"Mohon maaf Tuan dan Nyonya, Tuan Ryan kami diognosa mengalami kemandulan akibat kecelakaan yang terjadi malam tadi, terdapat cedera parah dibagian alat reproduksinya menyebabkan Tuan Ryan tidak dapat menghasilkan sper*a lagi."
Penjelasan dari Dokter membuat tubuh Lastri meluruh jatuh kebawah, Andlesron yang berada di sampingnya segera memeluk erat tubuh adiknya.
"Tapi keponakan saya tidak apa-apakan?" Tanyanya datar.
"Puji syukur dari Tuhan karena Tuan Ryan sudah sadar beberapa menit yang lalu, saya sarankan untuk tidak membuatnya stres. Karena sepertinya mental Tuan Ryan sedikit terganggu."
Mendengar jika Putranya sudah sadar, Lastri segera berdiri dan merobos masuk kedalam ruang rawat milik Ryan.
"Nak." Panggilnya dengan mata-mata berkaca-kaca.
"Desi." Ryan menatapnya kosong, laki-laki itu sepertinya mengira Lastri adalah Desi.
"Ini Mama nak," Lastri dengan perlahan menghampiri brankar.
"Mama Desi sudah pulang kan?" Ryan bertanya yang lain.
"D-ia berada di negara Swiss, pasti dia belum tau kalau aku kecelakaan. Mama harus memberi dia kabar, aku yakin pasti dia lagi khawatir."Hati Lastri mencelos mendengarnya, mengapa ini semua bisa terjadi. Apakah mereka terkena karma?
"Nak lebih baik kamu istirahat," Lastri mengusap air matanya lalu menaikkan selimut untuk putranya.
"Tidak, aku ingin bertemu dengan Desi. Kenapa dia tidak datang untuk menjengukku? Aku suaminya, dia pasti khawatir." Ryan mencoba turun dari brankar.
Lastri menatap nanar kondisi putra semata wayangnya, dengan tubuh yang penuh luka dan keadaan lemah, Ryan berusaha menepis tangannya yang mencoba mencegah dirinya untuk keluar dari ruangan.
"Nak kamu masih sakit, nanti Mama telpon dan nyuruh dia pulang."
"Tidak! Aku sendiri yang akan menjemputnya." Kedua kaki Ryan menyentuh lantai akan tetapi terjatuh akibat tidak sanggup menopang berat tubuhnya sendiri.
Ryan menangis melihat betapa lemah tubuhnya, bahkan untuk berdiri saja ia tidak bisa.
"Ma... Desi, d-ia bersama dengan lelaki lain. Bawa dia kembali kepadaku." Ryan seakan mengadu kepada Lastri.
Lastri menatap memohon Kakaknya, melihat itu Andlesron seketika marah.
_$_$_$_$
"Mas kamu nggak marah?" Tanya Desi menatap sendu Alam yang menatap kosong kedepan.
Masih ditempat yang sama, kini keduanya menatap pemandangan didepan dengan Desi duduk dipangkuan Alam.
"Marah? Untuk apa?" Alam yang memang menumpukan kepalanya dibahu Istrinya melirik heran."Soal Desi."
Seakan mengerti, Alam tersenyum dan menarik tubuh Desi agar menghadap kearahnya. Kini keduanya saling menatap, yang satunya tatapan gelisah yang satunya lagi tersenyum.
"Kenapa? Kamu takut?"
Desi hanya diam tidak menjawab.
"Kamu takut kalau Mas nggak nerima kamu?" Alam beralih mengusap pipi Istrinya sembari lanjut bertanya tentang kegelisahan wanita didepannya.
"Kamu salah, kalaupun kamu bukan Desi asli Mas tetap akan cinta sama kamu. Karena itu kamu."
Desi menatap heran laki-laki didepannya, maksudnya apa coba. Tolong dijelaskan secara perlahan.
"Jangan dipikirkan, takutnya otakmu korsleting." Alam mengusap-usap dahi Istrinya yang berkerut.
"Apasih. Oh! Atau jangan-jangan Mas begitu karena ini tubuh Desi? Nggak peduli jiwanya siapa Mas bakal tetap terima."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan : Revenge Behind The Scenes[TAMAT]
RomanceCHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖