Musik dj terdengar dipenjuru ruangan yang terlihat remang-remang, beberapa manusia berjoget-joget tanpa beban disertai tawa.
Disisi lain seorang laki-laki duduk disebuah kursi sofa sembari meneguk kasar botol yang berisi wine ditangannya.
Raut wajah laki-laki itu terlihat putus asa disertai amarah, membuat para wanita yang ingin mengodanya mengurungkan niat untuk mendekatinya.
"Udahlah Riz minumnya, entar lo overdosis mati lo!" Seorang laki-laki Seperentaranya mendekatinya, itu adalah Tono salah satu sahabat Ariz yang merupakan bartender diclub ini.
Ariz tidak mendengar ia hanya bergumang menyebut nama seseorang.
"Udah mabuk nih anak." Gumang Tono, matanya menatap meja yang dipenuhi beberapa botol dan gelas Wine yang sudah kosong.
"Yuk pulang, gue anterin." Tono berdiri dan memapah tubuh Ariz yang terkulai lemas.
Dengan susah payah Tono membawa tubuh Ariz keluar dari Club.
"Berat banget lo njing, hah." Ia menghela nafas karena cape. Sedangkan Ariz berjalan walaupun sempoyongan."Eh gue nggak tau rumah Ariz dimana?" Frustasinya, bagaimana ia akan membawa pulang mahluk beban ini.
"Oh gue telpon Bagas aja, pasti tuh anak tau." Tono dengan susah payah menelpon Bagas dan untungnya langsung diangkat.
"Woi Bagas rumah siAri-"
Bruk!
"Aduh! Kampret lo Riz!" Tono meringis setelah Ariz dengan sekuat tenaga mendorongnya.
"ARIZ! MAU KEMANA LO!" Tono berdiri dan berteriak begitu melihat Ariz pergi meninggalkannya.
Ariz tidak menoleh sedikitpun, ia menghentikan sebuah taksi dan masuk kedalamnya.
"Ternyata tuh anak sebenarnya sadar." Terkanya sembari mengelengkan kepalanya.
Tono kembali mengangkat handphonenya yang masih tersambung dengan Bagas.
"Halo? Oh lo Asya? Bagas kemana?""Supermarket? Oh bukan, siAriz mabuk! Tapi dia udah balik."
"Lo tenang aja."
-------
Sedangkan disisi lain Asya ragu-ragu ingin kerumah kekasihnya, ia ingin memastikan kondisi Ariz apakah laki-laki itu baik-baik saja?
Kata Tono Ariz mabuk? Apa yang membuat Ariz mau menginjakkan kakinya ketempat dosa itu.
"Kak Bagas mana lagi." Ucapnya kesal, ia ingin minta izin dulu tapi sudah beberapa menit Kakaknya masih belum pulang-pulang.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 11 malam, Asya benar-benar khawatir. Jadi dengan tekad yang kuat Asya akan pergi tanpa meminta izin.
Asya berjalan tergesa-gesa menuju pintu rumah.
Ceklek.
Baru saja ia membuka pintu, orang yang dikhawatirkan sudah berdiri tepat didepannya.
"A-Ariz." Ujar Asya ragu, apakah benar laki-laki ini kekasihnya. Ariz terlihat kacau dengan air mata diwajahnya."Kamu kenapa?" Tanya Asya ragu.
Ariz tidak menjawab, ia mendekati Asya dan tiba-tiba memeluknya.
Asya tidak membalas pelukan itu, ia dengan sekuat tenaga menahan nafas karena laki-laki itu bau alkohol.
"Ariz kamu mabuk?"Kembali Ariz tidak menjawab, Asya menarik nafas dan membawa tubuh Ariz masuk kedalam rumah dan membawanya kekamar.
"Kamu duduk disini, aku mau buat teh." Setelah ia mendudukkan tubuh Ariz keatas ranjangnya Asya berniat keluar dari kamar miliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penyesalan : Revenge Behind The Scenes[TAMAT]
RomansaCHAPTER SUDAH LENGKAP. Pembalasan dibalik layar #1-revenge #1-adikipar #1-kiss Heppy Reading📖