💗
Suara roda terdengar di lorong rumah sakit, beberapa suster mendorong sebuah brankar yang di atasnya seorang wanita pingsan.
Lebih tepatnya pura-pura pingsan.
Ryan berlari diikuti Aska yang khawatir dengan kondisi Tuannya.
"Tolong Tuan tunggu di luar." Ucap salah satu Suster saat Desi sudah di bawah masuk kedalam ruang UGD.
Mata Ryan selalu mengikuti brankar itu sampai menghilang dari pandangannya. Ia menarik nafas panjang dengan jantung yang berdegup kencang.
"Tuan lebih baik Anda merawat luka yang ada di dahi Anda." Aska menatap khawatir Bosnya, di tambah wajah Ryan pucat karena mungkin kekurangan darah.
Ryan mengangguk lemah. "Tapi..." Melirik pintu belakang. Ruangan Desi.
"Saya yang akan menunggunya, mari saya antar Anda."
"Tidak usah, kamu tunggu di sini saja katakan kepadaku kondisinya jika Dokter keluar."
Aska menunduk. "Baik Tuan."
Sebelum melangkah pergi sekali lagi Ryan menatap pintu di belakangnya dengan pandangan khawatir.
....
'Gimana ini bangunnya?' tanya Desi dalam hati.
Karena Desi hanya pura-pura pingsan, tentu saja dia sudah capek terus menerus tutup mata.
"Akhhhh." Desi berteriak kaget dengan mata terbelalak, bahkan wanita itu sampai berdiri di atas brankar.
Tiga suster dan satu Dokter menatap bengong kearahnya.
"Yaampun Pak Dokter...tolong benda tajam itu dijauhin yah." Mata Desi menatap horor jarung impus yang ada di tangan Dokter.
Hampir saja dia di tusuk.Mereka semua melirik satu sama lain dengan pandangan terheran-heran.
"Ha-ha-ha sebenarnya saya sudah sadar...suprise.." Ucap Desi saat mengerti pandangan mereka. Ia meringis mengucapkan kata suprise.Dokter paruh baya itu menhela nafas panjang karena ikut panik tadi, bukan panik dengan kondisi Desi tapi... Panik karena kedatangan pemilik Rumah sakit! Ryan Pradipta.
"Baiklah saya akan keluar memberi tau tentang kondisi Anda, Tuan Ryan dan Tuan Aska mungkin sedang khawatir." Dokter bertag Dr. Riswan itu menatap Desi yang sedang memperhatikan sekeliling.
Beralih menatap Suster di seberang brankar.
"Suster Amel tolong obati luka-luka yang ada di tubuh Nona ini.""Baik Pak."
Dokter itu segera keluar dari ruangan untuk menemui kedua orang penting tadi, Riswan juga sedikit khawatir dengan kondisi Ryan yang lebih parah kelihatannya. Tapi apa boleh buat, bahkan Ryan menbentaknya karena ingin memeriksa terlebih dahulu kondisinya.
Ceklek.
Pintu di buka tapi hanya ada Aska yang terlihat.
"Bagaimana kondisi wanita tadi?" Aska bertanya.
"Wanita itu sudah sadar dan dia baik-baik saja, hanya saja luka-lukanya mungkin akan infeksi selama tiga hari kedepan. Tolong jangan biarkan wanita itu mandi dulu sampai luka-lukanya kering."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan : Revenge Behind The Scenes[TAMAT]
Roman d'amourCHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖