43. Happy or Sad?

31.7K 2.1K 198
                                    

Suasana pagi hari di kediaman keluarga Baskara terasa berbeda dari biasanya, karena hari ini terdengar suara tawa para wanita yang saling bersahutan di ruang makan, siapa lagi, jika bukan suara dari Laura dan Sheva.

Mereka sudah seperti Ibu dan anak kandung saja, sangat akrab.

"Bunda, Laura simpen ayam nya ke meja dulu ya," ucap Laura.

"Iya, sayang."

Selepas tertawa karena lelucon Sheva, Laura membawa sepiring ayam goreng ke meja makan, lalu menaruhnya di sana dengan lauk pauk lainnya yang sudah tersedia, tak lupa Laura menata meja makan, dan menuangkan air di gelas yang sudah disediakan.

"Ini sayang sayur nya."

Sheva menyerahkan wadah berisi sup dengan aneka ragam sayur di dalam nya kepada Laura, agar gadis itu meletakkan nya di atas meja, Laura pun menerima nya, dan menaruhnya ke atas meja.

"Pada kemana sih mereka, lama banget," gumam Sheva.

Sheva celingukkan kesana-kemari, mencari keberadaan suami dan putra nya, padahal Sheva sudah memanggil mereka dua kali untuk segera datang ke ruang makan, tapi mereka belum juga menunjukkan batang hidung nya.

"Itu Ayah sama Prince, Bun," celetuk Laura.

Tatapan Sheva berubah haluan ke arah yang ditunjukkan oleh Laura, Ia segera berdecak pelan melihat Brama dan Prince yang datang bersama dari arah halaman belakang.

"Kenapa lama banget?" tanya Sheva.

"Itu tuh, Ayah nyuruh Prince ke belakang dulu," balas Prince.

"Dih, Ayah gak nyuruh ya," sanggah Brama.

Tak terima karena Prince menuduh nya, Brama mendorong bahu Prince lumayan keras, karena merasa kesal, dan hal itu berhasil membuat Prince terhuyung ke depan.

"Aduhhh, sshh...."

Prince meringis, meskipun luka nya sudah hampir sembuh, tapi tetap saja, jika ada yang menyenggol akan terasa menyakitkan.

"AYAH!" Tegur Sheva.

Kedua mata Sheva melotot menatap Brama yang sudah menyenggol Prince, dengan cepat Ia mendekati Brama, lalu menampar pipi pria itu lumayan kencang, membuat Brama terkaget.

"Bun, apa-apaan? kok tampar Ayah?" sewot Brama.

"Apa? berani sama aku? orang kamu salah! udah dorong-dorong anak aku, padahal anakku lagi sakit!" ketus Sheva dengan mata melotot.

Brama menggerlingkan matanya malas, "Prince anakku juga kali," gumam Brama.

"Ngomong apa kamu?"

Karena Brama bergumam, alhasil Sheva tak dapat mendengar nya dengan baik, jadi Ia semakin melotot menatap Brama.

Tak ingin ambil pusing, Brama hanya tersenyum tipis, lalu dengan cepat meraih pinggang Sheva, mengecup pelipis Sang istri mesra.

"Udah jangan marah-marah, mending makan, aku udah laper," ucap Brama.

Dengan cepat, Brama menarik Sheva ke arah meja makan, Ia tak ingin lebih lama mendengarkan omelan Sang istri yang akan membuat kepala nya serasa akan pecah.

Berbeda dengan Laura, gadis itu segera menghampiri Prince yang sedikit menundukkan punggung nya, Laura meletakkan tangannya pada punggung Prince yang baik-baik saja, lalu mengelusnya halus.

"Lau, sakitt..."

Dengan wajah sedih, Prince menatap Laura, Ia bahkan melengkungkan bibirnya ke bawah. Padahal, Prince tak merasakan apa-apa di punggung nya, ini hanya alibi nya saja untuk mendapat perhatian dari Laura.

Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang