PRANG....
Piala berbentuk segi empat itu membentur tepat di kepala Rigel, benturan nya terbilang keras, sampai piala di bagian pegangan nya putus dan jatuh ke lantai, membuat piala kaca itu pecah.
"ANJING!"
Cekalan tangan Rigel di tangan Laura yang satu nya terlepas, Ia langsung memegangi kepala nya yang terasa nyeri, bahkan sudah berkedut kencang, menambah rasa pusing di kepala nya.
Dengan gerakan cepat, Laura berdiri, Ia bangkit dari ranjang, berniat keluar dari kamar, tapi sepertinya dewi fortuna tidak berpihak kepada nya, terbukti dengan Rigel yang mencekal tangan kanan Laura, membuat langkah gadis itu terhenti.
"MAU KEMANA LO CEWEK MURAHAN!"
"LEPASIN GUE!"
"GAK AKAN PERNAH!"
"BRENGSEK!"
Sekuat tenaga, Laura berusaha melepaskan cekalan Rigel, mulai dari menarik tangan nya, memukul Rigel, bahkan menendang cowok tersebut, tapi lama-kelamaan tenaga Laura terkuras, membuat Laura lemas dan tak berdaya.
BRUK....
Laura dibanting ke atas ranjang, ia tengkurap dan sesekali meringis merasa sakit di kening nya, karena membentur ranjang, meskipun ranjang lumayan empuk, tapi tetap saja akan sakit, jika terbentur dengan keras.
"Lo udah pukul kepala gue, dan sekarang lo mau kabur?" desis Rigel.
Tubuh Laura membalik, Ia terlentang dengan kedua siku yang menahan tubuh nya, lalu menatap Rigel penuh kebencian. Sedangkan Rigel, Ia menatap marah kepada Laura, bahkan Ia seperti sudah siap menerkam Laura hidup-hidup.
"Lo harus bayar semua yang udah lo lakuin ke gue!"
"Pertama, lo buat gue suka sama lo. Kedua, setelah gue jatuh cinta, lo malah campakkan gue gitu aja, dan ketiga, lo udah pukul kepala gue sampe berdarah!"
Tangan Rigel yang memegangi kepala nya turun, Ia menatap telapak tangan nya yang penuh dengan darah segar, seperti nya kepala nya robek, mungkin karena ujung piala yang lumayan runcing.
"Gue gak berusaha buat lo suka sama gue ya, lo aja yang kepedean!" bantah Laura keras.
"Kayak nya lo bener, lo diem aja semua mata cowok tertuju sama lo," kekeh Rigel.
"Berapa kali harus gue bilang, kalau gue sama sekali gak suka sama lo? lo itu tuli atau bego?" frustasi Laura.
"Lo gak perlu peduli, mau gue tuli, bego, ataupun gila, yang penting kita bersatu, karena cinta gue cukup buat kita berdua."
"Babi lo!"
"Terserah lo mau bilang gue babi, anjing, bahkan ular. Gue gak peduli."
Kening Laura mengerut, Ia tidak melihat gelagat Rigel yang menahan sakit, padahal kepala nya jelas-jelas sedang berdarah. Mungkin itu efek dari alkohol yang diminum nya, jadi Rigel mabuk dan tak merasakan sakit.
"Please, biarin gue keluar," frustasi Laura.
"Tentu aja sayang, setelah kita making love."
"Gila! Jangan deketin gue!"
Perlahan tapi pasti, Rigel mendekat ke arah Laura yang tengah berbaring di atas ranjang, wajah nya sangat menyeramkan walau cowok itu tengah tersenyum.
"Jangan berani sentuh gue!"
Tanpa menghiraukan penolakan Laura, Rigel malah terus mendekati gadis itu, Ia menampilkan smirk nya, membuat mental Laura semakin kalut.
"Akhhh!"
Rigel mencengkram tangan Laura kuat, karena gadis itu terus saja memberontak dengan memukul dada nya yang semakin mendekat, rahang Rigel mengeras, Ia mulai kesal dengan segala penolakan Laura. Padahal Ia sudah berusaha sabar dan lembut dari tadi.
Selama ini, Rigel selalu mendapatkan apa yang Ia inginkan, seperti hal nya wanita, semua wanita yang Rigel sukai, pasti menghampirinya atau tanpa Rigel goda pun mereka sudah dengan mandiri mendekati Rigel. Berbeda dangan Laura yang menolak nya habis-habisan, membuat harga diri dan ego Rigel tercoreng.
PLAK....
"Diem bangsat!"
Rigel menampar wajah Laura, karena Ia kesulitan untuk meraup bibir merah merekah milik gadis itu.
Air mata kembali keluar dari mata indah Laura, Ia berusaha menahan semua rasa sakit yang ada di pipi, terutama di dalam hati nya.
Di saat seperti ini, Laura hanya berharap jika Sang Papa akan datang menolong nya, dan menghukum siapa saja yang berusaha menyakiti dan menodai diri nya.
Tapi, semua itu hanya harapan, dan sekarang, Laura harus menghadapi kenyataan. Karena Papa nya tidak ada di sini.
Prince, tolong aku, batin Laura.
"Nah, gini dong diem, gue jadi enak kan, gak usah buang-buang tenaga."
Tawa ringan keluar dari bibir Rigel, Ia menatap puas ke arah Laura yang terkulai lemas di bawah nya. Perlahan, wajah nya semakin maju mendekati wajah sembab Laura.
BRAKKKK.....
Tiba-tiba, suara dobrakan pintu mengganggu kesenangan Rigel, sontak Ia menoleh ke belakang, tepat ke arah pintu berada, kedua mata nya tanpa sadar membulat melihat siapa yang berdiri di ambang pintu.
"Prince?" gumam Laura penuh haru.
Laura mengangkat kepala, air mata haru langsung keluar deras. Tangis nya pun pecah, membuat suara tangis Laura memenuhi kamar tersebut.
"BRENGSEK!"
Tanpa buang waktu, Prince langsung meraih kerah baju bagian belakang yang dipakai Rigel, membuat Rigel menjauh dari Laura. Prince segera menyeret nya ke depan lemari besar yang ada di kamar tersebut, menjauhi Laura yang tengah menangis di atas ranjang.
BUGH....BUGH....BUGH....
Pukulan telak mendarat sempurna di wajah pas-pas an Rigel, membuat Rigel terkulai lemas di lantai dengan wajah yang babak belur, ditemani darah segar yang merembes keluar dari kulit nya, tak lupa perut dan kaki nya pun mendapat hukuman dari Prince, berupa pukulan dan tendangan yang mampu membuat Rigel terbatuk hebat.
BUGH....
Sekali lagi, kaki kanan Prince menghantam perut Rigel keras, membuat Rigel terbatuk darah, cowok itu memegangi perut nya yang terasa sangat sakit.
BUGH.....
Lagi-lagi, dengan rahang mengeras dan mata merah, Prince membogem hidung Rigel, dan mungkin hidung nya akan patah atau bengkok, karena jika marah tenaga Prince tidak main-main.
Rigel tidak sempat untuk melawan, karena Prince meninju nya di bagian rawan, membuat Rigel sangat kesakitan dan tak mampu melakukan perlawanan sama sekali. Tubuh nya pun lemas dan tak bertenaga.
"Cih, gue udah anggep lo kayak sodara gue sendiri, tapi kelakuan lo bikin gue jijik sama lo," desis Prince.
Prince menatap Rigel dengan tatapan yang teramat tajam, rahang nya mengeras, sampai gigi-gigi nya bergemelatuk saking marah nya, tak lupa wajah nya memerah sampai telinga, kedua tangan mengepal dan dihiasi darah segar yang berasal dari Rigel.
Rigel tak menjawab, Ia hanya bergumam, persis seperti orang mabuk yang telah di keroyok.
Kanan tangan Prince terangkat, berniat melayangkan pukulan lagi ke arah wajah babak belur Rigel, tapi niat nya terhenti saat suara Laura menyahut.
"Prince, u-udah," cicit Laura.
Di atas ranjang, Laura meringkuk takut, Ia memeluk kedua lutut nya, menenggelamkan wajah nya di sana dan sesekali mencuri-curi pandang ke arah Prince, Ia sangat takut melihat Prince yang memukuli Rigel membabi buta.
Kesadaran Prince kembali, Ia menoleh ke samping, mata nya langsung meneduh, saat bertatapan dengan mata sembab dan lesu milik Laura.
Hati Prince sangat sakit, Ia merasa bersalah, karena tidak bisa menjaga Laura dengan baik.
"Sayang," panggil Prince dengan lembut.
Perlahan, Prince melangkahkan kedua kaki nya mendekati Laura, Ia tersenyum tipis, walaupun amarah nya belum reda. Tak lupa seraya berjalan, Prince mengelapkan punggung tangan nya yang ada darah ke baju bagian belakang nya, karena tak mau membuat Laura takut.
"Gapapa, kamu aman, aku ada di sini."
Setelah sampai di dekat Laura, Prince langsung duduk di sisi gadis nya, merengkuh tubuh rapuh gadis itu ke dalam pelukan hangat nya, berusaha memberi rasa nyaman dan aman.
"Maaf, aku baru dateng," bisik Prince dengan nada menyesal.
"Ssttt, jangan nangis ya, udah ada aku di sini."
Prince mengelus-elus puncak kepala Laura, berusaha menenangkan Laura yang tengah menangis, menumpahkan semua perasaan di hati nya.
"A-aku takut," cicit Laura seraya memeluk Prince erat.
"It's oke, sekarang kamu ikut aku ya."
Laura melepas pelukan mereka, Ia mendongak kan kepala menatap Prince yang memang sedang menatap Laura lembut.
"Ke apartemen aku."
Karena ketakutan masih bersarang di hati dan pikiran Laura, akhirnya Ia mengangguk saja, tanda setuju.
"Aku gendong ya," bisik Prince lembut.
Tanpa menunggu jawaban dari gadis nya, Prince langsung melingkarkan tangan nya di kaki dan leher Laura, menggendong Laura ala bridal style.
Laura pun melingkarkan kedua tangan nya ke leher Prince, tak lupa menyembunyikan wajah nya pada dada bidang Prince. Tak mau melihat Rigel yang sudah terkapar tak berdaya di lantai.
Setelah membuat Laura nyaman dalam gendongan nya, Prince langsung membawa gadis itu keluar dari kamar. Tapi, saat di pintu, Ia berhenti sebentar.
"Urus dia," titah Prince.
Gino dan Cleo yang baru datang menyusul hanya mengangguk patuh, mereka pun segera masuk ke dalam kamar, kemudian meringis, melihat keadaan ketua geng mereka yang K.O di tangan Prince.
"Kita pergi sayang," bisik Prince.
Prince kembali melangkahkan kedua kaki nya membawa Laura pergi, meninggalkan rumah yang tidak berpenghuni tersebut, karena rupanya, Bi Ijen tidak ada di rumah, entah kemana perginya Bi Ijen.***
.
..
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince [END]
Roman pour AdolescentsSeluruh Cerita Tersedia [CERITA SUDAH TAMAT] Prince Baskara, cowok yang terkenal dingin dan kasar terpesona oleh Laura Abraham, si anak baru. Dengan pergerakan cepat Prince mendekati Laura, mengklaim gadis itu sebagai milik nya. "Hello, Laura." "Lo...