Lastri menatap nanar kearah Ryan yang kembali mengamuk sembari melempar barang-barang yang dilihatnya.
"Desi! Kamu membawa anakku! KEMBALI KAMU!"Menyesal Lastri memberi tau bahwa anaknya bersama Desi ternyata masihlah hidup. Melihat kondisi putranya yang sekarang, dalam hati ia berucap beribu-ribu kali menyesal.
"Biarkan kami membawa Tuan Ryan, Tuan butuh perawatan dan supervisi agar cepat sembuh." Ucap seorang Dokter wanita bersama dengan kedua rekannya.
"Kalian tuli? PUTRAKU TIDAK GILA!" Sepertinya tidak akan lama lagi Lastri ikutan gila, disaat seperti ini Aldelson malah mengirim Dokter agar Ryan segera ditangani.
Ketiganya saling menatap satu sama lain, bagaimana lagi mereka menjelaskan!
Kelakuan yang Ryan lakukan sekarang merupakan tanda-tanda orang yang mengalami stress.
"Hahaha, Desi ternyata kita sudah memiliki anak?" Ryan tiba-tiba tertawa dan berbicara dengan sebuah figura yang terdapat foto Desi didalamnya.
"Tapi... Kenapa kamu bawa dia? Harusnya kita besarin anak kita sama-sama." Raut wajah Ryan menjadi sedih disertai tangisan.
Tangan yang sudah dipanjangi kuku-kuku tajam itu mengaruk pergelangan tangan yang sudah dipenuhi beberapa bekas. Seperti bekas cakaran, silet dan bekas pisau yang terbentang panjang.
"DESI! BAWA ANAKKU! DASAR WANITA TIDAK TAU DIRI! KAMU BERSELINGKUH DIDEPANKU! AKU MENCINTAIMU KENAPA MEMBAWA ANAKKU!." Ryan kembali berteriak disertai jambakan di rambutnya.
Laki-laki itu seperti melampiaskan kekesalannya lewat jampakannya sendiri.
Berulang kali, Ryan selalu melakukan hal seperti itu. Ia memuja Desi lalu mengatakan dengan bahagia bahwa mereka memiliki anak, lalu tak lama kemudian laki-laki itu mulai menyalahkan Desi karena membawa anak mereka disertai tangisan. Akhirnya Ryan akan berteriak dan menghancurkan segalanya sembari mengumpati Desi dengan penuh benci. Karena terakhir yang laki-laki itu ingat adalah Desi memilih laki-laki lain dari pada dirinya.
Dokter itu menghembuskan nafasnya, sebenarnya siapa yang gila disini? Lastri bersikeras mengatakan bahwa Putranya tidak gila.
Lalu siapa yang gila? Apakah Lastri sendiri?
Selvi yang melihatnya dari jauh tersenyum getir, memberikan Safa untuk dirawat mereka sepertinya tidak mungkin.
Lalu tanpa mengatakan apa-apa, Selvi pergi bersama putrinya dari sana.
$$$$$
Suasana pemakaman hari ini diliputi oleh tangisan yang begitu menyedihkan.
Ada Savanya yang menangis meraung-raung sembari memeluk kuburan basah didepannya. Disamping wanita itu ada Jody yang berekspresi kosong, seperti tidak ada kehidupan dimata laki-laki itu.
Satu persatu orang-orang melayat disana mulai berhamburan pergi karena hujan mulai turun menguyur tubuh mereka, tersisa Desi, Alam, Savanya dan Jody.
Disisi lain Desi masih berdiri sembari menatap batu nisan didepannya. Ada nama Doddy beserta Herry yang tertulis dibatu itu. Tidak ada air mata ataupun sejenisnya diwajah Desi, hanya saja sedari tadi jantungnya bertalu-talu seakan-akan sebentar lagi perpindah dari tempatnya.
"Kamu oke?" Ucap pelan Alam disampingnya, laki-laki itu menatapnya khawatir dengan pegangan payung ditangannya.
Desi menoleh dan memberikan senyum tipis.
"Aku Oke."Kecelakaan yang terjadi pada malam itu ternyata menewaskan Doddy serta Herry. Kesaksian yang Jody ungkapan ternyata adalah, mereka rencananya akan mengunjungi rumah adik mereka. Tapi dipertengahan jalan tiba-tiba rem mobil mereka blom dan mengakibatkan mobil itu terjun kearah jurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan : Revenge Behind The Scenes[TAMAT]
Roman d'amourCHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖