20. Kesal

49.3K 3.2K 125
                                    

"Mau kemana sih? dari tadi keliling mulu," gerutu Laura.

"Mau ajak kamu makan," balas Prince santai.

Laura memutarkan kedua bola mata nya malas. Sudah hampir 1 jam mereka hanya berdiam diri di dalam mobil yang dikendarai Prince, dimana mobil itu hanya berputar di sekitar komplek dan alun-alun. Bokong Laura sudah terasa panas, karena terlalu lama duduk.

"Cepet deh, aku udah laper. Tadi mau masak mie di gabolehin, sekarang malah muter-muter di jalan gak jelas!" Kesal Laura.

"Ya, mie kan gak baik buat kesehatan," ujar Prince dengan nada tak santai.

Fokus Prince beralih pada Laura sekejap, Ia menatap Laura tajam, mie itu tidak baik untuk kesehatan, apalagi Laura memakan nya hampir setiap hari, jadi mulai hari ini, Prince akan mengatur nya.

"Yaudah, makanya cepetan, aku mau makan," lesu Laura.

"Tunggu dulu, aku lagi cari tempat makan," gerutu Prince.

Helaan nafas keluar dari bibir Laura, Ia menatap ke arah jendela mobil yang memperlihatkan berbagai gerobak makanan.

Prince dari tadi sibuk memilih makanan untuk makan malam mereka, padahal sepanjang jalan banyak tempat makan yang berjejeran, mulai dari restoran, cafe, bahkan gerobak makanan ada di mana-mana, Prince nya saja yang pemilih.

"Kamu mau nya apa?" tanya Laura sabar.

"Apa ya?" bingung Prince.

Kening Prince mengerut bingung, dari tadi Ia kesulitan memilih makanan apa yang akan dibeli.

"Siomay?"

"Bosen."

"Bakso?"

"Udah tadi siang, masa mau makan bakso lagi."

"Nasi goreng?"

"Gak mau nasi."

"Bubur?"

"Gak suka, lembek."

"Batagor?"

"Batagor kan hampir sama kayak siomay, jadi gak mau, bosen."

Anak lucknut, batin Laura.

Kedua manik Laura menatap Prince yang tengah menyetir dengan tatapan datar, Ia menyenderkan punggung nya pada sandaran mobil, meremas sabuk pengaman yang melingkar di perut nya, membayangkan itu adalah wajah tampan Prince.

"Yaudah mau apa dong?" sewot Laura.

"Terserah," balas Prince.

"Pulang!" bentak Laura.

"Hah? pulang?" beo Prince.

Kepala Prince menoleh sebentar ke arah samping, dimana Laura duduk, Ia menatap bingung gadis itu.

"Pulang aja lah, dari tadi cuma muter-muter di alun-alun, pusing nih pala aku," dumel Laura dengan nada tak santai.

"Kamu pusing sayang?" panik Prince.

Cittt.... Mobil tiba-tiba berhenti di tengah jalan, tanpa pikir panjang Prince langsung menginjak rem, lalu melepas sabuk pengaman yang melingkar di perut nya, menyerongkan tubuh nya menghadap Laura.

"Ngapain berhenti di tengah jalan?" amuk Laura.

"Katanya kamu sakit, aku khawatir."

"Ya Tuhannnn," jerit Laura tertahan.

Ingin sekali Laura mencakar-cakar wajah imut Prince, lihatlah sekarang Prince malah menatap nya dengan wajah so imut.

"Jalan lagi, gak denger orang lain nyalain klakson?" titah Laura.

"Tapi, kamu-"

"Sekarang."

"Katanya sakit, ak-"

"Jalan atau aku turun?"

"Iya-iya."

Mendapat pelototan dari Laura, Prince segera menjalankan kembali mobil nya, Ia bahkan membalas orang-orang yang membunyikan klakson dengan membunyikan klakson juga sebagai tanda protes, membuat mereka bertambah kesal, dan terdengarlah suara bising di jalan.

Berbeda dengan Laura, yang saat ini sedang memijit pangkal hidung nya pusing. Prince sangat kekanak-kanakan, menurutnya.

"Jadi mau makan apa?" celetuk Prince.

"Terserah Prince, terserah," pasrah Laura.

Laura mengibaskan tangan nya, seolah pasrah dengan kelakuan Prince malam ini yang berubah menyebalkan, biarkan saja Prince memutuskan akan makan apa, Laura sudah tidak peduli lagi.

"Nasi goreng mau?" tawar Prince.

Perlahan, Laura menoleh, Ia menatap Prince datar. "Kalau ujung nya nasi goreng, kenapa dari tadi muter-muter di alun-alun?"

"Hehehe, siapa tau nemuin pizza Italia sama ice cream Turki," cengenges Prince.

Pintar sekali pacar nya itu, sampai-sampai berpikir di alun-alun ada Pizza Italia dan Ice cream Turki, pikir Laura.

Tidak ingin semakin berlama-lama di mobil, Laura segera mengangguk, mengiyakan saja, walaupun merasa kesal, jika akan makan nasi goreng, kenapa tidak di rumah nya saja, Laura bisa membuat nasi goreng sendiri, pikir Laura.

"Udah cepetan, kamu mau aku sakit perut?" gerutu Laura.

"Iya sayang, sabar."

Sabar, sabar, gue udah laper dari 2 jam yang lalu, batin Laura.

Setelah menunggu 10 menit, akhirnya mereka sampai di salah satu kedai yang menjual nasi goreng di alun-alun kota. Prince memarkirkan mobil nya di tempat parkir, malam ini, Ia membawa mobil, karena tidak ingin Laura masuk angin.

"Ayo."

Mereka berdua berjalan ke arah kedai yang lumayan ramai, tapi masih ada beberapa meja yang kosong.

"Tunggu di sini, aku pesenin," titah Prince.

"Oh iya, awas, jangan genit-genit sama cowok lain," ancam Prince.

Kepala Laura mengangguk malas, ya kali dia akan genit kepada pelanggan dan pemilik kedai ini.

"Tunggu ya sayang, si emang nya lagi buatin nasi goreng nya," ujar Prince.

Selesai memesan, Prince langsung duduk di sebelah Laura, Ia mengelus lembut puncak kepala gadis itu, karena sedari tadi, para cowok yang ada di kedai tersebut ketauan mencuri-curi pandang kepada Laura.

"Kenapa sih, dari tadi bete mulu?"

"Sayang."

"Lau."

"Laura!"

Karena tidak ada balasan, akhirnya Prince meninggikan suara nya, Ia bahkan meraih dagu Laura menggunakan telunjuk dan ibu jari nya, membawa wajah Laura yang menunduk untuk menatapnya.

Alis Prince tertaut, Ia merasa heran dengan Laura yang terus saja murung dari tadi sore.

"Kenapa, hmm? ada yang ganggu pikiran kamu?" tanya Prince melembut.

"Enggak kok," elak Laura.

Laura langsung tersenyum saat kesadarannya kembali, Ia hanya terus kepikiran dengan kejadian tadi siang, saat bertemu Rigel.

"Yakin?" tanya Prince curiga.

"Iyaaa, Pwinciiiii."

Senyum di wajah Prince mengembang, Ia menepuk-nepuk puncak kepala Laura pelan.

"Oh iya, kamu kenal sama Kak Rigel?" tanya Laura.

"Rigel?"

Laura meringis pelan melihat perubahan ekspresi di wajah Prince, senyum di wajah cowok itu sontak memudar, saat Laura membahas cowok lain. Awal nya Laura ragu untuk menanyakan nya, tapi ia harus.

"Iya, yang waktu itu bantu kita waktu di keroyok."

"Kenal, emang kenapa?" tanya Prince tak minat.

"Dia temen kamu ya?"

"Hmm. Kenapa tiba-tiba nanya soal dia?"

"Enggak kok, cuma nanya aja. Dia kakak kelas aku di sekolah lama," balas Laura.

Laura tidak berbohong, Rigel memang kakak kelas nya di sekolah nya yang dulu, tapi, Laura tidak memberitahu Prince jika Rigel menyukai dirinya, bisa-bisa mereka berantem lagi, pikir nya.

"Kalian deket?" tanya Prince datar.

Kepala Laura segera menggeleng, tapi Prince tetap dengan wajah curiga nya.

"Terus kenapa nanya?"

"Aku cuma familiar aja."

Sudah Laura duga, Prince akan kesal bahkan marah, jika dirinya membahas cowok lain, Prince itu cemburuan.

"Udah ihh, jangan marah. Aku kan cuma nanya."

"Hmmm."

"Permisi, ini pesenan nya."

Pemilik kedai datang memecah keheningan antar Prince dan Laura. Ia meletakkan pesanan mereka ke atas meja, tak lupa dengan es teh hangat yang melengkapi nya.

"Makasih Mang," ujar Laura ramah.

"Ngapain senyum kayak gitu, mau genit?" celetuk Prince.

Kening Prince mengerut melihat Laura yang tersenyum menangis pada pemilik kedai, Ia tidak suka, berbagi segala hal yang berangkutan dengan Laura.

"Jangan marah, cepet makan," titah Laura.


***


"Makasih udah ajak makan keluar."

"Sama-sama sayang."

Prince merengkuh Laura ke dalam pelukan nya, Ia mengecupi puncak kepala Laura dengan sayang, Prince sangat mencintai Laura.

Saat ini, mereka sudah sampai di depan rumah Laura, mereka berdiri di samping mobil yang terparkir di depan gerbang.

Pelukan mereka terlepas. Prince menangkup kedua pipi Laura lembut, lalu mengecup pipi gembul gadis nya, yang selalu berhasil membuat Prince gemas.

"Kalau ada masalah cerita sama aku ya," ucap Prince.

Prince menatap Laura dalam, Ia sadar, jika dari tadi siang Laura sedang kepikiran dengan sesuatu, dan sepertinya benar, karena sekarang Laura membulatkan matanya terkejut.

"Gapapa kalau gak mau cerita sekarang," kekeh Prince.

"Kamu marah gak?" tanya Laura tiba-tiba.

"Enggak, ngapain juga aku marah."

Tanpa berkata lagi, Laura kembali memeluk Prince. Entah lah, Laura seakan memiliki seseorang untuk Ia sandari, setelah kedua orang tua nya yang selalu meninggalkan dirinya sendirian.

"I love you," bisik Laura teramat pelan.

Tubuh Prince membatu sekejap, tangan nya yang sedang mengelus punggung Laura pun terhenti, saking terkejut dengan ucapan Laura, yang sangat jelas di telinga nya, jantung nya pun mendadak berdebar kencang.

"Bye, aku masuk, hati-hati di jalan!"

Kesadaran Prince kembali, Ia menatap Laura yang sudah berlari masuk ke dalam pekarangan rumah, dan akan mencapai pintu.

Ternyata Laura langsung kabur setelah mengatakan kalimat sakral tersebut, karena tidak ingin Prince melihat wajah nya yang memerah malu.

Senyum di wajah Prince terpancar, Ia meletakan tangan nya di dada, merasakan jantung nya yang berdegup kencang.

"I LOVE YOU MORE!"

***
.
.
.

Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang