"Mas, Mas jangan usir aku Mas..." Tangisan histeris nan pedih terdengar didalam Mansion.
Terlihat seorang wanita berlutut memegangi kaki seorang laki-laki yang sejak tadi menatapnya tajam.
Dibelakang laki-laki itu terdapat wanita dengan wajah pucat dan wanita paruh baya yang ikut memeluknya.
"Kamu sudah keterlaluan Desi, anak aku dan Selvi meninggal. Dan kamu yang menyebabkannya meningga! Kamu membunuh anak aku!"Dengan tidak berperasaan, Ryan dengan sekuat tenaga menendang perut Desi sehingga terbentur diatas lantai, tidak sampai disitu, Ryan berjalan kearah Desi dan menjambak rambut wanita itu kasar.
Melihat itu, Selvi dan Lastri tersenyum bahagia tanpa Ryan ketahui.
"Dengar, hari ini aku talak kamu untuk yang ketiga kali." Setelah mengucapkan itu, Ryan menghempaskan kepala Desi.
"MAS! JANGAN MAS!" Desi kembali merangkak dan kembali memeluk kaki suaminya.
"KAMU HARUS PERCAYA SAMA AKU! BUKAN AKU YANG DORONG SELVI, KAMU HARUS PERCAYA MAS..." Dengan putus asa Desi kembali berucap.
"Aku berani sumpah, bukan aku yang dorong dia, Mas aku cinta sama kamu.... Tolong jangan ceraikan aku Mas.." Air mata Desi tidak mau berhenti mengalir, apalagi saat mendengar Ryan kembali mentalaknya.
Ryan berdecih sinis mendengar pembelaan Istrinya, ah tidak, calon mantan Istrinya. Karena setelah ini Ryan benar-benar akan menceraikan Desi dan hidup bahagia dengan wanita yang ia cintai yaitu Selvi.
Laki-laki itu kembali menendang tubuh Desi saat merasakan wanita itu mencium kakinya, Ryan memanggil satpam dan menyuruhnya menyeret Desi keluar dari Mansion.
.
.
.
Desi menatap kakinya yang baru saja Ryan cium tadi, ah... Bukankah ia merasa sedikit dejavu? Tapi kenapa ini terlihat menyenangkan?
Harusnya ia juga menendang wajah laki-laki brensek itu mengunakan kakinya tadi! It's okay tidak ap-apa, karena ia akan membalasnya nanti.
Teringat kembali obrolannya dengan Desi asli untuk terakhir kali.
"Rahmi maafin aku, aku benar-benar nyesel ngasih dia kesempatan. Omongan kamu benar, sekali dia brensek seterusnya dia bakal tetap brensek. Harusnya aku dengar omongan kamu, bukan malah jadi bodoh seperti ini." Dengan Berlinang air mata Desi berucap sembari mengusap air matanya kasar.
Rahmi hanya bisa menatap kasian serta iba, kenapa cinta membuat orang sakit? Padahal kata orang cinta itu indah, kan Rahmi jadi takut sendiri merasakan cinta.
"Aku nggak bakal lanjut curhat tentang bajingan itu, karena aku tau kamu bakalan muak." Desi memaksakan senyumannya.
"Oh iya, omongan aku waktu itu nggak bohong." Lanjutnya.
"Omongan yang mana?" Tanya Rahmi cukup penasaran.
"Omongan kalau aku datang buat minta maaf sama Alam, aku benar-benar jahat sama dia, dan aku mau minta maaf dengan tulus dari hati." Ujarnya sembari memikirkan perilakunya terhadap suaminya itu.
"Sayangnya aku nggak bisa. Rahmi tolong sampaikan maaf aku sama Alam ya? Kamu nggak bakal tau gimana jahatnya, gimana buruknya aku terhadap dia, dan aku yakin maaf aja nggak bisa menghapus rasa bersalah aku sama laki-laki itu. Aku ngebuat nama dia jadi jelek dimata kamu demi laki-laki yang bahkan nggak peduli sama perasaan aku, sekarang setelah semuanya aku benar-benar nyesal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan : Revenge Behind The Scenes[TAMAT]
RomanceCHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖