50. Why?

29.7K 2K 210
                                    

"Dia dimana sih?" gumam Laura.

Sesekali Laura mengecek ponsel miliknya, siapa tau ada notif dari Prince yang sudah menghilang seharian bagai ditelan bumi. Pagi ini pun Prince tak menjemput Laura untuk pergi ke sekolah bersama, dan setiba nya di sekolah, Laura sama sekali tak melihat batang hidung cowok itu.

Sampai sekarang, bel berbunyi menandakan jam pulang sekolah, Laura masih belum melihat Prince, ditambah Prince mematikan ponsel nya, membuat Laura tak bisa menghubungi Prince.

Rasa khawatir dan kesal menjadi satu, Ia takut terjadi apa-apa kepada Prince, selain itu Laura pun kesal karena Prince sama sekali tak memberi kabar seharian, padahal mereka baik-baik saja kemarin.

"Ishh, sebel!" geram Laura.

"Udahlah, paling dia lagi main kali sama temen nya," sahut Caca yang sedari tadi menemani segala gerutuan Laura di parkiran sekolah.

"Kalau main, masa dia gak masuk sekolah? terus sama sekali gak kasih kabar? emang kasih kabar bakal makan waktu 5 jam? enggak kan!" emosi Laura.

Sekejap Caca memejamkan kedua matanya mendapat semprotan dari Laura, Ia lalu menganggukkan kepalanya tanda setuju, benar juga apa yang dikatakan oleh Laura barusan, pikir Caca.

"Sabar, lo tau kan orang sabar di sayang Tuhan?" polos Caca.

Tatapan Laura beralih pada Caca, Ia menatap Caca dengan tatapan tajam membuat Caca segera menyengir memperlihatkan deretan gigi nya yang rapih, serta mata membentuk bulan sabit.

"Sekarang bukan waktunya ceramah, Ca!"

"Hehehe, abisnya lo kayak resah banget dari tadi," cengenges Caca.

Laur tak membalas, Ia hanya mendelikkan matanya ke arah Caca, lalu kembali menatap layar ponsel nya.

"Ayo, kita harus ke rumah nya Prince," ajak Laura tiba-tiba.

Tanpa meminta persetujuan dari Caca, Laura menarik tangan sahabatnya itu menuju gerbang sekolah, dimana supir nya sudah menunggu di luar.

Kedua mata Caca sontak membulat, Ia berusaha melepaskan cekalan tangan Laura, tapi karena Laura sedang emosi, alhasil Caca sulit kabur, karena tenaga Laura tiba-tiba meningkat pesat.

"Ehh, kok gue juga sih? lo aja sendiri!" protes Caca seraya berjalan.

"Gak! lo temenin gue!"

"Gak mauuuuuuuu," rengek Caca.

Laura mengabaikan rengekan Caca dan malah terua menarik Caca menuju mobil sopir nya terparkir, akhirnya Caca pun hanya bisa pasrah mengikuti Laura.

***

"Laura? kok kesini gak bilang-bilang sayang?"

Melihat kedatangan Laura yang tiba-tiba, Sheva nampak terkejut, Ia yang awalnya sedang menata berbagai jenis bunga di ruang tengah menghentikan aktivitas nya, lalu berdiri menyambut Laura dan Caca.

"Bundaaaa."

"Ehh kenapa?"

Lagi-lagi Sheva dibuat kaget dengan Laura, karena datang-datang gadis itu langsung menampilkan wajah masam dan memeluknya, alhasil Sheva pun membalas pelukan Laura, mengusap punggung nya lembut.

"Kenapa?" tanya Sheva setelah pelukan mereka terlepas.

"Bunda, Prince ada di rumah?"

Bukannya membalas, Laura malah balik mengajukan pertanyaan, membuat kening Sheva mengerut bingung.

"Lohh, bukannya Prince sekolah ya?" bingung Sheva.

Mendengar hal tersebut, wajah Laura semakin masam, Ia melengkungkan bibirnya ke bawah menatap Sheva lesu, Laura kira Prince akan ada di sini, ternyata tidak.

Prince [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang