggak bisa bohongin gue. Bahannya beda. Ini bukan yang bisa lo beli di online shop atau distrolo pergi ke negara asal merek itu dan beli di butiknya. Ya, kan?"

Satu tautan tampak menjanjikan. Brunello Cucinelli Yellow Wool Sweater. Reiya mengeklik, melihat gambar produknya yang kurang-lebih mirip sweter Aresdengan mengeceknya dalam satu lirikanlantas membaca harganya. Seribu tiga ratus dolar.

Seribu. Tiga. Ratus. Dolar.

Reiya menahan napas. Cheska benarAres bisa jadi sangat, sangat berada.

"Terus kenapa?" tanya Ares balik. Raut wajahnya masih netral. Justru Kellan yang terlihat berusaha tenang dari gerak tubuhnya, berbanding terbalik dengan perannya beberapa menit lalu yang mencoba menenangkan. Posisinya sedikit bergeser mendekati Cheska.

Dalam jeda singkat itu, Reiya memindai segala yang dikenakan Ares. Kausnya, dia yakin dari Uniqlo, tidak mengesankan baru dibeli. Sepatunya Vans, dan coraknya juga bukan seperti edisi terbatas. Standar. Bisa saja mahal, tetapi tidak mungkin sampai seribu dolar.

"Tandanya," Cheska menelan ludah, kemudian meneruskan. "Siapa pun yang ngikutin kita pasti gara-gara lo. Orang kaya biasanya suka punya masalah aneh-aneh kayak gini. Kellan, kamu tahu apa aja soal penguntit kita selain mobil APV?"

Mulut Kellan membuka, tetapi tak bersuara. Ketika Cheska hendak memotong, dia baru berbicara. "Ares bilang ada dua orang yang ngikutin dia di lobi waktu dia keluar."

"Kamu tahu kenapa dia diikutin? Terus siapa dua orang itu?"

Kellan berpaling sejenak pada Reiya, entah mengapa. Dia menggeleng perlahan.

Cheska menyeringai. "Tuh, kan. Bahkan Kellan yang lo suruh aja nggak tahu apa-apa, Res."

Cheska kembali menggigil, dan kali ini dia tak menolak sweter Ares dengan langsung memakainya. Seribu dolar. Siapa yang rela dan mampu menghabiskan sebanyak itu untuk sepotong baju? Siapa Ares ini sampai harus dibuntuti?

"Fine. Dua orang yang ngikutin gue, tadi mereka ada di kafe." Ares menjelaskan." Makanya kita kabur. Bukan sekali ini gue dicari mereka. Mereka"

"Mereka siapa?" desak Cheska.

Ares mengetukkan sepatunya, menatap tanah sebelum mendongak. "Orang suruhan bokap. Merekamereka orang TV, tapi kerja sambilan diam-diam."

Menanti MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang